TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM DI JAWA BARAT TELAAH TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM PADA LEMBAGA PUI DAN PERSIS, Novi


TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM DI JAWA BARAT
TELAAH TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM PADA LEMBAGA PUI DAN PERSIS


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Peradaban dan Pembaharuan Pendidikan Islam
Dosen Pembimbing :
Dr. Ulil Amri, Lc. MA
Dr. Anung Al-Hamat, Lc. M.Pd.


See the source image
 










Disusun oleh:
Novi Maulana Yusup
NIM : 182101011897




SEKOLAH PASCA SARJANA
MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
UNIVERSITAS IBNU KHALDUN BOGOR
2019


DAFTAR ISI


DAFTAR ISI .......................................................................................................................  1

BAB I             PENDAHULUAN ......................................................................................  2
A.      Latar Belakang .....................................................................................   2
B.      Rumusan Masalah ................................................................................   3
C.      Tujuan Penulisan ..................................................................................   3

BAB II                        KERANGKA TEORI
A.    Tujuan Pendidikan Islam......................................................................... 4
B.     Selayang Pandang Jawa barat.................................................................. 4
C.     Sejarah singkat berdirinya PUI ............................................................... 5
D.    Sejarah singkat berdirinya PERSIS......................................................... 7

BAB III          PEMBAHASAN
A.    Pembaharuan Pendidikan Islam di Jawa Barat oleh Lembaga PUI ....... 9
B.     Pembaharuan Pendidikan Islam di Jawa Barat oleh Lembaga PERSIS..11
C.     Tujuan Pendidikan Islam di Jawa Barat berdasar pada Lembaga PUI dan PERSIS.....................................................................................................12

BAB III          PENUTUP
A.      Kesimpulan ...........................................................................................  14
B.      Saran .....................................................................................................  14

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................................  15







BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Kini Jawa Barat merupakan provinsi yang berpenduduk majemuk. Semua ras dan agama, bahkan suku senusantara bisa ditemukan di provinsi yang juga dikenal dengan negeri Pasundan ini. Keharmonisan begitu hangat dalam inetaraksi sosialnya. Dengan populasi penduduk mencapai 43.053.732 jiwa[1], Jawa Barat dikenal dengan provinsi terpadat.

Maka dengan begitu banyak jumlah penduduk yang dimiliki Provinsi Jawa Barat, maka sudah menjadi keharusan bagi pemerintahnya untuk lebih memfokuskan pada pembangunan Sumber Daya Manusia dengan memerhatikan bidang pendidikannya.

Sedari pra kemerdekaan, Pendidikan Islam sudah banyak berkiprah jauh sebelum terbentuknya sistem pendidikan nasional. Terutama di Jawa Barat, peradaban dan perkembangan pendidikan juga sangat terdominasi oleh sejarah peradaban pendidikan Islam. Awal mula kiprah pendidikan Islam di Jawa Barat beriringan dengan sejarah masuknya Islam ke tanah Pasundan. Sama tuanya dengan masuknya ajaran Islam ke Nusantara.[2]Hal ini terjadi karena tujuan utama para dai yang datang ke nusantara ini, khususnya Jawa Barat adalah untuk menyebarkan (dakwah) ajaran-ajaran Islam. Pesantren-pesantren telah berdiri banyak sebelum abad 19. Namun perkembangannya belum terlihat signifikan mengingat metode yang dipakai masih monoton, lebih dikenal dengan istilah sorogan.

Pada awal abad ke 19 kebangkitan pendidikan Islam di Jawa Barat mulai terlihat geliatnya dengan sistem dan metode terbarukan. Kemudian sejak Indonesia merdeka, pesantren berkembang semakin dinamis ke arah pesantren modern dengan ciri klasikal. Pesantren, berkembang dari bentuk tradisional (salafi) berkembang kepada pesanten modern (khalafi). Kemoderenan dapat dilihat dari tiga segi: pertama, mata pelajaran telah seimbang antara materi ilmu-ilmu agama dengan materi ilmu-ilmu umum; kedua, metode pembelajaran bervariasi, tidak lagi semata-mata hanya memakai metode wetonan atau halaqah dan sorogan; dan ketiga, dikelola berdasarkan prinsip-prinsip menajemanpendidikan.[3]
Madrasah pertama adalah yang didirikan di Majalengka pada tahun 1917 oleh Perserikatan Umat Islam. Selain itu juga ada pondok pesantren Persatuan Islam (Persis), pondok ini terdiri dari dua bagian, yaitu Pesantren Besar (untuk para santri yang telah cukup umur untuk mendapatkan pendidikan agama) dan Pesantren Kecil (untuk anak-anak kecil yang pelaksanaannya di sore hari).

Dari latar belakang di atas, penulis mencoba memperdalam dari pada tujuan pendidikan Islam yang dilahirkan oleh kedua organisasi tersebut sehingga lembaga pendidikan mereka sampai saat ini masih eksis dan menjadi salah satu bagian dari organisasi Islam yang ikut andil dalam pembaharuan dan peradaban Islam di Indonesia.

B.       Rumusan Masalah
1.        Bagaiamana Pembaharuan Pendidikan Islam di Jawa Barat yang dilakukan PUI?
2.        Bagaimana Pembaharuan Pendidikan Islam di Jawa Barat yang dilakukan Persis?
3.        Apa Tujuan Pendidikan Islam umum di Jawa Barat berdasar pada Organisasi PUI dan Persis?

C.      Tujuan Penulisan
1.        Mengetahui Pembaharuan Pendidikan Islam di Jawa Barat yang dilakukan PUI
2.        Mengetahui Pembaharuan Pendidikan Islam di Jawa Barat yang dilakukan Persis
3.        Mengetahui Tujuan Pendidikan Islam umum di Jawa Barat berdasar pada Organisasi PUI dan Persis












BAB II
KERANGKA TEORI

A.      Tujuan Pendidikan Islam
Dalam jurnal Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, Miftahur Rohman dan Hairudinmenyimpulkan bahwa secara garis besar pendidikan Islam memiliki dua tujuan, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum pendidikan Islam adalah meraih kebahagiaan di akhirat (Ukhrawi) yang merupakan tujuan akhir manusia hidup. Sedangkan tujuan khusus pendidikan Islam banyak definisi yang disesuaikan dengan kebutuhan tempat dan waktu tertentu. Tujuan khusus ini secara umum adalah untuk kemaslahatan hidup di dunia (duniawi).[4]

Secara ringkas Imam Syafe`i dalam artikelnya yang dimuat di Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islamtujuan pendidikan Islam adalah mengarahkan peserta didik untuk sadar diri terhadap tanggungjawabnya sebagai makhuk ciptaan Tuhan dan makhluk sosial serta membimbing mereka untuk menjadi manusia baik dan benar sebagai perwujudan khalifatullah fi al-ardh.[5]

Apa yang dikemukakan oleh Imam Syafe`i ini lebih komprehensif dibanding dengan pendapat sebelumnya. Dimana tujuan pendidikan islam adalah untuk membentuk pribadi yang sholih.

B.       Selayang Pandang Jawa Barat
Sebelum masa kemerdekaan, Jawa Barat masih berbentuk kerajaan (Tarumanagara dan Pasundan) dan kesultanan (Cirebon). Pada tahun 1925 pemerintah Hindia Belanda membentuk Provinsi Jawa Barat. Kemudian bergabung dengan Republik Indonesia pada tahun 1945.

Sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mengumumkan Jawa Barat sebagai salah satu dari 8 Provinsi di Indonesia. Selanjutnya, melalui Perda Nomor 26 Tahun 2010 tentang Hari Jadi Pemerintah Provinsi Jawa Barat, menetapkan tanggal 19 Agustus sebagai Hari Jadi Pemerintah Provinsi Jawa Barat.

Pada tanggal 27 Agustus 1945 Jawa Barat menjadi Negara Pasundan yang merupakan salah satu negara bagian dari Republik Indonesia Serikat. Selama kurang lebih 5 tahun menjadi negara bagian, Jawa Barat kembali bergabung dengan Republik Indonesia.[6]

C.      Sejarah singkat berdirinya PUI
Sejatinya, Persatuan Ummat Islam (PUI) telah lahir sejak satu abad silam. Ketika itu, tahun 1911, Abdul Halim yang belum lama pulang dari tiga tahun memperdalam ilmu agama di kota suci Mekah mendirikan organisasi yang diberinya nama Majlis al-‘Ilmu atau majelis ilmu, di kota kelahirannya, Majalengka, Jawa Barat. Secara perlahan tapi pasti, Abdul Halim terus membenahi organisasi yang didirikannya itu hingga menjadi organisasi modern.

Setelah berdiskusi dengan banyak tokoh pergerakan Islam seperti HOS Cokroaminoto, rekannya yang lebih dulu mendirikan organisasi terkemuka dan berpengaruh Syarikat Dagang Islam, Abdul Halim menjelmakan Majlis al-‘Ilmi tadi menjadi Perikatan Oemmat Islam (POI) atau PUI menurut ejaan baru.

Sementara itu, Ahmad Sanusi, rekan Abdul Halim sesama pelajar di Mekah, 20 tahun kemudian pada 1931 mendirikan organisasi serupa di Sukabumi, yang diberinya nama Al-Ittihadiyat Al-Islamiyyah (AII). Pada masa pendudukan Jepang, AII sebagai anggota MIAI, mengalami proses seperti POI/PUI. Pada saat itulah, di tahun 1942, AII berganti nama menjadi Persatuan Oemmat Islam Indonesia (POII), dan pada 1947 menjadi PUII disesuaikan dengan ejaan baru bahasa Indonesia.

Perjuangan POII/PUII sejak awal secara prinsipil sama dengan POI/PUI. Mengapa demikian? Karena kedua tokoh pergerakan ini, saat belajar di Mekah, memang sama-sama mencita-citakan kemerdekaan Indonesia dan kemajuan muslimin sedunia sebagaimana diserukan para tokoh pembaharu seperti Jamaluddin al-Afghani dan Muhammad Abduh. Melalui organisasi, mereka mencita-citakan terwujudnya pribadi, keluarga, masyarakat, negara dan peradaban yang diridlai Allah S.w.t — yang tetap merupakan tujuan perhimpunan PUI hingga saat ini.

Kedua organisasi — POI/PUI di Majalengka dan POII/PUII di Sukabumi — bersama-sama dengan organisasi-organisasi Islam lainnya senantiasa berupaya untuk menyadarkan bangsa Indonesia, khususnya ummat Islam, untuk membebaskan diri dari kebodohan, keterbelakangan, kemiskinan dan kepicikan berpikir sebagai akibat dari politik penjajah, baik dari Eropa (Portugis, Spanyol, Inggris dan Belanda) maupun dari bangsa Asia sendiri, Jepang.
Upaya tersebut dilakukan POI/PUI dan POII/PUII melalui kegiatan sosial, dakwah dan pendidikan maupun melalui keikutsertaan kedua tokohnya dalam pergerakan politik saat itu. Sebagai tokoh terpandang, KH Abdul Halim maupun KH Ahmad Sanusi terlibat aktif dalam percaturan politik di pusat kekuasaan di Jakarta. Antara lain, mereka menjadi anggota konstituante. Mereka pun dianugerahi sejumlah perhargaan dari Pemerintah Indonesia.

Namun, keterlibatan mereka sejenak di politik tak membuat organisasi POI/PUI dan POII/PUII menjadi partisan. Malah, visi dan missi kedua organisasi sama, yakni di bawah panji ukhuwan Islamiyah menjaga dan memelihara persatuan ummat, serta menghindarkan mereka dari perpecahan. Itu sebabnya, ketika banyak partai dan organisasi Islam mengalami perpecahan akibat sikap partisan yang keterlaluan, para pimpinan POI/PUI dan POII/PUII bersepakat melakukan penggabungan organisasi.

Dengan latar belakang keprihatinan atas situasi politik dan pertentangan keagamaan di kalangan ummat tersebut, maka pada 5 April 1952 H. bertepatan dengan 9 Rajab 1373 H., kedua organisasi besar itu — POI/PUI dan POII/PUII — berfusi (bergabung) menjadi satu ormas Islam yang kini dikenal dengan Persatuan Ummat Islam (PUI).

Sebagai organisasi pergerakan Islam, PUI melanjutkan kiprahnya yang telah banyak dirintis para pendirinya, khususnya di bidang pendidikan, dakwah, sosial dan ekonomi. Kini, asas perhimpunan tetaplah Islam, yang dalam amaliahnya berpedoman kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah menurut pemahaman Ahlus Sunnah Wal Jama’ah serta memperhatikan dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia, Pancasila.

Pendiri PUI KH. Abdul Halim dan KH. Ahmad Sanusi tercatat sebagai wakil rakyat dalam Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Dan berkat jasa-jasanya mereka, keduanya dianugerahi gelar Bintang Maha Putera Utama pada Tahun 1992, dan gelar kehormatan kedua diperolehnya pada tahun 2010. Sementara KH. Abdul Halim telah dianugrahi gelar Pahlawan Nasional pada November 2008.

Pada masa penjajahan Belanda Perikatan Oemmat Islam (POI) memiliki tujuan organisasi, yakni (1) mengajak masyarakat kembali pada tuntunan Ilahi; dan (2) mengurangi pertentangan-pertentangan di antara ummat Islam sebagai akibat adanya politik devide et impera pemerintahan kolonial Belanda.

Banyak tokoh yang telah berjuang melalui PO maupun POI. Antara lain, KH. Moh. Ilyas, KH. Zubaedi, KH. M. Hidayat, Mas Seta Sentana, Habib Abdullah Al Jufri, Rd. Sastrakusumah, Rd. Acung Sahlan, KH. Abdul Halim, KH. S. Solehuddin, Mu’allim Asy’ari, Mu’allim Bunyamin, Mu’allim Abhary, KH. Ambari, A. Jeman, dan KH. Moh. Junaedi.

Tujuan Organisasi
Terwujudnya pribadi, keluarga, masyarakat, negara dan peradaban yang diridhai Allah subhanahu wa ta’ala.

Visi
Menjadi organisasi dan komunitas gerakan Islam yang unggul, mandiri dan bermartabat.

Misi Umum
Mewujudkan ummatan wasathan dengan menjalankan delapan perbaikan (ishlah al-tsamaniyah).

Misi Khusus
– Menjadi organisasi (jam’iyah) dan komunitas (jama’ah)gerakan Islam yang mandiri dan amanah.
– Meningkatkan kegiatan organisasi di bidang dakwah, pendidikan dan pelayanan kepada masyarakat dengan berorientasi keummatan.[7]

D.      Sejarah singkat berdirinya PERSIS
Dikutip dari laman resmi organisasinya,Persatuan Islam (disingkat Persis) adalah sebuah organisasi Islam di Indonesia. Persis didirikan pada 12 September 1923 di Bandung oleh sekelompok Islam yang berminat dalam pendidikan dan aktivitas keagamaan yang dipimpin oleh Haji Zamzam dan Haji Muhammad Yunus.

Persis didirikan dengan tujuan untuk memberikan pemahaman Islam yang sesuai dengan aslinya yang dibawa oleh Rasulullah Saw dan memberikan pandangan berbeda dari pemahaman Islam tradisional yang dianggap sudah tidak orisinil karena bercampur dengan budaya lokal, sikap taklid buta, sikap tidak kritis, dan tidak mau menggali Islam lebih dalam dengan membuka Kitab-kitab Hadits yang shahih. Oleh karena itu, lewat para ulamanya seperti Ahmad Hassan yang juga dikenal dengan Hassan Bandung atau Hassan Bangil, Persis mengenalkan Islam yang hanya bersumber dari Al-Quran dan Hadits (sabda Nabi).

Organisasi Persatuan Islam telah tersebar di banyak provinsi antara lain Jawa Barat, Jawa Timur, DKI Jakarta, Banten, Lampung, Bengkulu, Riau, Jambi, Gorontalo, dan masih banyak provinsi lain yang sedang dalam proses perintisan. Persis bukan organisasi keagamaan yang berorientasi politik namun lebih fokus terhadap Pendidikan Islam dan Dakwah dan berusaha menegakkan ajaran Islam secara utuh tanpa dicampuri khurafat, syirik, dan bid’ah yang telah banyak menyebar di kalangan awwam orang Islam.

Jam’iyyah Persis berasaskan Islam
Jam’iyyah Persis bertujuan terlaksananya syari’at Islam berlandaskan al-Quran dan as-Sunnah secara kaffah dalam segala aspek kehidupan.

Lembaga Pendidikan
Persatuan Islam yang gerakan utamanya adalah pendidikan telah menyiapkan lembaga-lembaga pendidikan berbasis kepesantrenan sebanyak 230 pesantren.

Tokoh
Para Tokoh besar Persis diantaranya adalah Muhammad Isa Anshary, politikus dan pejuang Indonesia.Mohammad Natsir, mantan Perdana Menteri Indonesia. Ahmad Hassan, teman debat Soekarno ketika di Bandung. Haji Zamzam, pendiri Persis. H. Eman Sar’an dan lain-lain.[8]



BAB III
PEMBAHASAN

A.      Pembaharuan Pendidikan Islam di Jawa Barat yang dilakukan PUI
Seperti yang sudah disinggung sebelumnya pada Bab II, PUI merupakan satu organisasi masyarakat yang bergerak di bidang dakwah, pendidikan dan sosial. Awal berdirinya PUI tidak lain adalah sebagai wadah perkumpulan umat islam untuk bersatu dalam belajar dan mengajarkan ajaran-ajaran Islam.

KH. Abdul Halim adalah seorang ulama besar yang berasal dariMajalengka dan juga seorang Pahlawan Nasional yang pada tahun 2008yang dinobatkan oleh Mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. KH.Abdul Halim juga merupakan seorang tokoh pejuang yang telah berhasilmenempatkan pergerakan nasional dalam perbaikan umat beragama,berbangsa, dan bernegara di tahun 1917. Mengingat jasanya pada Negarayang begitu besar, KH. Abdul Halim diangkat juga dianugerahkanBintang Mahaputera Utama sebagai bentuk penghargaan Negara atas jasajasanya tahun 1992 November oleh Pemerintah dan Negara RepublikIndonesia pada saat itu.

Di bawah kepemimpinan KH. Abdul Halim yang penuh semangatmenggerakan roda organisasi, Persyarikatan Oelama terus berkembang.Seperti dalam bidang pendidikan, KH. Abdul Halim berhasil memadukanantara variasi madrasah yang dahulunya menerapkan sistemhalaqoh danpola pendidikan pesantren, sehingga saat ini sekolah-sekolah yangdidirikan oleh KH. Abdul Halim adalah sekolah yang berbasis full dayseperti yang kita kenal saat ini atau sekolah yang memiliki sistempendidikan agama yang kental didalamnya. [9]

Langkah-langkahperbaikannya meliputi delapan bidang yang disebut dengan Islah al Tsamaniyah (Langkah-langkah perbaikan umat). yaitu Perbaikan bidangakidah, perbaikan dalam bidang ibadah, perbaikan dalam didangpendidikan, perbaikan dalam bidang keluarga, perbaikan dalam bidangadat atau kebiasaan, perbaikan hubungan masyarakat atau sosial,perbaikan bidang perekonomian dan perbaikan dalam bidang umat.[10]

Selain itu, tokoh pendiri PUI lainnya, yaitu KH.Ahmad Sanusi kelahiran Sukabumi tahun 1887  juga berkiprah dalam perkembangan pendidikan Islam dengan mendirikan madrasah di kompleks Pondok Pesantren Gunung Puyuh yang tingkatannya sederajat dengan Tsanawiyah dan diberi nama Syams al-‘Ulum (1935).

Pada saat menerima kepemimpinan Jum’iyyat al-Hasanat, KH. Ahmad Sanusi masih berada dalam tahanan Belanda. Sehingga untuk melaksanakan konsep-konsep perjuangannya dia mempercayakan kepada salah seorang muridnya yang juga menjadi adik iparnya, yaitu KH. Ahmad Syafe’i. Sedangkan nama organisasinya diubah menjadi Al-Ittihadiyat al-Islamiyyah (AII).

Di kala terbentuknya federasi organisasi Islam, Majelis Islam Ala Indonesia (MIAI), yang kemudian menjadi partai Majelis Syuro Muslimin Indonesia (MASYUMI), KH. Ahmad Sanusi serta organisasinya menjadi salah satu anggota pendukungnya. Pada masa penjajahan Jepang dia diangkat menjadi Wakil Residen Bogor.

Tujuan AII adalah untuk membasmi khurafat-khurafat yang dengan sengaja telah dimasukkan oleh pihak Belanda ke dalam ajaran-ajaran Islam. Pembasmian tersebut dilakukan dengan cara melaksanakan dakwah dan pendidikan. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut disusunlah program kerja sebagai berikut:
1.        Meningkatkan pendidikan ummat ke arah kesadaran akan jahatnya penjajah kolonial, dan
2.        Membersihkan ajaran-ajaran Islam dari khurafat-khurafat dan campur tangan penjajah.

Program tersebut dijabarkan dalam tiga bidang kegiatan yaitu dakwah, pendidikan dan sosial. Dalam bidang dakwah, AII menyelenggarakan pengajian-pengajian umum dan menerbitkan majalah Al-Tabligh al-Islami dan Soeara Zainabiyyah.Dalam bidang pendidikan, AII mendirikan pondok-pondok pesantren dan madrasah-madrasah, baik di tingkat pusat maupun di daerah-daerah. Sedangkan dalam bidang sosial, AII memberikan santunan kepada anak-anak yatim piatu dan orang tua jompo.[11]

Bersama dengan K.H Ahmad Sanusi berusaha mengimplementasikan cita-citanya membebaskan bangsa Indonesia dari penjajahan melalui pendidikan. Dari hubungan itulah, kelak di kemudian hari lahir sebuah organisasi yang bernama Persatuan Umat Islam (PUI) yang merupakan organisasi masa hasil fusi antara PUI dan PUII.

B.       Pembaharuan Pendidikan Islam di Jawa Barat yang dilakukan Persis
Persis bukanlah organisasi asing di Jawa Barat. Organisasi yang didirikan oleh pada 12 September 1923 di Bandung oleh sekelompok Islam yang berminat dalam pendidikan dan aktivitas keagamaan yang dipimpin oleh Haji Zamzam dan Haji Muhammad Yunus telah menjadi organisasi yang patut diperhitungkan dalam kancah pendidikan Islam di Indonesia, kususnya di Jawa Barat.

Perannya dalam pendidikan Islam sudah tidak diragukan lagi. Seperti dikutip dari laman resmi persis.or.id menyebutkan bahwa lembaga pendidikan berbasis pesantren telah berdiri sebanyak 230 pesantren.[12] Bahkan saat ini, Persis sudah mendirikan perguruan tinggi.

Ahmad Daerobby menyebutkan tujuan pendidikan Persis adalah terwujudnya kepribadian muslim yang “Tafaqquh Fid-Dien”.Tafaqquh, artinya : Jika seseorang mencari ilmu kemudian mengkhususkan padanya untuk mendalaminya.Dalam al-Qur’an dijelaskan ( Attaubah :122 )

Kemudian Tafaqquh fid-Dien itu adalah suatu tuntutan untuk menjadi “Fuqaha”, mengerti dan paham terhadap ilmu ,serta memikul beban yang berat dalam mmemperolehnya, dan mampu menyampaikan pada orang lain. ( Al-Shabuni: 389). Tafaqquh Fid-Dien adalah mempelajari apa yang Allah turunkan dan mengajarkannya.( Al-Suyuthi: 4: 322).Tafaqquh Fid-Dien adalah media untuk berjihad lewat hujjah dan petunjuk, yang merupakan satu segi yang sangat penting dalam da’wah untuk mengajak kepada iman dan menegakkan sendi-sendi ke-Islaman”.Dengan tafaqquh Fid-Dien ini akan menghasilkan fiqih. Dan dengan Tafaqquh fid-Dien artinya dituntut untuk menjadi seorang mujtahid. Adapun syarat-syarat menjadi Mujtahid diterangkan oleh para ulama Ushul, antara lain :
1. Memahami al-Qur’an dengan Asbab Nuzulnya,Nasikh dan mansukhnya, 2.Memahamai hadits dan ilmu Hadits,3. Mempunyai pengetahuan yang mendalam tentang bahasa Arab,4. Mengetahui tentang tempat-tempat Ijma’,-5. Mengetahui ushul-Fiqih. 6. Mengetahui maksud-maksud Syari’at. 7, Memahami keadaan masyarakat. 8. Bersikap Adil dan takwa .( Yusuf Al-Qardawi).

Hal ini perlu diperhatikan oleh penyelenggara lembaga pendidikan di Persis agar dapat menentukan kebijakan yang sesuai dengan tujuan. Khususnya mengatur kurikulum, metoda pembelajaran secara mandiri dan menjadi ciri Khas. Dan selektif memilih calon santri-santrinya, berikut para pengajarnya.[13]

C.      Tujuan Pendidikan Islam umum di Jawa Barat berdasar pada Organisasi PUI dan Persis

Disebutkan dalam AD/ART PUI hasil muktamar PUI ke III di kota Majalengka bahwa pembentukan PUI bertujuan untuk terlaksananya Syariah Islamiyah Ahli Sunnah Wal Jamaah untuk terwujudnya masyarakat adil dan makmur yang diridhai oleh Allah SWT.

Tujuan tersebut merupakan tujuan umum. Adapun tujuan khususnya yaitu tercapainya efisiensi kerja yang pragmatis, terkoordinir dan sistematis dan terarah untuk usaha dan kegiatan pengurus dalm mencapai tujuan.

Untuk mencapai tujuan itu, gerakan PUI menyelenggarakan usaha-usaha sebagai berikut:
a.       Memajukan pelajaran dan pendidikan Islam dalam arti yang seluas-luasnya
b.      Mengajar dan mendidik para pemuda (putra dan putri)
c.       Menerbitkan majalah, membangun perpustakaan dan taman bacaan
d.      Mengadakan tabligh dan penerangan agama Islam
e.       Mendirikan persekutuan perdagangan, pertanian dan usaha-usaha lain dalam lapangan perekonomian
f.       Melaksanakan bakti sosial terhadap orang-orang yang menderita fakir, miskin dan yatim piatu
g.      Memelihara serta mendirikan tempat peribadatan serta barang-barang wakaf
h.      Membangun semangat untuk terlaksananya persatuan umat Islam
i.        Kerjasama dengan perhimpunan lain dalam usaha memajukan Islam
j.        Menunaikan peribadatan dan menggembirakan umat dalam berbakti kepada Allah SWT.[14]
Dari tujuan PUI tersebut di atas, bisa kita lihat betapa PUI sangat mementingkan pendidikan dalam organisasinya. Dan pendidikan yang dituju adalah pendidikan yang holistik, tidak hanya bertujuan dunia tapi juga bertujuan bahagia di dunia dan akhirat.

Lain halnya dengan Persis, sebagaiaman yang ditulis oleh Mahmud Yunus dalam Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia bahwa tujuan pendirian pesantren Persis adalah untuk mengeluarkan muballigh-muballigh yang sanggup menyiarkan, mengajar, membela dan mempertahankan agama Islam.[15]

Apa yang ditulis oleh Mahmud Yunus diatas merupakan tujuan umum dari pendirian Persis itu sendiri. Bisa dikolaborasinkan dengan pendapat Ahmad Daerobby sebelumnya bahwa sejatinya dari penyelenggaraan pendidikan oleh Persis, diharapkan tercipta banyak generasi muda Islam berikutnya yang cakap (faqih) dalam agamanya sehingga dapat menyebarkan ajaran agama Islam seluas-luasnya.


















BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Dari uraian sederhana di atas dapat disimpulkan bahwa pembaharuan pendidikan Islam di Jawa Barat pada awal abad ke 19 banyak dipengaruhi oleh pembaharuan pendidikan yang dilakukan oleh dua organisasi besar yaitu PUI dan Persis. Dari sebelum kemerdekaan Indonesia, kedua organisasi ini sangat concern pada bidang pendidikan.

Tujuan Pendidikan Islam umum di Jawa Barat berdasar pada Organisasi PUI dan Persis adalah untuk merealisasikanSyariah Islamiyah Ahli Sunnah Wal Jamaah untuk terwujudnya masyarakat adil dan makmur yang diridhai oleh Allah SWT serta dapat melahirkan muballigh-muballigh yang sanggup menyiarkan, mengajar, membela dan mempertahankan agama Islam.

B.       Saran
Karena penulis merasa pembahasan ini masih jauh dari kata sempurna, maka kami menyarankan kepada para pembaca untuk lebih menggali kembali literasi yang ada supaya memperkaya khazanah pengetahuan tentang peradaban dan perkembangan pendidikan Islam di Jawa Barat Khususnya dan di Nusantara pada umumnya.















DAFTAR PUSTAKA

·           Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, PT. Hidakarya Agung, Jakarta: 1957.
·           Mohamad Akim, Kiyai H. Abdul Halim Penggerak PUI.
·           AD/ART PUI Persatuan Umat Islam Pergerakan Aliran Modern, hlm. 15
·           Umar, Eksistensi Pendidikan Islam di Indonesia, Lentera Pendidikan, Vol. 19 no. 1 Juni 2016.
·           Miftahur Rohman, Hairudin, Konsep Tujuan Pendidikan Islam persfektif Nilai-nilai Sosial Kultural, Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, Volume 9, No. I 2018 P. ISSN: 20869118 E ISSN: 2528-2476.
·           Imam Syafe`i, Tujuan Pendidikan Islam, Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, Volume 6, November  2015, P. ISSN: 20869118.
·           Drs. H. Ahmad Daerobby M.Ag.VISI ,MISI DAN TUJUAN PENDIDIKAN PESANTREN PERSATUAN ISLAM, https://priatna-mencari.blogspot.com/2010/06/visi-misi-tujuan-pendidikan-persis.html.
·           https://pui.or.id/berdirinya-aii/
·           https://pui.or.id/visi-dan-misi/
·           http://persis.or.id/page/sejarah
·           http://digilib.uinsby.ac.id/9183/
·           https://jabarprov.go.id/infografis/#1#sejarah-jabar
·           https://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Barat#Sejarah



[1]https://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Barat#Sejarah, diakses 25 April 2019
[2]Umar, Eksistensi Pendidikan Islam di Indonesia, Lentera Pendidikan, Vol. 19 no. 1 Juni 2016, hlm. 17
[3]Ibid
[4]Miftahur Rohman, Hairudin, Konsep Tujuan Pendidikan Islam persfektif Nilai-nilai Sosial Kultural, Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, Volume 9, No. I 2018 P. ISSN: 20869118 E ISSN: 2528-2476, hlm. 32
[5]Imam Syafe`i, Tujuan Pendidikan Islam, Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, Volume 6, November  2015, P. ISSN: 20869118 hlm. 165
[6]https://jabarprov.go.id/infografis/#1#sejarah-jabar,diakses 25 April 2019
[7]https://pui.or.id/visi-dan-misi/,diakses 25 April 2019
[8]http://persis.or.id/page/sejarah,diakses 25 April 2019
[9]http://digilib.uinsby.ac.id/9183/diakses 25 April 2019
[10]Mohamad Akim, Kiyai H. Abdul Halim Penggerak PUI, hlm. 48
[11]https://pui.or.id/berdirinya-aii/,diakses 25 April 2019
[12]http://persis.or.id/page/sejarah,diakses 25 April 2019
[13]Drs. H. Ahmad Daerobby M.Ag.VISI ,MISI DAN TUJUAN PENDIDIKAN PESANTREN PERSATUAN ISLAM, https://priatna-mencari.blogspot.com/2010/06/visi-misi-tujuan-pendidikan-persis.html,diakses 25 April 2019
[14]AD/ART PUI Persatuan Umat Islam Pergerakan Aliran Modern, hlm. 15
[15]Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, PT. Hidakarya Agung, Jakarta: 1957, hlm. 297

Comments

Popular posts from this blog

LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM SUMATERA THAWALIB PARABEK BUKITTINGGI, RISKI BAYU PRATAMA

PERADABAN PADA MASA KERAJAAN ISLAM DEMAK (TAHUN 1518 – 1549 M), Ilham Bahari

PROSES PENDIDIKAN ISLAM DI SUMATERA BARAT, JAKFAR