PERADABAN PADA MASA KERAJAAN ISLAM DEMAK (TAHUN 1518 – 1549 M), Ilham Bahari
PERADABAN PADA MASA KERAJAAN ISLAM DEMAK (TAHUN 1518 – 1549 M)
(Makalah ini digunakan untuk memenuhi tugas mata kuliah Peradaban
dan Pembaharuan Pendidikan Islam)
OLEH :
ILHAM BAHARI
HADYATMA
NIM :
182101011941
PEMBIMBING :
Dr. H. Ulil Amri Syafri, Lc., MA.
Dr. H.Anung Al Hamat, Lc., M.Pd.I.
PASCASARJANA
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS
IBNU KHALDUN BOGOR
JAWA BARAT - INDONESIA 2019
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Agama Islam mulai tersiar di Jawa dari pelabuhan dan bandar –
bandar tempat perhubungan dagang antara Indonesia dengan luar negeri, misalnya
Sunda Kelapa (Jakarta), Cirebon, Tegal, Pekalongan, Semarang, Jepara, Tuban, Gresik,
Surabaya dan lain – lain.[1]
Sejarah panjang Islam telah memberikan pelajaran bagi kita, bahwa
kejayaan Islam akan tercapai jika syariat Islam akan tercapai jika Syariat
Islam benar – benar ditegakkan. Sedang Syariat itu sendiri tak bisa ditegakkan
tanpa adanya kekuasaan yang menaungi. Syariat hanya bisa ditegakkan jika ada
institusi yang mewadahinya. Institusi berupa daulah islamiyah.[2]
Islam mencapai kejayaannya di masa lalu karena kuat institusi yang
menaungi. Di masa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, institusi
tersebut berpusat di Madinah. Kemudian dilanjutkan dengan masa – masa khulafaur
Rasyidin hingga Daulah Utsmaniyyah yang paling terakhir runtuh.
Pun demikian halnya di Indonesia. Kerajaan Demak yang berdiri di
bawah pimpinan Sultan Fattah adalah institusi yang menaungi tegaknya syariat di
Nusantara kala itu. Seluruh undang – undang kerajaan yang sesuai dengan syariat
Islam termaktub dalam kitab Salokantoro dan Angger Surya.
Nusantara yang terdiri dari ribuan pulau dan terletak di antara 2 samudra,
Samudra Pasifik dan Samudra Hindia telah menjadi pusat perdagangan
internasional di Asia sejak awal abad Masehi. Upaya mencari ma’isyah untuk
memenuhi kebutuhan hidup telah membuat para pedagang dari berbagai negara
seperti Arab, Afrika, Cina India, Benggala dan bahkan Eropa untuk mencari
komoditas barang ekspor rempah – rempah di Nusantara.[3]
Di antara mereka terdapat para ulama, masyayikh, wali dan
da’i yang tidak pernah lupa untuk berdakwah di tengah aktifitas perdagangannya.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimanakeadaan
Peradaban Islam pada zaman Kerajaan Islam Demak ?
2.
Bagaimana
pengaruh Kerajaan Islam Demak Masa Kini ?
C.
Tujuan Penulisan
1.
Mengetahui
Peradaban Islam di zaman Kerajaan Islam Demak.
2.
Mengetahui
kejadian – kejadian penting dalam sejarah Kerajaan Islam Demak.
BAB II
TEORI MAKNA
A.
Pengertian Peradaban
Menurut
KBBI V online: berasal dari kata Adab >> per.a.dab.an; kemajuan
(kecerdasan, kebudayaan) lahir batin. Hal yang menyangkut sopan santun, budi
bahasa, dan kebudayaan suatu bangsa.
Dikatakan
peradaban adalah bagian – bagian dari kebudayaan yang memiliki sistem
teknologi, seni bangunan, seni rupa, sitem kenegaraan dan ilmu pengetahuan yang
luas. Dan ditegaskan lagi bahwa pengertian umum yang dipakai adalah peradaban
merupakan bagian dari kebudayaan yang bertujuan untuk memudahkan dan
mensejahterakan hidup.[4]
Peradaban
adalah sesuatu yang dipakai untuk bagian – bagian dan unsur – unsur dari
kebudayaan yang halus dan indah.[5]
Dari
beberapa definisi, maka Peradaban adalah segala bentuk kemajuan, baik yang
berupa kemajuan bendawi, ilmu pengetahuan, seni sastra, maupun sosial, yang
terdapat pada suatu masyarakat.
B.
Pengertian Kerajaan
Menurut
KBBI V online: berasal dari kata raja >> ke.ra.ja.an : 1. Bentuk
pemerintahan yang dikepalai oleh raja, 2. Tanda – tanda kebesaran raja, 3.
Martabat (kedudukan) raja, 4. Wilayah kekuasaan seorang raja, 5. Sifat sebagai
raja, 6. Menjadi raja; naik tahta.
Islam
masuk ke Indonesia (History of Islam Came To Indonesia) dan
memengaruhi beraneka sisi kehidupan penduduk Indonesia termasuk juga pula sudut
pemerintahan merupakan dengan
munculnya kerajaan-kerajaan yang bercorak
Islam. Kerajaan kerajaan di Indonesia yang
bercorak Islam dengan cara geografis terletak di sepanjang pesisir pantai.
Aspek ini disebabkan karena terbentuknya
kerajaan dimulai dan kota – kota pelabuhan
yang berfungsi sebagai
kota transit maka mata pencaharian masyarakatnya di bidang pertanian dan
perdagangan atau dinamakan maritim.[6]
BAB III
PEMBAHASAN
Sejarah
Peradaban Islam di pulau Jawa termulai oleh kegiatan di sepanjang garis pantai,
mulai dari Sunda Kelapa (Jakarta) sampai ke Surabaya atau biasa di sebut jalur
Pantura (pantai utara). Para pedagang Indonesia di tempat – tempat tersebut dan
sekitarnya (tahun 1400) sudah mendengarkan dan mengetahui alakadarnya tentang
didikan dan ajaran Islam.[7]
Pedagang
– pedagang asingpun, seperti bangsa Tionghoa, banyak yang sudah memeluk agama
Islamm sehingga lambat laun perniagaan di pulau Jawa pindahlah ke tangan kaum
muslimin.[8]
Raden
Fattah, putera Brawijaya Majapahit, santri perguruan Islam di Ampel Denta,
diberi ijazah oleh gurunya untuk membuka perguruan Islam dimana saja.
Pada
tahun 1475 Raden Fattah mendirikan pesantren di hutan Glagah Arum di
sebelah selatan Jepara. Pesantren itu mendapat kemajuan yang pesat, sehingga
Glagah Arum kampung kecil itu turut maju, akhirnya berubah menjadi kota
kabupaten, yaitu Bintara dan Raden Fattah sebagai bupatinya.
Bintara
menjadi pusat untuk meratakan agama Islam ke seluruh Jawa.
Sekitar
tahun 1476 di Bintara di bentuk suatu organisasi Bayangkare Islah
(Angkatan Pelopor Perbaikan). Maksudnya ialah untuk mempergiat usaha pendidikan
dan pengajaran Islam menurut rencana yang teratur. Dalam rencana pekerjaannya
antara lain sebagai berikut:
1.
Tanah
Jawa – Madura dibagi atas beberapa bagian untuk lapangan pekerjaan bagi
pendidikan dan pengajaran. Pimpinan pekerjaan di tiap – tiap bagian dikepalai
oleh seorang wali dan pembantu (Badal).
2.
Supaya
mudah difahami dan diterima oleh masyarakat, maka didikan dan ajaran Islam
harus diberikan melalui jalan kebudayaan yang hidup dalam masyarakat itu, asal
tiada menyalahi hukum Syara’.
3.
Para
wali dan para badal, selain harus pandai dalam ilmu Agama, harus pula
memelihara budi pekerti diri sendiri dan berakhlak mulia, supaya menjadi suri
tauladan bagi masyarakat sekelilingnya.
4.
Di
Bintara harus segera didirikan sebuah masjid Agung untuk menjadi sumber Ilmu
dan pusat kegiatan usaha pendidikan dan pengajaran islam.
Sebelum selesai persiapan bahan – bahan untuk masjid Agung itu,
maka didirikan sebuah masjid sementara (semi – permanen), dinamai Mesjid
Sikayu itulah masjid pertama yang didirikan di Jawa – Madura (sekitar tahun
1477). Sampai sekarang masih ada masjid itu di tempat asalnya, terkenal dengan
nama Sikayu, sebelah barat dekat Semarang.[9]
Demak Kerajaan Islam Pertama di Jawa
Setelah berdiri kerajaan Islam pertama di Demak dengan
rajanya Raden Fattah (tahun 1500) maka pendidikan dan pengajaran Islam
bertambah maju dengan amat pesatnya dan penyiaran Islam ke seluruh pulau Jawa,
berjalan dengan amat mudah karena telah ada pemerintah yang menyongkongnya dan
pembesar – pembesar Islam yang membelanya. Dengan demikian didikan dan ajaran
Islam mendesak dan mengurangkan pengaruh agama Hindu dikit demi sedikit.
Wali suatu daerah diberi gelaran resmi, yaitu gelaran:
Sunan ditambah dengan nama daerahnya, sedangkan Badal gelaran resminya: Kiyahi
Ageng. Misalnya Sunan Gunung Jati, Sunan Geseng, Kiyahi Ageng Tarub, Kiyahi
Ageng Sela dan lain – lain.
Didirikan oleh Sultan Fattah dengan dukungan Wali
Songo pada tahun 1482 M setelah runtuhnya Kerajaan Syiwo – Buddho Mojopahit di
tangan Girindro Wardhono pada tahun 1478 M. Hukum yang diberlakukan di dalam
wilayah kekuasaannya adalah hukum Islam. Berdasarkan kitab Salokantoro dan
Angger Suryo Alam yang secara umum mendasarkan kepada hukum syariat Islam,
Sultan Fattah telah membangun sebuah kekuatan imperium Islam pertama dan
terbesar di tanah Jawa. Sebuah imperium Islam yang tidak ada tandingannya saat
itu. Wilayah kekuasaanya membentang dari ujung barat Jawa hingga ke bagian
timurnya. Bahkan pengaruhnya hingga ke Lampung dan Palembang di ujung Tenggara
kepulauan Sumatra maupun di Pasai – Aceh, kepulauan Malaka, pulau Borneo
(Kalimantan) bagian selatan, Celebes (Sulawesi) bagian Selatan, Madura, Lombok,
Nusa Tenggara Barat hingga Ternate dan Tidore di kepulauan Maluku.
Pengaruh kekuasaan politik Kerajaan Islam Demak dalam
hubungan dengan berbagai bangsa teramatlah besar. Kerajaan Islam Demak merupakn
juru bicara di kawasan Asia Tenggara yang sangat disegani. Oleh Karen kontribusinya
dalam penyebaran Islam, bidang politik, hukum, pemerintahan, perdagangan,
pelayaran, kerajinan, pertanian, pendidikan maupun peradaban. Sebagai Negara
Adidaya di kawasan Asia Tenggara, Kerajaan Islam Demak aktif melakukan
konsolidasi dan diplomasi. Duta besar Kerajaan Islam Demak ditempatkan di
berbagai Negara – Negara Islam. Misalnya Negeri Johor, Negeri Pasai, Negeri
Gujarat, Negeri Turki, Negeri Parsi, Negeri Arab dan Negeri Mesir.[11]
Kitab – kitab Pelajaran Agama Islam Pada Zaman Demak
Kebijaksanaan wali – wali menyiarkan agama dan
memasukkan anasir – anasir pendidikan dan pengajaran Islam dalam segala cabang
kebudayaan nasional Indonesia, sangatlah memuaskan, sehingga agama Islam
tersebar di kepulauan Indonesia.
Tetapi sayang kita tidak menjumpai dalam sejarah,
apakah kitab – kitab pelajaran Agama yang di pakai waktu itu, misalnya kitab
Ilmu Fiqhi, Ilmu Tauhid, Tafsir dan sebagainya.
Bagaimana sistim cara mengajarkan agama kepada anak –
anak dan orang – orang dewasa? Bagaimana cara pendidikan guru – guru agama dan
muballig – muballig Islam? Semuanya itu
tidak kita jumpai dalam sejarah.
Kitab – kitab keluaran Demak itu boleh dikatakan
hampir tidak ada, dan boleh jadi ada, tetapi tidak sampai kepada kita, karena
hilang atau dihilangkan oleh kaum penjajah. Hanya yang ada suatu kitab yang
kini dikenal dalam kalangan pesantren dengan nama: Usul 6 Bis, yaitu
sejilid kitab tulisan tangan berisi 6 kitab dengan 6
bismillahirrahmanirrahim, karangan ulama Samarkandi. Isinya ialah tentang
ilmu agama Islam yang permulaan. Kitab yang lain ialah: Tafsir jalalain,
karangan Syech Jalaluddin al Mahalli dan Jalaluddin as Suyuthi.[12]
Kitab – kitab agama Islam di zaman Demak yang kini
masih dikenal ialah Primbon, yaitu notes, berisi serba macam catatan
tentang ilmu – ilmu agama, macam – macam doa, bahkan juga tentang ilmu obat –
obatan, ilmu gaib dan sebagainya. Dalam kitab itu disebutkan, bahwa ini atau
itu adalah wejangan dari Sunan polan, atau Sunan anu, atau dari Kiyahi
Ageng anu. Lain daripada itu ada lagi kitab – kitab yang dikenal dengan
nama: Suluk Sunan Bonang, Suluk Sunan Kalijaga, Wasita Jati Sunan Geseng
dan lain – lain. Semuanya itu adalah diktat didikan dan ajaran mystick
(tasawuf) Islam dari masing – masing Sunan itu yang ditulis dengan tangan.
Primbon dan Suluk itu, biasanya disebutkan di dalamya:
terlarang bagi yang tidak berhak menjadi murid dan bagi sembarang orang.
Sesungguhpun kitab – kitab pelajaran agama pada zaman
Demak itu kurang dan tidak banyak, tetapi dalam kenyataan agama Islam menjalar
dan merata ke seluruh Indonesia dengan amat pesatnya.
Ikhtisar: Tahun Kejadian Penting
1513 M :
Pati Unus memerangi Portugis di Malaka dalam Ekspedisi Jihad ke – 1, akan
tetapi belum berhasil.
1517 M :
Pati Unus diperintah Sultan Fattah untuk memerangi Prabhu Udhoro di Daha,
Kediri karena bekerja sama dengan Portugis. Prabhu Udhoro belum kalah
sepenuhnya.
Katolik
Eropa gempar karena Martin Luther menggugat doktrin – doktrin Katolik hingga
lahir Kristen Protestan. Pengaruhnya sampai ke Portugis dan Spanyol di
Nusantara.
1518 M :
Sultan Fattah wafat dan Pati Unus diangkat menjadi Raja Islam di Kerajaan Islam
Demak.
1521 M :
Pati Unus wafat sebagai Syuhada’ dalam perang Ekspedisi Jihad ke – 2 melawan
portugis di Malaka. Sultan Trenggono diangkat menjadi Raja Islam di Kerajaan
Islam Demak.
1522 M :
Prabhu Sanghyang Raja Sunda di Kerajaan Syiwo – Buddho Pajajaran bekerja sama
dengan Portugis di Sunda Kelapa yang ditandai dengan pemancangan Tugu Batu
Padrao. Portugis mendirikan banteng Sao Paulo di Ternate, Maluku.
1524 M :
Sunan Ngudung wafat dalam perang melawan Prabhu Udhoro di Daha Kediri. Sultan
Trenggono menikahkan Nyai Pambayun binti Sultan Fattah dengan fatahillah.
1526 M :
Pasukan Islam di bawah Fatahillah menaklukkan Banten dan mengalahkan pasukan
Syiwo – Buddho Pajajaran.
1527 M :
Pasukan Islam di bawah Fatahillah menghancurkan kekuatan Katolik Portugis di
Sunda Kelapa dan menggantinya menjadi Jayakarta (Joyokerto). Prabhu Udhoro di
Kediri dikalahkan sebagai tanda runtuhnya sisi kekuatan Syiwo – Buddho di Daha
Kediri secara total.
1543 M :
Penaklukan Gunung Penanggungan yang
dikeramatkan dan menjadi pusat sisa – sisa pelarian Majapahit.
1546 M :
Upaya penaklukan Pasuruan, yang saat itu dikuasai Blambangan. Sultan Trenggono
wafat ditikam bocah karena salah paham.
1546 M :
Sunan Prawoto menjadi Raja Islam di Kerajaan Islam Demak
1549 M :
Sunan Prawoto ingin menjadi Segundo Truco (Sultan Turky ke – 2).
Namun di tahun itu pula Sunan Prawoto wafat.
1549 M : Runtuhnya
Kerajaan Islam Demak.
Peninggalan – peninggalan Sejarah
Masjid Agung Demak
Masjid Agung Demak yang
terletak di tengah – tengah Kota Demak juga dikenal dengan namaMasjid Wali,
karena masjid ini memangdidirikan oleh para wali penyebar Islam di Tanah Jawa.
Hingga saat ini, Masjid
Agung Demak itu menjadi perhatian umat Islam dan dianggap Masjid Suci. Bahkan
ada orang – orang ekstrem terlalu ghuluw (berlebihan) dengan menganggap
bahwa mengunjungi Masjid Demak dan menziarahi orang – orang suci yang
dimakamkan di dalamnya dapat disamakan dengan pahala naik haji ke Mekkah.[13] Maka keyakinan semacam ini adalah
keyakinan yang tidak dapat dibenarkan oleh Karen bertentangan dengan Islam itu
sendiri. Hanya ada 3 Masjid dalam ajaran Islam yang memiliki keunggulan atas
seluruh masjid di atas muka bumi ini, yaitu Masjidil Haram di Mekkah, Masjid
Nabawi di Madinah dan Masjidil Aqsha (al – Quds) di
Yerusalem, Palestina.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Masa kejayaan Kerajaan
Islam Demak telah selesai riwayatnya setelah menorehkan tinta emas kejayaannya
selama sekitar 67 tahun (1482 – 1549). Meskipun demikian, pengaruh Kerajaan
Islam Demak ini sedemikian besar dalam membentuk Masyarakat Jawa bahkan
Nusantara menjadi umat Islam mayoritas dunia hingga awal abad 21 ini.
Selain membentuk
masyarakat Jawa dan Nusantara sebagai mayoritas umat Islam. Kerajaan Islam
Demak juga memiliki pengaruh besar dalam kehidupan masyarakat Jawa dalam
berbagai aspek kehidupannya. Diantaranya adalah aspek ideology, politik,
pemerintahan, hukum, militer, pendidikan pesantren adat istiadat, kesenian
serta berbagai warisan peninggalan yang teramat tinggi nilainya.
Di antara pengaruh
Kerajaan Islam Demak yang mencolok adalah kehidupan Islami dari tradisi para
Wali Songo yang masih bertahan hingga kini meskipun Kerajaan Islam Demak telah
runtuh secara kekuasaan politik. Tradisi kehidupan Islami yang masih banyak
tersisa berada di bekas wilayah Kerajaan Islam Demak, khususnya di wilayah
pesisir utara Pulau Jawa, seperti Banten, Jakarta (Sunda Kelapa), Cirebon,
Tegal, Brebes, Pekalongan, Kendal, Semarang, Demak, Kudus, Pati, Jepara,
Juwana, Lasem, Rembang, Tuban, Lamongan, Sidayu, Gresik dan Suroboyo. Kehidupan
Islami kaum Muslimin Jawa masih terpengaruh oleh corak Kerajaan Islam Demak
yang murni lebih berpegang kepada Al – Quran dan As – Sunnah daripada
kepercayaan mistis, sinkretis, animisme dan dinamisme yang banyak terpengaruh
Syiwoisme – Buddho maupun aliran kebatinan Kejawen.
Bahkan menurut tutur
rakyat Jawa dan kenyataan sejarah memberikan petunjuk, sampai sekarang pun
kewibawaan Kerajaan Islam Demak masih tetap tegar dan harum. Tidak kurang 1.000
tamu dari wilayah Indonesia, khususnya dating dari Jawa dan bahkan Mancanegara
pada berdatangan untuk ziarah ke makam para penguasa Kerajaan Islam Demak. Di
antara mereka dating dari benua Asia Tenggara seperti Malaysia, Singapura,
Brunai Darussalam juga dari Negara – Negara Timur Tengah, OKI, Organisasi Islam
dari Amerika, Belanda dan sebagainya. Rasa kebesaran penguasa Kerajaan Islam
Demak tersebut masih begitu berkesan dan menyentuh dada kaum Muslimin ketika
berada di komplek Masjid Agung Demak yang anggun, indah, rapi lagi bersih.
Mereka menjadi teringat betapa hebat para Sultan Kerajaan Islam Demak, terutama
Sultan Fattah dan betapa besar jasa mereka bagi anak – anak cucunya ini hingga
generasi sekarang ini.
TAMAN BACA
Abdullah, Rachmad,
Kerajaan Islam Demak Api Revolusi Islam di Tanah Jawa, Solo: Al Wafi, 2018
Abdullah, Rachmad,Sultan Fattah Raja Islam Pertama Penakluk
Tanah Jawa, Solo: Al Wafi, 2018
Abdullah, Rachmad, Walisongo Gelora Dakwah dan Jihad di Tanah
Jawa, Solo: Al Wafi, 2018
Abu Amar,
Imron, Sejarah Ringkas Kerajaan Islam Demak, 1996
Karim, Abdul, Sejarah Pemikiran dan Peradaban
Islam, Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 2009
KBBI V
Purwadi,
Babad Demak: Sejarah Perkembangan Islam di Tanah Jawa, 2012
Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 1999
Yunus, Muhammad, Sejarah
Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: Hidakarya Agung, 1996
[1]
Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: Hidakarya Agung, 1996,
hlm. 216.
[2]
Rachmad Abdullah, Kerajaan Islam Demak Api Revolusi Islam di Tanah Jawa, Solo:
Al Wafi, 2018, hlm. 5.
[3]Ibid.,
hlm. 13.
[4]
Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, Yogyakarta: Pustaka Book
Publisher, 2009, hlm. 35.
[5] Badri
Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999, hlm. 2.
[6]https://pengertianahli.id/2015/08/sejarah-kerajaan-islam-indonesia.html#more-8
[7]Mahmud
Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: Hidakarya Agung, 1996,
hlm. 216.
[8]Ibid.
[9]Ibid., hlm. 218.
[10]Rachmad
Abdullah, Kerajaan Islam Demak Api Revolusi Islam di Tanah Jawa, Solo: Al Wafi,
2018, hlm. 26.
[11]Purwadi, Babad Demak: Sejarah
Perkembangan Islam di Tanah Jawa, 2012, hlm. Iii.
[12]Mahmud
Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: Hidakarya Agung, 1996,
hlm. 220.
[13]Imron Abu Amar, Sejarah Ringkas
Kerajaan Islam Demak, hlm. 32.
Comments
Post a Comment