TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM DI JAWA BARAT TELAAH TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM PADA LEMBAGA PUI DAN PERSIS, Novi
TUJUAN
PENDIDIKAN ISLAM DI JAWA BARAT
TELAAH
TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM PADA LEMBAGA PUI DAN PERSIS
Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Peradaban dan
Pembaharuan Pendidikan Islam
Dosen
Pembimbing :
Dr. Ulil Amri,
Lc. MA
Dr. Anung Al-Hamat,
Lc. M.Pd.
Disusun oleh:
Novi
Maulana Yusup
NIM :
182101011897
SEKOLAH PASCA SARJANA
MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
UNIVERSITAS IBNU KHALDUN BOGOR
2019
DAFTAR
ISI
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... 1
BAB I PENDAHULUAN
...................................................................................... 2
A.
Latar
Belakang ..................................................................................... 2
B.
Rumusan
Masalah
................................................................................ 3
C.
Tujuan
Penulisan .................................................................................. 3
BAB II KERANGKA
TEORI
A.
Tujuan
Pendidikan Islam.........................................................................
4
B.
Selayang
Pandang Jawa barat..................................................................
4
C.
Sejarah
singkat berdirinya PUI ...............................................................
5
D.
Sejarah
singkat berdirinya PERSIS.........................................................
7
BAB III PEMBAHASAN
A.
Pembaharuan
Pendidikan Islam di Jawa Barat oleh Lembaga PUI ....... 9
B.
Pembaharuan
Pendidikan Islam di Jawa Barat oleh Lembaga PERSIS..11
C.
Tujuan
Pendidikan Islam di Jawa Barat berdasar pada Lembaga PUI dan PERSIS.....................................................................................................12
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan
........................................................................................... 14
B.
Saran
..................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA
......................................................................................................... 15
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kini Jawa Barat
merupakan provinsi yang berpenduduk majemuk. Semua ras dan agama, bahkan suku
senusantara bisa ditemukan di provinsi yang juga dikenal dengan negeri Pasundan
ini. Keharmonisan begitu hangat dalam inetaraksi sosialnya. Dengan populasi
penduduk mencapai 43.053.732 jiwa[1],
Jawa Barat dikenal dengan provinsi terpadat.
Maka
dengan begitu banyak jumlah penduduk yang dimiliki Provinsi Jawa Barat, maka
sudah menjadi keharusan bagi pemerintahnya untuk lebih memfokuskan pada
pembangunan Sumber Daya Manusia dengan memerhatikan bidang pendidikannya.
Sedari
pra kemerdekaan, Pendidikan Islam sudah banyak berkiprah jauh sebelum
terbentuknya sistem pendidikan nasional. Terutama di Jawa Barat, peradaban dan
perkembangan pendidikan juga sangat terdominasi oleh sejarah peradaban
pendidikan Islam. Awal mula kiprah pendidikan Islam di Jawa Barat beriringan
dengan sejarah masuknya Islam ke tanah Pasundan. Sama tuanya dengan masuknya
ajaran Islam ke Nusantara.[2]Hal
ini terjadi karena tujuan utama para dai yang datang ke nusantara ini,
khususnya Jawa Barat adalah untuk menyebarkan (dakwah) ajaran-ajaran Islam.
Pesantren-pesantren telah berdiri banyak sebelum abad 19. Namun perkembangannya
belum terlihat signifikan mengingat metode yang dipakai masih monoton, lebih
dikenal dengan istilah sorogan.
Pada
awal abad ke 19 kebangkitan pendidikan Islam di Jawa Barat mulai terlihat
geliatnya dengan sistem dan metode terbarukan. Kemudian sejak Indonesia
merdeka, pesantren berkembang semakin dinamis ke arah pesantren modern dengan
ciri klasikal. Pesantren, berkembang dari bentuk tradisional (salafi) berkembang
kepada pesanten modern (khalafi). Kemoderenan dapat dilihat dari tiga segi: pertama,
mata pelajaran telah seimbang antara materi ilmu-ilmu agama dengan materi
ilmu-ilmu umum; kedua, metode pembelajaran bervariasi, tidak lagi
semata-mata hanya memakai metode wetonan atau halaqah dan sorogan; dan ketiga,
dikelola berdasarkan prinsip-prinsip menajemanpendidikan.[3]
Madrasah
pertama adalah yang didirikan di Majalengka pada tahun 1917 oleh Perserikatan
Umat Islam. Selain itu juga ada pondok pesantren Persatuan Islam (Persis),
pondok ini terdiri dari dua bagian, yaitu Pesantren Besar (untuk para santri
yang telah cukup umur untuk mendapatkan pendidikan agama) dan Pesantren
Kecil (untuk anak-anak kecil yang pelaksanaannya di sore hari).
Dari latar
belakang di atas, penulis mencoba memperdalam dari pada tujuan pendidikan Islam
yang dilahirkan oleh kedua organisasi tersebut sehingga lembaga pendidikan
mereka sampai saat ini masih eksis dan menjadi salah satu bagian dari
organisasi Islam yang ikut andil dalam pembaharuan dan peradaban Islam di
Indonesia.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaiamana
Pembaharuan Pendidikan Islam di Jawa Barat yang dilakukan PUI?
2.
Bagaimana
Pembaharuan Pendidikan Islam di Jawa Barat yang dilakukan Persis?
3.
Apa Tujuan
Pendidikan Islam umum di Jawa Barat berdasar pada Organisasi PUI dan Persis?
C.
Tujuan Penulisan
1.
Mengetahui
Pembaharuan Pendidikan Islam di Jawa Barat yang dilakukan PUI
2.
Mengetahui
Pembaharuan Pendidikan Islam di Jawa Barat yang dilakukan Persis
3.
Mengetahui
Tujuan Pendidikan Islam umum di Jawa Barat berdasar pada Organisasi PUI dan Persis
BAB
II
KERANGKA
TEORI
A.
Tujuan Pendidikan Islam
Dalam jurnal Al-Tadzkiyyah:
Jurnal Pendidikan Islam, Miftahur Rohman dan Hairudinmenyimpulkan bahwa secara
garis besar pendidikan Islam memiliki dua tujuan, yaitu tujuan umum dan tujuan
khusus. Tujuan umum pendidikan Islam adalah meraih kebahagiaan di akhirat
(Ukhrawi) yang merupakan tujuan akhir manusia hidup. Sedangkan tujuan khusus
pendidikan Islam banyak definisi yang disesuaikan dengan kebutuhan tempat dan
waktu tertentu. Tujuan khusus ini secara umum adalah untuk kemaslahatan hidup
di dunia (duniawi).[4]
Secara ringkas
Imam Syafe`i dalam artikelnya yang dimuat di Al-Tadzkiyyah: Jurnal
Pendidikan Islamtujuan pendidikan Islam adalah mengarahkan peserta didik
untuk sadar diri terhadap tanggungjawabnya sebagai makhuk ciptaan Tuhan dan
makhluk sosial serta membimbing mereka untuk menjadi manusia baik dan benar
sebagai perwujudan khalifatullah fi al-ardh.[5]
Apa yang
dikemukakan oleh Imam Syafe`i ini lebih komprehensif dibanding dengan pendapat
sebelumnya. Dimana tujuan pendidikan islam adalah untuk membentuk pribadi yang
sholih.
B.
Selayang Pandang Jawa Barat
Sebelum masa
kemerdekaan, Jawa Barat masih berbentuk kerajaan (Tarumanagara dan Pasundan)
dan kesultanan (Cirebon). Pada tahun 1925 pemerintah Hindia Belanda membentuk
Provinsi Jawa Barat. Kemudian bergabung dengan Republik Indonesia pada tahun
1945.
Sidang Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mengumumkan Jawa Barat sebagai salah
satu dari 8 Provinsi di Indonesia. Selanjutnya, melalui Perda Nomor 26 Tahun
2010 tentang Hari Jadi Pemerintah Provinsi Jawa Barat, menetapkan tanggal 19
Agustus sebagai Hari Jadi Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
Pada tanggal 27
Agustus 1945 Jawa Barat menjadi Negara Pasundan yang merupakan salah satu
negara bagian dari Republik Indonesia Serikat. Selama kurang lebih 5 tahun
menjadi negara bagian, Jawa Barat kembali bergabung dengan Republik Indonesia.[6]
C.
Sejarah singkat berdirinya PUI
Sejatinya, Persatuan
Ummat Islam (PUI) telah lahir sejak satu abad silam. Ketika itu, tahun 1911,
Abdul Halim yang belum lama pulang dari tiga tahun memperdalam ilmu agama di
kota suci Mekah mendirikan organisasi yang diberinya nama Majlis al-‘Ilmu atau
majelis ilmu, di kota kelahirannya, Majalengka, Jawa Barat. Secara perlahan
tapi pasti, Abdul Halim terus membenahi organisasi yang didirikannya itu hingga
menjadi organisasi modern.
Setelah berdiskusi
dengan banyak tokoh pergerakan Islam seperti HOS Cokroaminoto, rekannya yang
lebih dulu mendirikan organisasi terkemuka dan berpengaruh Syarikat Dagang
Islam, Abdul Halim menjelmakan Majlis al-‘Ilmi tadi menjadi Perikatan Oemmat
Islam (POI) atau PUI menurut ejaan baru.
Sementara itu, Ahmad
Sanusi, rekan Abdul Halim sesama pelajar di Mekah, 20 tahun kemudian pada 1931
mendirikan organisasi serupa di Sukabumi, yang diberinya nama Al-Ittihadiyat
Al-Islamiyyah (AII). Pada masa pendudukan Jepang, AII sebagai anggota MIAI,
mengalami proses seperti POI/PUI. Pada saat itulah, di tahun 1942, AII berganti
nama menjadi Persatuan Oemmat Islam Indonesia (POII), dan pada 1947 menjadi
PUII disesuaikan dengan ejaan baru bahasa Indonesia.
Perjuangan POII/PUII
sejak awal secara prinsipil sama dengan POI/PUI. Mengapa demikian? Karena kedua
tokoh pergerakan ini, saat belajar di Mekah, memang sama-sama mencita-citakan
kemerdekaan Indonesia dan kemajuan muslimin sedunia sebagaimana diserukan para
tokoh pembaharu seperti Jamaluddin al-Afghani dan Muhammad Abduh. Melalui
organisasi, mereka mencita-citakan terwujudnya pribadi, keluarga, masyarakat,
negara dan peradaban yang diridlai Allah S.w.t — yang tetap merupakan tujuan
perhimpunan PUI hingga saat ini.
Kedua organisasi —
POI/PUI di Majalengka dan POII/PUII di Sukabumi — bersama-sama dengan
organisasi-organisasi Islam lainnya senantiasa berupaya untuk menyadarkan
bangsa Indonesia, khususnya ummat Islam, untuk membebaskan diri dari kebodohan,
keterbelakangan, kemiskinan dan kepicikan berpikir sebagai akibat dari politik
penjajah, baik dari Eropa (Portugis, Spanyol, Inggris dan Belanda) maupun dari
bangsa Asia sendiri, Jepang.
Upaya tersebut
dilakukan POI/PUI dan POII/PUII melalui kegiatan sosial, dakwah dan pendidikan
maupun melalui keikutsertaan kedua tokohnya dalam pergerakan politik saat itu.
Sebagai tokoh terpandang, KH Abdul Halim maupun KH Ahmad Sanusi terlibat aktif
dalam percaturan politik di pusat kekuasaan di Jakarta. Antara lain, mereka
menjadi anggota konstituante. Mereka pun dianugerahi sejumlah perhargaan dari
Pemerintah Indonesia.
Namun, keterlibatan
mereka sejenak di politik tak membuat organisasi POI/PUI dan POII/PUII menjadi
partisan. Malah, visi dan missi kedua organisasi sama, yakni di bawah panji
ukhuwan Islamiyah menjaga dan memelihara persatuan ummat, serta menghindarkan
mereka dari perpecahan. Itu sebabnya, ketika banyak partai dan organisasi Islam
mengalami perpecahan akibat sikap partisan yang keterlaluan, para pimpinan
POI/PUI dan POII/PUII bersepakat melakukan penggabungan organisasi.
Dengan latar belakang
keprihatinan atas situasi politik dan pertentangan keagamaan di kalangan ummat
tersebut, maka pada 5 April 1952 H. bertepatan dengan 9 Rajab 1373 H., kedua
organisasi besar itu — POI/PUI dan POII/PUII — berfusi (bergabung) menjadi satu
ormas Islam yang kini dikenal dengan Persatuan Ummat Islam (PUI).
Sebagai organisasi
pergerakan Islam, PUI melanjutkan kiprahnya yang telah banyak dirintis para
pendirinya, khususnya di bidang pendidikan, dakwah, sosial dan ekonomi. Kini,
asas perhimpunan tetaplah Islam, yang dalam amaliahnya berpedoman kepada
Al-Qur’an dan As-Sunnah menurut pemahaman Ahlus Sunnah Wal Jama’ah serta
memperhatikan dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia, Pancasila.
Pendiri PUI KH. Abdul
Halim dan KH. Ahmad Sanusi tercatat sebagai wakil rakyat dalam Badan Penyelidik
Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Dan berkat jasa-jasanya
mereka, keduanya dianugerahi gelar Bintang Maha Putera Utama pada Tahun 1992,
dan gelar kehormatan kedua diperolehnya pada tahun 2010. Sementara KH. Abdul
Halim telah dianugrahi gelar Pahlawan Nasional pada November 2008.
Pada masa penjajahan
Belanda Perikatan Oemmat Islam (POI) memiliki tujuan
organisasi, yakni (1) mengajak masyarakat kembali pada tuntunan Ilahi; dan (2)
mengurangi pertentangan-pertentangan di antara ummat Islam sebagai akibat
adanya politik devide et impera pemerintahan
kolonial Belanda.
Banyak tokoh yang telah
berjuang melalui PO maupun POI. Antara lain, KH. Moh. Ilyas, KH. Zubaedi, KH.
M. Hidayat, Mas Seta Sentana, Habib Abdullah Al Jufri, Rd. Sastrakusumah, Rd.
Acung Sahlan, KH. Abdul Halim, KH. S. Solehuddin, Mu’allim Asy’ari, Mu’allim
Bunyamin, Mu’allim Abhary, KH. Ambari, A. Jeman, dan KH. Moh. Junaedi.
Tujuan Organisasi
Terwujudnya pribadi,
keluarga, masyarakat, negara dan peradaban yang diridhai Allah subhanahu wa ta’ala.
Visi
Menjadi organisasi dan
komunitas gerakan Islam yang unggul, mandiri dan bermartabat.
Misi Umum
Mewujudkan ummatan
wasathan dengan menjalankan delapan perbaikan (ishlah al-tsamaniyah).
Misi Khusus
– Menjadi organisasi (jam’iyah) dan komunitas (jama’ah)gerakan
Islam yang mandiri dan amanah.
– Meningkatkan kegiatan
organisasi di bidang dakwah, pendidikan dan pelayanan kepada masyarakat dengan
berorientasi keummatan.[7]
D.
Sejarah singkat berdirinya PERSIS
Dikutip
dari laman resmi organisasinya,Persatuan Islam (disingkat Persis) adalah sebuah
organisasi Islam di Indonesia. Persis didirikan pada 12 September 1923 di
Bandung oleh sekelompok Islam yang berminat dalam pendidikan dan aktivitas
keagamaan yang dipimpin oleh Haji Zamzam dan Haji Muhammad Yunus.
Persis
didirikan dengan tujuan untuk memberikan pemahaman Islam yang sesuai dengan
aslinya yang dibawa oleh Rasulullah Saw dan memberikan pandangan berbeda dari
pemahaman Islam tradisional yang dianggap sudah tidak orisinil karena bercampur
dengan budaya lokal, sikap taklid buta, sikap tidak kritis, dan tidak mau
menggali Islam lebih dalam dengan membuka Kitab-kitab Hadits yang shahih. Oleh
karena itu, lewat para ulamanya seperti Ahmad Hassan yang juga dikenal dengan
Hassan Bandung atau Hassan Bangil, Persis mengenalkan Islam yang hanya
bersumber dari Al-Quran dan Hadits (sabda Nabi).
Organisasi Persatuan
Islam telah tersebar di banyak provinsi antara lain Jawa Barat, Jawa Timur, DKI
Jakarta, Banten, Lampung, Bengkulu, Riau, Jambi, Gorontalo, dan masih banyak
provinsi lain yang sedang dalam proses perintisan. Persis bukan organisasi
keagamaan yang berorientasi politik namun lebih fokus terhadap Pendidikan Islam
dan Dakwah dan berusaha menegakkan ajaran Islam secara utuh tanpa dicampuri
khurafat, syirik, dan bid’ah yang telah banyak menyebar di kalangan awwam orang
Islam.
Jam’iyyah
Persis berasaskan Islam
Jam’iyyah
Persis bertujuan terlaksananya syari’at Islam berlandaskan al-Quran dan
as-Sunnah secara kaffah dalam segala aspek kehidupan.
Lembaga
Pendidikan
Persatuan
Islam yang gerakan utamanya adalah pendidikan telah menyiapkan lembaga-lembaga pendidikan
berbasis kepesantrenan sebanyak 230 pesantren.
Tokoh
Para Tokoh
besar Persis diantaranya adalah Muhammad Isa Anshary, politikus dan pejuang
Indonesia.Mohammad Natsir, mantan Perdana Menteri Indonesia. Ahmad Hassan,
teman debat Soekarno ketika di Bandung. Haji Zamzam, pendiri Persis. H. Eman
Sar’an dan lain-lain.[8]
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Pembaharuan Pendidikan Islam di Jawa Barat yang dilakukan PUI
Seperti yang
sudah disinggung sebelumnya pada Bab II, PUI merupakan satu organisasi
masyarakat yang bergerak di bidang dakwah, pendidikan dan sosial. Awal
berdirinya PUI tidak lain adalah sebagai wadah perkumpulan umat islam untuk
bersatu dalam belajar dan mengajarkan ajaran-ajaran Islam.
KH. Abdul Halim
adalah seorang ulama besar yang berasal dariMajalengka dan juga seorang
Pahlawan Nasional yang pada tahun 2008yang dinobatkan oleh Mantan Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono. KH.Abdul Halim juga merupakan seorang tokoh pejuang
yang telah berhasilmenempatkan pergerakan nasional dalam perbaikan umat beragama,berbangsa,
dan bernegara di tahun 1917. Mengingat jasanya pada Negarayang begitu besar,
KH. Abdul Halim diangkat juga dianugerahkanBintang Mahaputera Utama sebagai
bentuk penghargaan Negara atas jasajasanya tahun 1992 November oleh Pemerintah
dan Negara RepublikIndonesia pada saat itu.
Di bawah
kepemimpinan KH. Abdul Halim yang penuh semangatmenggerakan roda organisasi,
Persyarikatan Oelama terus berkembang.Seperti dalam bidang pendidikan, KH.
Abdul Halim berhasil memadukanantara variasi madrasah yang dahulunya menerapkan
sistemhalaqoh danpola pendidikan pesantren, sehingga saat ini sekolah-sekolah
yangdidirikan oleh KH. Abdul Halim adalah sekolah yang berbasis full dayseperti
yang kita kenal saat ini atau sekolah yang memiliki sistempendidikan agama yang
kental didalamnya. [9]
Langkah-langkahperbaikannya
meliputi delapan bidang yang disebut dengan Islah al Tsamaniyah
(Langkah-langkah perbaikan umat). yaitu Perbaikan bidangakidah, perbaikan dalam
bidang ibadah, perbaikan dalam didangpendidikan, perbaikan dalam bidang
keluarga, perbaikan dalam bidangadat atau kebiasaan, perbaikan hubungan
masyarakat atau sosial,perbaikan bidang perekonomian dan perbaikan dalam bidang
umat.[10]
Selain itu, tokoh
pendiri PUI lainnya, yaitu KH.Ahmad Sanusi kelahiran Sukabumi tahun 1887 juga berkiprah dalam perkembangan pendidikan
Islam dengan mendirikan madrasah di kompleks Pondok Pesantren Gunung Puyuh yang
tingkatannya sederajat dengan Tsanawiyah dan diberi nama Syams al-‘Ulum (1935).
Pada saat menerima
kepemimpinan Jum’iyyat al-Hasanat, KH. Ahmad Sanusi masih berada dalam tahanan
Belanda. Sehingga untuk melaksanakan konsep-konsep perjuangannya dia
mempercayakan kepada salah seorang muridnya yang juga menjadi adik iparnya,
yaitu KH. Ahmad Syafe’i. Sedangkan nama organisasinya diubah menjadi
Al-Ittihadiyat al-Islamiyyah (AII).
Di kala terbentuknya
federasi organisasi Islam, Majelis Islam Ala Indonesia (MIAI), yang kemudian
menjadi partai Majelis Syuro Muslimin Indonesia (MASYUMI), KH. Ahmad Sanusi
serta organisasinya menjadi salah satu anggota pendukungnya. Pada masa
penjajahan Jepang dia diangkat menjadi Wakil Residen Bogor.
Tujuan AII adalah untuk
membasmi khurafat-khurafat yang dengan sengaja telah dimasukkan oleh pihak
Belanda ke dalam ajaran-ajaran Islam. Pembasmian tersebut dilakukan dengan cara
melaksanakan dakwah dan pendidikan. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut
disusunlah program kerja sebagai berikut:
1.
Meningkatkan pendidikan
ummat ke arah kesadaran akan jahatnya penjajah kolonial, dan
2.
Membersihkan
ajaran-ajaran Islam dari khurafat-khurafat dan campur tangan penjajah.
Program tersebut
dijabarkan dalam tiga bidang kegiatan yaitu dakwah, pendidikan dan sosial.
Dalam bidang dakwah, AII menyelenggarakan pengajian-pengajian umum dan
menerbitkan majalah Al-Tabligh al-Islami dan Soeara Zainabiyyah.Dalam bidang pendidikan, AII
mendirikan pondok-pondok pesantren dan madrasah-madrasah, baik di tingkat pusat
maupun di daerah-daerah. Sedangkan dalam bidang sosial, AII memberikan santunan
kepada anak-anak yatim piatu dan orang tua jompo.[11]
Bersama dengan K.H
Ahmad Sanusi berusaha mengimplementasikan cita-citanya membebaskan bangsa
Indonesia dari penjajahan melalui pendidikan. Dari hubungan itulah, kelak di
kemudian hari lahir sebuah organisasi yang bernama Persatuan Umat Islam (PUI)
yang merupakan organisasi masa hasil fusi antara PUI dan PUII.
B.
Pembaharuan Pendidikan Islam di Jawa Barat yang dilakukan Persis
Persis
bukanlah organisasi asing di Jawa Barat. Organisasi yang didirikan oleh pada 12 September 1923 di Bandung oleh sekelompok
Islam yang berminat dalam pendidikan dan aktivitas keagamaan yang dipimpin oleh
Haji Zamzam dan Haji Muhammad Yunus telah menjadi organisasi yang patut
diperhitungkan dalam kancah pendidikan Islam di Indonesia, kususnya di Jawa
Barat.
Perannya dalam
pendidikan Islam sudah tidak diragukan lagi. Seperti dikutip dari laman resmi
persis.or.id menyebutkan bahwa lembaga pendidikan berbasis pesantren telah
berdiri sebanyak 230 pesantren.[12]
Bahkan saat ini, Persis sudah mendirikan perguruan tinggi.
Ahmad Daerobby
menyebutkan tujuan pendidikan Persis adalah terwujudnya kepribadian muslim yang
“Tafaqquh Fid-Dien”.Tafaqquh, artinya : Jika seseorang mencari ilmu kemudian
mengkhususkan padanya untuk mendalaminya.Dalam al-Qur’an dijelaskan ( Attaubah
:122 )
Kemudian
Tafaqquh fid-Dien itu adalah suatu tuntutan untuk menjadi “Fuqaha”, mengerti
dan paham terhadap ilmu ,serta memikul beban yang berat dalam mmemperolehnya,
dan mampu menyampaikan pada orang lain. ( Al-Shabuni: 389). Tafaqquh Fid-Dien
adalah mempelajari apa yang Allah turunkan dan mengajarkannya.( Al-Suyuthi: 4:
322).Tafaqquh Fid-Dien adalah media untuk berjihad lewat hujjah dan petunjuk,
yang merupakan satu segi yang sangat penting dalam da’wah untuk mengajak kepada
iman dan menegakkan sendi-sendi ke-Islaman”.Dengan tafaqquh Fid-Dien ini akan
menghasilkan fiqih. Dan dengan Tafaqquh fid-Dien artinya dituntut untuk menjadi
seorang mujtahid. Adapun syarat-syarat menjadi Mujtahid diterangkan oleh para
ulama Ushul, antara lain :
1. Memahami
al-Qur’an dengan Asbab Nuzulnya,Nasikh dan mansukhnya, 2.Memahamai hadits dan
ilmu Hadits,3. Mempunyai pengetahuan yang mendalam tentang bahasa Arab,4.
Mengetahui tentang tempat-tempat Ijma’,-5. Mengetahui ushul-Fiqih. 6.
Mengetahui maksud-maksud Syari’at. 7, Memahami keadaan masyarakat. 8. Bersikap
Adil dan takwa .( Yusuf Al-Qardawi).
Hal ini perlu
diperhatikan oleh penyelenggara lembaga pendidikan di Persis agar dapat
menentukan kebijakan yang sesuai dengan tujuan. Khususnya mengatur kurikulum,
metoda pembelajaran secara mandiri dan menjadi ciri Khas. Dan selektif memilih
calon santri-santrinya, berikut para pengajarnya.[13]
C.
Tujuan Pendidikan Islam umum di Jawa Barat berdasar pada Organisasi
PUI dan Persis
Disebutkan
dalam AD/ART PUI hasil muktamar PUI ke III di kota Majalengka bahwa pembentukan
PUI bertujuan untuk terlaksananya Syariah Islamiyah Ahli Sunnah Wal Jamaah
untuk terwujudnya masyarakat adil dan makmur yang diridhai oleh Allah SWT.
Tujuan tersebut
merupakan tujuan umum. Adapun tujuan khususnya yaitu tercapainya efisiensi
kerja yang pragmatis, terkoordinir dan sistematis dan terarah untuk usaha dan
kegiatan pengurus dalm mencapai tujuan.
Untuk mencapai
tujuan itu, gerakan PUI menyelenggarakan usaha-usaha sebagai berikut:
a.
Memajukan
pelajaran dan pendidikan Islam dalam arti yang seluas-luasnya
b.
Mengajar
dan mendidik para pemuda (putra dan putri)
c.
Menerbitkan
majalah, membangun perpustakaan dan taman bacaan
d.
Mengadakan
tabligh dan penerangan agama Islam
e.
Mendirikan
persekutuan perdagangan, pertanian dan usaha-usaha lain dalam lapangan
perekonomian
f.
Melaksanakan
bakti sosial terhadap orang-orang yang menderita fakir, miskin dan yatim piatu
g.
Memelihara
serta mendirikan tempat peribadatan serta barang-barang wakaf
h.
Membangun
semangat untuk terlaksananya persatuan umat Islam
i.
Kerjasama
dengan perhimpunan lain dalam usaha memajukan Islam
j.
Menunaikan
peribadatan dan menggembirakan umat dalam berbakti kepada Allah SWT.[14]
Dari tujuan PUI
tersebut di atas, bisa kita lihat betapa PUI sangat mementingkan pendidikan
dalam organisasinya. Dan pendidikan yang dituju adalah pendidikan yang
holistik, tidak hanya bertujuan dunia tapi juga bertujuan bahagia di dunia dan
akhirat.
Lain halnya
dengan Persis, sebagaiaman yang ditulis oleh Mahmud Yunus dalam Sejarah
Pendidikan Islam di Indonesia bahwa tujuan pendirian pesantren Persis adalah
untuk mengeluarkan muballigh-muballigh yang sanggup menyiarkan, mengajar,
membela dan mempertahankan agama Islam.[15]
Apa yang
ditulis oleh Mahmud Yunus diatas merupakan tujuan umum dari pendirian Persis
itu sendiri. Bisa dikolaborasinkan dengan pendapat Ahmad Daerobby sebelumnya
bahwa sejatinya dari penyelenggaraan pendidikan oleh Persis, diharapkan
tercipta banyak generasi muda Islam berikutnya yang cakap (faqih) dalam
agamanya sehingga dapat menyebarkan ajaran agama Islam seluas-luasnya.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari uraian
sederhana di atas dapat disimpulkan bahwa pembaharuan pendidikan Islam di Jawa
Barat pada awal abad ke 19 banyak dipengaruhi oleh pembaharuan pendidikan yang
dilakukan oleh dua organisasi besar yaitu PUI dan Persis. Dari sebelum
kemerdekaan Indonesia, kedua organisasi ini sangat concern pada bidang
pendidikan.
Tujuan
Pendidikan Islam umum di Jawa Barat berdasar pada Organisasi PUI dan Persis
adalah untuk merealisasikanSyariah Islamiyah Ahli Sunnah Wal Jamaah
untuk terwujudnya masyarakat adil dan makmur yang diridhai oleh Allah SWT serta
dapat melahirkan muballigh-muballigh yang sanggup
menyiarkan, mengajar, membela dan mempertahankan agama Islam.
B.
Saran
Karena penulis
merasa pembahasan ini masih jauh dari kata sempurna, maka kami menyarankan
kepada para pembaca untuk lebih menggali kembali literasi yang ada supaya
memperkaya khazanah pengetahuan tentang peradaban dan perkembangan pendidikan
Islam di Jawa Barat Khususnya dan di Nusantara pada umumnya.
DAFTAR
PUSTAKA
·
Mahmud Yunus, Sejarah
Pendidikan Islam di Indonesia, PT. Hidakarya Agung, Jakarta: 1957.
·
Mohamad Akim, Kiyai
H. Abdul Halim Penggerak PUI.
·
AD/ART PUI
Persatuan Umat Islam Pergerakan Aliran Modern, hlm. 15
·
Umar, Eksistensi
Pendidikan Islam di Indonesia, Lentera Pendidikan, Vol. 19 no. 1 Juni 2016.
·
Miftahur
Rohman, Hairudin, Konsep Tujuan Pendidikan Islam persfektif Nilai-nilai
Sosial Kultural, Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, Volume 9, No. I
2018 P. ISSN: 20869118 E ISSN: 2528-2476.
·
Imam Syafe`i, Tujuan
Pendidikan Islam, Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, Volume 6,
November 2015, P. ISSN: 20869118.
·
Drs. H. Ahmad
Daerobby M.Ag.VISI ,MISI DAN TUJUAN PENDIDIKAN PESANTREN PERSATUAN ISLAM,
https://priatna-mencari.blogspot.com/2010/06/visi-misi-tujuan-pendidikan-persis.html.
·
https://pui.or.id/berdirinya-aii/
·
https://pui.or.id/visi-dan-misi/
·
http://persis.or.id/page/sejarah
·
http://digilib.uinsby.ac.id/9183/
·
https://jabarprov.go.id/infografis/#1#sejarah-jabar
·
https://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Barat#Sejarah
[1]https://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Barat#Sejarah,
diakses 25 April 2019
[2]Umar,
Eksistensi Pendidikan Islam di Indonesia, Lentera Pendidikan, Vol. 19
no. 1 Juni 2016, hlm. 17
[4]Miftahur
Rohman, Hairudin, Konsep Tujuan Pendidikan Islam persfektif Nilai-nilai
Sosial Kultural, Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, Volume 9, No. I
2018 P. ISSN: 20869118 E ISSN: 2528-2476, hlm. 32
[5]Imam
Syafe`i, Tujuan Pendidikan Islam, Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan
Islam, Volume 6, November 2015, P. ISSN:
20869118 hlm. 165
[6]https://jabarprov.go.id/infografis/#1#sejarah-jabar,diakses
25 April 2019
[7]https://pui.or.id/visi-dan-misi/,diakses
25 April 2019
[8]http://persis.or.id/page/sejarah,diakses
25 April 2019
[9]http://digilib.uinsby.ac.id/9183/diakses
25 April 2019
[10]Mohamad
Akim, Kiyai H. Abdul Halim Penggerak PUI, hlm. 48
[11]https://pui.or.id/berdirinya-aii/,diakses
25 April 2019
[12]http://persis.or.id/page/sejarah,diakses
25 April 2019
[13]Drs.
H. Ahmad Daerobby M.Ag.VISI ,MISI DAN TUJUAN PENDIDIKAN PESANTREN PERSATUAN
ISLAM,
https://priatna-mencari.blogspot.com/2010/06/visi-misi-tujuan-pendidikan-persis.html,diakses
25 April 2019
[14]AD/ART
PUI Persatuan Umat Islam Pergerakan Aliran Modern, hlm. 15
[15]Mahmud
Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, PT. Hidakarya Agung,
Jakarta: 1957, hlm. 297
Comments
Post a Comment