SEJARAH PERADABAN DAN PEMBAHARUAN ISLAM PERANANAL-JAM’IYATUL WASHLIYAH DALAM PENDIDIKAN DI SUMATERA UTARA (MEDAN), NUR LAELA


MAKALAH
SEJARAH PERADABAN DAN PEMBAHARUAN ISLAM
PERANANAL-JAM’IYATUL WASHLIYAH DALAM PENDIDIKAN
DI SUMATERA UTARA (MEDAN)
Dosen Pengampu,
Dr. H. Ulil Amri Syafri, Lc.MA
Dr. Anung Al-Hamat, Lc, M.Pd.I




Disusun Oleh:
Nurlaelah
NPM: 182101011907




UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR
MAGISTER PENDIDIKAN ISLAM
1440 H / 2019 M

KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT, Rabb semesta alam, hanya kepada-Nya kita menyembah, mengabdi, dan meminta pertolongan.
Berkat limpahan rahmat, taufik, serta inayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “PerananAl-Jam’iyatul Wahliyah Dalam PendidikanDi Sumatera Utara (Medan)” yang sederhana ini. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Rasulullah `, yang telah menerangi jiwa manusia dengan pengajaran risalah Islamiyah agar selamat dari keterpurukan ruhani, duniawi, dan ukhrawi.
Maksud dan tujuan dari penyusunan makalah diperuntukan untuk memenuhi tuagas mata kuliah Sejarah Peradaban Islam serta merupakan bentuk langsung tanggung jawab penyusun pada tugas yang diberikan. Pada kesempatan ini, penyusun juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada dosen Mata Kuliah Peradaban  Islam Dr. Anung Yang telah mempercayai penulis untuk penyusunan makalah ini.
 Demikianlah pengantar yang dapat disampaikan, penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini tidak luput dari kesalahan dan kekurangan, sedangkan kesempurnaan hanya milik Alloh  semata. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan senantiasa penyusun terima sebagai upaya evaluasi perbaikan dalam penyusunan makalah ini.
 Akhirnya penyusun hanya bisa berharap, bahwa dibalik ketidak kesempurnaan penyusunan makalah ini, semoga Allah SWT mencurahkan mutiara hikmah sebagai pembendaharan khazanah Islam yang dapat memberikan manfaat khususnya bagi penyusun, dan umumnya bagi pembaca, dan seluruh Mahasiswa Pascasarjana Ibn Khaldun (UIKA).
 Penyusun





DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................. i
DAFTAR ISI........................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................... 4
C. Tujuan Penulisan......................................................................................................... 4
D. Metode Penulisan....................................................................................................... 4

BAB II    PERANAN AL-JAM’IYATUL WASHLYAH DALAM PENDIDIKAN DI SUMATERA (MEDAN)
A.  VISI DAN MISI AL-JAM’ITUL WASHLIYAH................…………………………………………………5
B. ULAMA-ULAMA AL-JAM’IYATUL WASHLIYAH ....................................................... ….8
C.PENDIDIKAN AL-JAM’IYATUL WASHLIYAH ...............................................................13

BAB III   PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................ ……………………………………25

 DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................. 26






















BAB I
PENDAHULUAN

A. latar Belakang Masalah

            Banyak yang tidak mengenal Al Jam’iyatul Washliyah, tidak seperti NU atau Muhammadiyah di jawa.tarikh 30  Nopember 1930 di Medan, Sumatera Utara. Organisani ini lahir dari sebuah perhimpunan pelajar yang bernama Debating Club. Organisasi ini lahir di Indonesia di bawah kekuasaan kolonial Belanda yang ingin mengekalkan kekuasaannya di Indonesia dan tidak ingin melihat kekuatan bangsa Indonesia dan umat Islam bersatu. Belanda menerapkan siasat politik memecah belah yang dikenal sebagai divide et impera.[1] Upaya memecah belah rakyat terus merasuk hingga ke sendi-sendi agama Islam. Umat Islam saat itu dapat dipecah-belah hanya kerana perbedaan pandangan dalam hal ibadah dan cabang dari agama (furu‘iyah). Keadaan ini terus meruncing, hingga umat Islam terbahagi menjadi dua kelompok yang disebut dengan kaum tua dan kaum muda. Perbedaan fahaman di bidang agama ini semakin hari semakin tajam dan sampai pada tingkat meresahkan karena berpotensi terputusnya silaturahmi. Hal ini tentu saja meresahkan karena akan merusak persatuan dan kesatuan masyarakat.
Perbedaan pendapat antara kaum tua dengan kaum muda tentang masalah ibadah terus
meruncing. Belum lagi datangnya beberapa pimpinan-pimpinan pergerakan dari Jawa ke Medan maupun pimpinan pergerakan nasional yang berdasar Islam.[2] Inilah yang melatarbelakangi para pelajar yang menimba ilmu di Maktab Islamiyah Tapanuli Jalan Hindu Medan dan Maktab al-Hasaniyah Jalan Puri Medan untuk menyatukan perbedaan pendapat yang terjadi di tengah-tengah masyarakat umat Islam dengan mendirikan perkumpulan pelajar pada tahun 1928, yang diberi nama Debating Club.Musyawarah dan diskusi di Debating Club mencapai puncaknya pada bulan Oktober 1930. Pada saat itu diadakan pertemuan di rumah Yusuf Ahmad Lubis, di Glugur, Medan. Pertemuan itu dipimpin oleh Abdur Rahman Syihab dan dihadiri oleh Yusuf Ahmad Lubis, Adnan Nur, M. Isa dan beberapa pelajar lainnya. Dalam pertemuan itu, agenda yang dibincangkan adalah bagaimana cara memperbesar perhimpunan Debating Club menjadi sebuah perhimpunan yang lebih luas lagi. Setelah berunding, akhirnya disepakati pelaksanaan pertemuan yang lebih besar yang akan diadakan pada tanggal 26 Oktober 1930, bertempat di Maktab Islamiyah Tapanuli Medan. Pertemuan itu dihadiri para ulama, guru-guru, pelajar dan  pemimpin Islam di kota Medan dan sekitarnya. Pertemuan ini dipimpin oleh Ismail Banda. Akhir dari acara ini menghasilkan rencana pertemuan/perkumpulan yang lebih besar bertujuan memajukan, mementingkan dan menambah tersiarnya agama Islam.[3]  Syaikh H. Muhammad Yunus diminta untuk memberi nama organisasi tersebut.
Setelah salat dua rakaat dan berdoa dengan khusyuk kepada Allah SWT. ia mengatakan, “Menurut saya kita namakan saja perkumpulan itu dengan Al Jam’iyatul Washliyah. Seluruh peserta menyetujuinya dan resmilah organisasi ini berdiri pada tanggal 30 Nopember 1930 dengan nama Al Jam’iyatul Washliyah, yang artinya ialah “perhimpunan yang memperhubungkan dan mempertalikan.[4]
Terjadinya kebangkitkan pendidikan Islam di Indonesia ditandai dengan lahirnya beberapa organisasi Islam, seperti Muhammadiyah (1912) di Yogyakarta, dan diikuti oleh beberapa organisasi lain, seperti Persyarikatan Ulama (1915) di Majalengka, Persatuan Islam (1923) di Bandung, Nahdlatul Ulama (1926) di Surabaya, dan Al Jam’iyatul Washliyah (1930) di Medan.Dalam sejarah Sumatera Utara menjelang kemerdekaan, ulama Al Jam’iyatul Washliyah adalah orang-orang yang sangat menonjol dalam memperjuangkan Islam, baik dalam bidang pendidikan, dakwah, sosial maupun politik.Al Jam’iyatul Washliyah, merupakan organisasi Islam yang lahir dan berkembang di Sumatera Utara, berpengaruh sangat besar terhadap kehidupan masyarakat khususnya umat Islam. Pembaharuan yang di lakukan oleh Al-Washliyah khususnya dalam bidang pendidikan dengan mengadakan program-program pendidikan dari sejak usia dini sampai perguruan tinggi merupakan wujud dari kecintaan terhadap tanah air dan ingin mandiri terbebas dari penjajahan.

Berdasarkan letak geografis, posisi Al Jam’iyatul Washliyah yang lahir dan berkembang di Sumatera Utara tidak begitu mendapatkan sorotan yang luas dari para peneliti baik domestik maupun mancanegera.
Hal ini berakibat tidak banyaknya penelitian maupun tulisan yang mengulas tentang bagaimana pendidikan Al Jam’iyatul Washliyah dan reproduksi ulamanya di Sumatera Utara, berbeda dengan organisasi Islam lainnya, seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah.Organisasi yang lahir dan besar di pulau Jawa ini jauh lebih dikenal oleh para sarjana dan peneliti, dengan akses yang mudah maka berbagai informasi banyak didapatkan. Namun jarang sekali ada penelitian yang mengkaji tentang Al Jam’iyatul Washliyah, kecenderungan para peneliti ini mengakibatkan peran organisasi Al Jam’iyatul Washliyah dan beberapa organisasi lain menjadi sangat dimarjinalkan. Padahal organisasi ini telah ikut memberikan kontribusi bagi peradaban Nusantara dan bangsa Indonesia khususnya.

B. Perumusan Masalah

            Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka ada beberapa masalah yang dibahas dalam penelitian ini, masalah tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Apa visi dan misi lembaga pendidikan Al Jam’iyatul Washliyah ?
2. Bagaimana aktivitas ulama Al Jam’iyatul Washliyah dan relevansinya di tengah masyarakat?
3. Bagaiman peranan  Al-Jam’iyatul Washliyah dalam  pendidikan di Sumatera Utara (Medan)?

D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka penelitian ini mencari dan memetakan tradisi keulamaan Al Jam’iyatul Washliyah Sumatera Utara. Secara rincinya penelitian ini bertujuan:
 1. Untuk mengetahui visi dan misi lembaga pendidikan Al Jam’iyatul Washliyah
2. Untuk mengetahui aktivitas ulama Al Jam’iyatul Washliyah dan relevansinya di tengah masyarakat.
3. Untuk mengetahui peranan Al-Jam’iyatul Washliyah dalam pendidikan di Sumatera (Medan)?

3. Metode  Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah, yakni menganalisis secara kritis sumber-sumber sejarah (tertulis atau lainnya) dan menuliskan hasilnya berdasarkan fakta yang telah diperoleh, selanjutnya disebut dengan historiografi.
Historiografi adalah rangkaian terakhir dari proses penelitian sejarah mulai dari heuristik, kritik dan interpretasi dalam rangka menetapkan makna yang saling berhubungan, semua itu disajikan dalam bentuk historiografi.[5]Penelitian ini menggunakan pendekatan sejarah sosial, yaitu sejarah yang mengambil fakta sosial/masyarakat sebagai bahan kajian.Penelitian ini juga tidak terlepas dari ruang lingkup perkembangan agama Islam di Sumatera Utara.
                                                                                   
BAB II
PERANAN AL-JAM’IYATUL WASHLIYAH DALAM PENDIDIKAN
DI SUMATERA (MEDAN)

A.  Visi dan Misi Al-Jam’iyatul Washliyah
          Organisasi Al Washliyah memiliki tujuan antara lain adalah melaksanakan tuntutan agama Islam sekuat tenaga. Tujuan ini juga diungkapkan dalam baiat yang diikrarkan seseorang ketika ia dilantik menjadipengurus Al Washliyah. Melihat dari tujuan tersebut, kegiatan Al Washliyah tidak akan ada henti-hentinya untuk memperjuangkan agar ajaran Islam dapat dilaksanakan secara sempurna, baik untuk individu maupun masyarakat. Tuntutan Islam itu antara lain adalah melaksanakan ajaran Islam secara menyeluruh. Hal tersebut menjadi dasar dalam pelaksanakan perjuangan Al-Washliyah.
Di samping tujuan Al Washliyah juga mempunyai visi dan misi. Dari uraian Muqaddimah Anggaran Dasar Al Washliyah dapat dijelaskan, sebagai organisasi kemasyarakatan yang independen senantiasa menjalankan kiprahnya secara aktif, khususnya dalam peran moderasi (washal) bagi perjalanan bangsa dan mengembangkan masyarakat, baik dalam memperjuangkan kemerdekaan, mempertahankan, mengisi dan mereformasinya menuju Indonesia baru. Dalam bidang iktikad, Al Washliyah menganut mazhab Ahlussunnahwaljamaah dan dalam mazhab fikih menganut mazhab Syâfi‘i, dan menitik beratkan usahanya dalam bidang pendidikan, ukhwah islamiyah dan amal sosial.[6]Ketiga hal ini menjadi jalan dakwah bagi Al- Washliyah dan sangat di rasakan dampaknya oleh masyarakat Sumatera.
Dalam aplikasinya, misi Al Washliyah dalam melakukan kegiatan-kegiatan berikut.Dalam lapangan politik ikut sertmenentukan arah perkembangan bangsa. Di bidang agama, Al Washliyah turut membangun rumah-rumah ibadah, sekolah dan panti asuhan, melakukan tabligh, mengadakan pengajianpengajian majlis taklim, membuat penerbitan buku dan majalah, perpustakaan, penyiaran Islam di kalangan umat yang belum beragama,
menggiatkan amal ibadah dan amal saleh, menghidupkan kegiatan ibadah sehari-hari, menegakkan akhlak mulia, mempersubur ukhwah Islamiyah. Sedangkan dalam bidang ekonomi, Al Washliyah menggerakkan usaha anggota untuk memberdayakan umat.Dalam menghadapi era globalisasi dan menjelang perdagangan bebas abad 21, Al Washliyah harus mempersiapkan diri dengan wajah dan gairah baru untuk ikut membangun suatu peradaban baru yang disebut “masyarakat madani.”
Sebagaimana diketahui bahwa motivasi terbesar pendirian Al Washliyah adalah ingin mewashilahkan atau menghubungkan manusia dengan Tuhannya dan menghubungkan manusia dengan manusia.Banyak ayat Alquran yang menganjurkan agar manusia menjaga hubungan baik antara dirinya dengan Tuhannya yang dikenal dengan habl minallâh dan hubungan dengan sesama manusia yang disebut habl min al-nâs, sesuai dengan firman Allah SWT.Realisasi hubungan dengan Allah telah banyak dilaksanakan Al Washliyah, di antaranya membangun masjid binaan Al Washliyah. Masjid Al Washliyah tidak memiliki ciri khusus seperti Muhammadiyah yang memiliki kekhususan nama yaitu Masjid Taqwa sehingga orang tahu bahwa masjid itu adalah masjid Muhammadiyah.
Selain itu, dilakukan berbagai kegiatan yang bersifat ibadahdisponsori oleh Al Washliyah.Dalam hubungan dengan manusia, direalisasikan Al Washliyah dengan melakukan berbagai kegiatan di bidang pendidikan, dakwah dan amal esame.Dengan kegiatan itu, terbinalah hubungan baik yang abadi antara satu dengan lainnya. Khususnya hubungan sesame Muslim yang dikenal dengan ukhwah Islamiyah,
Al Washliyah banyak melakukan kegiatan-kegiatan melalui berbagai sarana, antara lain dengan saling berkunjung, mengadakan acara bersama saling mendukung dalam visi yang sama dengan organisasi lain, dan suatu ciri Al Washliyah yang perlu diperhatikan adalah anggotanya tidak menampilkan dirinya secara eksklusif.
B. Ulama-ulama Al-Jam’iyatul Washliyah
1. Syeikh H. Muhammad Yunus
Syeikh H. Muhammad Yunus rahimahullah dilahirkan di Perkampungan Pecukaian Binjai, Sumatra Utara pada tahun 1889. Beliau berasal dari Gunung Beringin Kecamatan Penyabungan Kabupaten Mandailing Natal (Madina). Ayahnya bernama H. Muhammad Arsyad. Pelajaran awal beliau dapatkan di kota Binjai. Selanjutnya beliau menimba ilmu dari Syeikh H. Abdul Muthalib di Titi Gantung Binjai dan ilmu fikeh dan mantik dari Syeikh H. Abdul Wahab Rokan Naqsyabandi di perguruan Babussalam Langkat. Beliau juga menimba ilmu dari Syeikh Muhammad Idris Patani di Negeri Kedah, dan Syeikh Jalaluddin Patani serta Syeikh Abdul Majid di Kuala Muda Pulau Pinang, Malaysia.  Beliau kemudian melanjutkan pembelajarannya ke Makkah, Saudi Arabia dan berguru kepada Syeikh Abdurrahman, Syeikh Abdul Qadir Mandili dan Syeikh Abdul Hamid. Setelah menamatkan pelajarannya dan sebelum pulang ke tanah air beliau sempat mengajar di Maktab Sultiah Mekkah. [7]
Sekembalinya di tanah air beliau menyumbangkan tenaga dan pikirannya di Maktab Islamiyah Tapanuli Medan, Sumatera Utara. Menjadi guru besar di madrasah tersebut. Maktab tersebut merupakan madrasah tertua di Sumatra Timur (sekarang menjadi Sumatera Utara). Beliau membina murid-muridnya untuk menjalin persatuan tanpa membedakan suku dan etnis dan tingkat kebangsawanan. Di antara murid-murid beliau yang terkenal adalah H. Abdul Rahman Syihab, H. Baharuddin Ali, OK. H. Abdul Aziz, H. Ismail Banda, dan Abdul Wahab.
Salah satu persatuan pelajar yang dibentuk oleh beliau adalah “Debating Club”. Dari persatuan inilah kemudian diusulkan satu pertubuhan yang diberinama “al-Jam`iyyatul al-Washliyyah” yang maksudnya “perhimpunan yang menghubungkan” yang didirikan pada tahun 1930.
2. Syeikh Hasan Maksum
Beliau merupakan seorang ulama besar yang banyak berjasa di tengah-tengah kaum muslimin. Nama beliau adalah Hasanuddin putra dari Syeikh Muhammad Maksum yang dilahirkan pada tahun 1884 di Labuhan Deli Medan. Pada umur sepuluh tahun beliau belajar sekolah Inggris sampai kelas tiga. Kemudian dikirim oleh kedua orangtuanya ke Mekkah untuk memperdalam pendidikan agama Islam.[8]
Pada usia masih muda sekitar dua puluh tahun beliau sudah berkahwin. kemudian beliau belajar kembali ke Mekkah dan Madinah selama delapan tahun. Pada tahun 1916 beliau pulang dari Saudi Arabia, beliau menggantikan jabatan orangtuanya sebagai qadi di Kesultanan Deli.
Di dalam organisasi Al Washliyah beliau banyak berjasa karena tak henti-hentinya memberikan dorongan dan bimbingan kepada pengurus Al Washliyah di antara pimpinan dan ulama Al Washliyah yang menjadi muridnya adalah Syekh H.Muhammad Arsyad Thalib Lubis. Pada pergantian pengurus bulan Juli 1931, beliau diangkat menjadi penasehat organisasi ini.
1.    Syeikh H. Muhammad Arsyad Thalib Lubis
Beliau merupakan seorang ulama yang sangat terkenal di zamannya, ia memiliki ilmu pengetahuan yang sangat luas. Banyak buku-buku yang ditulisnya sebagai buku wajib di Perguruan Tinggi Agama Islam dan Madrasah.
Syeikh H. Muhammad Arsyad Thalib Lubis dilahirkan pada bulan Oktober 1908 di Stabat, kabupaten Langkat Sumatra Utara, ia berasal dari Mandailing Kampung Tambangan Kecamatan kota Nopan. Setelah tamat di sekolah rakyat dan Madrasah Ibtidiyah di Stabat tahun 1923 melanjutkan pendidikannya di Madrasah Ulumul Arabiah di Tanjung Balai.
Dari tahun 1925 s/d 1930 belajar di Madrasah Al-Hasamah di Medan dan selanjutnya memperdalam ilmu tafsir, al-Quran, Hadist dan Ushul Fikeh kepada Tuan Syeikh Hasan Maksum.
Sejak berdirinya Al Washliyah beliau tetap menjadi anggota pengurus besar organisasi sampai tahun 1956. Sejak 1945 ketika Majelis Islam Tinggi dihimpun menjadi Parti Islam Marsyumi, beliau telah berulang-ulang menjadi pimpinan wilayah dan menjadi ahli Majelis Syuro Masyumi pusat (1953-1954).
Antara tarikh 12 Oktober 1928 hingga November 1956, beliau diutus oleh pemerintahan Indonesia untuk meninjau Uni soviet (Rusia), mengunjungi Tajikistan, Samarkand, Moskow, Peking, Ragoon dan Bangkok.

 Diantara kitab-kitab dan karya beliau terdapat buku populer seperti: Rahasia Bibel, Pemimpin Islam dan Kristen, Ruh Islam, Tuntunan Perang Sabil, Ilmu Pembagian Pusaka, Imam Mahdi. Disamping sebagai guru besar pada Universitas Al-Washliyah (UNIVA) Medan, beliau juga menjadi pensyarah di UISU hingga tahun 1972. Beliau meninggal pada tarikh 7 hb Juli 1972 di kota Medan.
2.    H. Abdurrahman Syihab
H. Abdurrahman Syihab adalah seorang pendiri Al Jam’iyatul Washliyah, beliau juga seorang ulama yang banyak memberikan pengajaran ke berbagai pelosok negri. Ia dilahirkan pada tahun 1910 di Kampung Paku, galang Kabupaten Serdang Bedagai Sumatra Utara, beliau adalah putra dari H. Syihabuddin seorang Qadi (kepala pengadilan agama) dari Kerajaan Serdang.

Sekitar tahun 1918-1922 beliau belajar di sekolah Gubernamen (SD) dan mengaji pada Maktab Sairus Sulaiman di Simpang Tiga Perbaungan, kemudian melanjutkan pendidikannya ke Maktab Islamiyyah Tapanuli di bawah asuhan Tuan Syeikh H. Muhammad Yunus di Medan dan selanjutnya beliau diangkat menjadi guru di madrasah tersebut.
Sejak berdirinya pertububuhan ini secara terus menerus beliau duduk menjadi pengurusinya. Tahun 1939M beliau melaksanakan ibadah haji ke Makkatul Mukarramah. Di sana beliau menyempatkan diri untuk menuntut ilmu pengetahuan agama dan belajar kepada Tuan Syeikh Ali Maliki, Umar Hamdan, Haan Masisat, Amin Al Kutubi dan Muhammad Alawy.
H. Abdurrahman Syihab kemudian mendirikan Madrasah Al-Washliyah yang pertama (1 Agusutus 1932) di jalan Sinagar Medan bersama-sama dengan Udin Syamsudin salah seorang ulama Al Washliyah. Pada tahun 1936 menjadi pengarah Madrasah Tsanawiyah Al Washliyah di Jalan Kalkuta dan pada tahun 1939 menjadipengarah Madrasah Mualimin/Muallimat Al Washliyah. Kemudian pada tahun 1940 menjadi pengarah Al Washliyah.
Dari tahun 1937 hingga 1939 beliau menjadi anggota Komite menghadapi Ordonantie Nikah Bercatet, menjadi ahli jawatan kuasa Wartawan Muslim Indonesia (PMWI), ahli jawatan kuasa Ikhwanusshofa Indonesia (sebuah perkumpulan ulama intelektual Indonesia).

Sejak tahun 1945-1946 menjadi ahli jawatan kuasa pusat Majelis Islam Tinggi Sumatra, pengetua negri Majelis Islam Tinggi Sumatra Timur dan timbalan pengetua Partai Masyumi Sumatra. Beliau pun pernah menjadi utusan muslim Indonesia dalam musyawarat khusus dengan raja Arab Saudi Ibnu saud di Mekkah dan tahun 1941 menjadi utusan PB Al Washliyah ke Kongres Muslim Indonesia di kota Solo. Tahun 1945 menjadi utusan Sumatra Timur kongres Islam se-Sumatra di Bukit Tinggi. Sampai akhir hayatnya (1954) beliau menjadi pengetua Majelis Syuro Muslimin Pusat di Jakarta.
Sebagai salah seorang ahli parlimen (DPR Pusat) H. Abdurrahman Syihab banyak berperanan bagi kemajuan wilayah Sumatra Utara. Pada akhir tahun 1954 di Medan beliau sakit dan meninggal pada hari senin tanggal 7 Februari 1955 dalam usianya yang ke-45. Beliau meninggalkan seorang istri dan sepuluh orang anak, lima orang laki-laki dan lima orang perempuan.
H. Ismail Banda
H. Ismail Banda adalah seorang ulama Al Washliyah, yang sepanjang hidupnya di tumpahkan untuk kepentingan bangsa dan negara khususnya dalam dunia diplomatik. Beliau dilahirkan di kota Medan pada tahun 1910. Mendapat pendidikan awal dalam bidang agama dari para ulama al-Washliyah yang sebelumnya. Saat berdirinya pertubuhan Al-Washliyah, H. Ismail Banda dipercayakan sebagai pengetua satu.
Pada tahun 1938, H. Ismail Banda berangkat ke Mesir untuk melanjutkan pendidikannya pada Fakultas Ushuluddin Universiti Al Azhar Kairo.
Kemudian memperoleh gelar Bachelor of Art (BA) dan pada tahun 1940 dan memperoleh gelar Master of Art (MA) dalam bidang ilmu filsafat. Di Master of Art (MA) dalam bidang ilmu filsafat. Di negeri seribu piramid ini, H. Ismail Banda melakukan perjuangan dengan para tokoh pejuang Islam untuk kemerdekaan bagi bangsa yang terjajah. Di mesir beliau menghimpun saudara– saudaranya dan membuat persatuan sesama pelajar di luar negeri, diantaranya Syeikh Ismail Abdul Wahab Tanjung Balai.
Pada masa pemerintahan Jepang (tahun 1945) beliau menjadi salah satu seorang panitia persiapan kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang bertugas sebagai penghubung antara pemerintah Mesir, partai–partai politik, surat kabar dan kedutaan asing di Kairo, melalui gerakan–gerakan pelajar di Timur Tengah ini terjadilah protes dan unjuk perasaan menentang agresi Belanda di tanah air Indonesia. Unjuk perasaan ini berjalan dengan aman, sehingga lapisan masyarakat Mesir mengenal dan membantu perjuangan rakyat Indonesia baik dalam mewujudkan kemerdekaan maupun mempertahankan hingga terlaksananya penyerahan kedaulatan dari tangan Belanda ke pangkuan negara kesatuan Republik Indonesia tahun 1949.
Pada tahun 1947 beliau pulang ke tanah air Indonesia, dan bekerja pada kementrian agama dari tanggal 1 Juli sampai 1 september 1947 yang ketika itu ibukota negara RI berada di Yogjakarta. Pada tahun 1948 beliau diangkat menjadi refrendays pada kementerian luar negri dan menjadi misi haji yang pertama di Saudi Arabia Mekkah. Pada tahun 1950 beliau diangkat menjadi konsulat kedutaan Indonesia di Teheran (Iran) dan selanjutnya tanggal 30 September 1951 menjadi Charge D’af Fairs pada kedutaan Indonesia ke Kabul (Afghanistan).
Dalam perjalan menuju tempat tugas yang baru di Afganistan, pesawat yang di tumpanginya kecelakaan. Beliau meninggal pada tarikh 22 hb Desember 1951.
3.    H. Muhammad Ismail Lubis
Beliau merupakan seorang ulama terkenal yang lahir pada tahun 1900, semenjak kecilnya belajar pada sekolah dasar Belanda kemudian belajar pada Makhtab Islamiyah Tapanuli di Medan. Setelah tamat pada tahun 1921 beliau mengajar di Binjai, sambil menggali ilmu pengetahuannya beliau pindah ke kota Medan dan oleh Kesultanan deli beliau di angkat menjadi Kadhi wilayah Percut.
Beliau juga pengarang pengarang buku-buku agama, disamping itu beliau pun menjadi pengasuh majalah suara Islam dan banyak memberikan ulasan-ulasan dan fatwa sekitar hukum-hakam agama dalam organisasi Al Washliyah. Disaat umat Islam dirundung duka dengan meninggalnya Tuan Syekh Hasan Maksum, tiba-tiba pada hari Sabtu 9 Januarim1937 atau 26 Syawal 1355 H, beliau dipanggil oleh Allah SWT bertempat di kediaman di Jalan Mabar Medan tutup usia 37 tahun, meninggalkan seorang istri dan 4 orang anak yang masih kecil-kecil.
3. Pendidikan Al-Jam’iyatul Washliyah
Di kota Medan salah satu organisasi yang juga turut merintis perjuangan bangsa Indonesia demi mencapai kemerdekaan ialah Al Jam’iyatul Washliyah. Organisasi ini berdiri pada tanggal 30 Nopember 1930. Pembicaraan mengenai berdirinya Al Jam’iyatul Washliyah mesti didahului dengan catatan kecil tentang konfigurasi sosial, politik dan demografis Sumatera Timur, Asari (Akhyar 2008 : 4).
 Berdasarkan pendapat di atas menunjukkan bahwa Al Jam’iyatul Washliyah lahir didasarkan atas beberapa kondisi yang terjadi di kota Medan pada masa itu. Pada tahun 1918, masyarakat Mandailing yang menetap di Medan berinisiatif mendirikan sebuah institusi pendidikan agama Islam, bernama Maktab Islamiyah Tapanuli (MIT) kemudian berubah menjadi Al Jam’iyatul Washliyah pada tahun 1930.Al Jam’iyatul Washliyah adalah sebuah organisasi Islam yang bergerak dalam bidang sosial, pendidikan dan dakwah.
Organisasi ini sangat aktif menyiarkan agama Islam melalui pendidikan, termasuk madrasah dan sekolah. Tujuan organisasi ini untuk meningkatkan pendidikan masyarakat sekalipun organisasi ini kurang dikenal di Indonesia, (Hasanuddin 1988 : 1). Menurut Rheid (1987 : 117), dengan simpati dari sultan-sultan terutama sultan Deli, Al Jam’iyatul Washliyah sangat cepat berkembang.
Dari ungkapan di atas dapat dilihat bahwa Al Jam’iyatul Washliyah sangat diterima keberadaannya sebagai organisasi pergerakan di dunia pendidikan.Tujuan berdirinya organisasi ini semula hanya mengkoordinasi dan meluaskan ajaran pengajian Al Qur’an secara tradisional pada sekolah-sekolah agama di Sumatera Timur, tetapi segera organisasi ini jugamelibatkan diri pada pekerjaan syiar Islam dikalangan suku-suku Batak yang belum beragama.
Menjelang tahun 1941, Al Jam’iyatul Washliyah merupakan organisasi terbesar di Sumatera Timur. Dalam bidang pendidikan, Al Jam’iyatul Washliyah memiliki 12.500 murid yang tersebar pada 242 sekolah dan madrasah yang berada dibawah pengawasannya. Hal ini menjadikan Al Jam’iyatul Washliyah sebagai organisasi yang besar serta berorientasi guna menghubungkan sesama muslim kepada penciptanya, kepada sesama manusia dan kepada alam lingkungannya. Termasuk hubungan sesama manusia, memperkokoh solidaritas persaudaraan sesama manusia, persaudaraan sebangsa dan setanah air, dan persaudaraan seakidah.
Untuk itu, kegiatan utamanya adalah mencerdaskan kehidupan bangsa (pendidikan) kemudian melakukan bimbingan, penyampaian informal kebenaran Islam dan kontak silaturrahim.Selanjutnya, menggalang solidaritas dalam upaya mengentaskan kemiskinan dengan jalan mengembangkan sikap peduli kepada fakir miskin dan yatim piatu. Itulah esensi gerakan Al Jam’iyatul Washliyah, menyadarkan rakyat akan tugas dan tanggungjawabnya untuk melepaskan diri dari belenggu penjajah, semangat untuk bangkit membangun negerinya demi kesejahteraan bersama. Dengan demikian, gelora perjuangan bangsa menjadi lebih terencana dan terarah demi mencapai suatu kemerdekaan, bebas berdaulat dan sejajar dengan bangsa-bangsa yang telah maju di dunia, Amin (Akhyar 2008:32).
Jadi, berdasarkan pendapat di atas menunjukkan bahwa Al Jam’iyatul Washliyah berupaya memberikan peranan dalam melawan penjajahan Belanda melalui pendidikan
1. Sekolah/Madrasah Al Washliyah
            Lembaga pendidikan formal yang pertama sekali didirikan oleh al Washliyah adalah madrasah di jalan Sinagar Medan, pada tahun 1932. Pendirian ini atas inisiatif Abdurrahman Syihab (1910-1955) dan Udin Syamsuddin, dengan persetujuan pengurus yang lainnya”.[9]
Dengan berdirinya lembaga pendidikan ini, memberikan dampak kepada lembaga-lembaga pendidikan lain. Dengan sistem pengelolaan lembaga pendidikan yang baik, berhasil mengundang ketertarikan para pengelola sekolah lain di Sumatera Utara. Pada tahun 1932 dan 1933, sebanyak tujuh sekolah yang pada awalnya ditadbir secara perorangan atau masyarakat, menyatakan bergabung dan menyerahkan pentadbirannya kepada Al Jam’iyatul Washliyah.
Beberapa lembaga pendidikan yang bergabung tersebut mengalami kemajuan pesat, seperti jumlah siswa. Selain itu pada tahun 1933 Al Jam’iyatul Washliyah juga mendirikan beberapa madrasah yang terdiri dari: a. Madrasah Al Jam’iyatul Washliyah Kota Maksum di Jalan Puri, gurunya Muhammad Arsyad Thalib Lubis; b. Madrasah Al Jam’iyatul Washliyah Sei. Kerah/Sidodadi, gurunya Baharuddin Ali; c. Madrasah Al Jam’iyatul Washliyah Kampung Sekip Sei. Sikambing, gurunya Usman Deli; d. Madrasah Al Jam’iyatul Washliyah Gelugur (Pensiunan), gurunya Yusuf Ahmad Lubis (1912-1980) dan Sulaiman Taib; e. Madrasah Al Jam’iyatul Washliyah Pulau Brayan Darat, gurunya Umar Nasution; dan f. Madrasah Al Jam’iyatul Washliyah Tanjung Mulia, gurunya Suhailuddin.[10]
Untuk mengembangkan pendidikan ini al Washliyah mengutus Tuan Baharuddin Ali, Udin Syamsudin dan Muhammad Arsyad Thalib Lubis ke Sumatera Barat pada tanggal 30 Nopember 1934 untuk mengadakan lawatan ke sekolah-sekolah agamaseperti; Tawalib School,Normal Islam, Madrasah Diniah Encik Rahmah dan lain-lainnya. Hal ini untuk membuat perbandingan dan pengubahsuaian kurikulum di sekolah-sekolah yang ditadbir oleh al Washliyah.
Dengan prinsip keterbukaan ini Al Jam’iyatul Washliyah membuat kemajuan di bidang pendidikan. Pada tahun 1938, Al Jam’iyatul Washliyah sudah mengelola madrasah tingkat Aliyah/Muallimin dan al-Qismul Ali. Pada sektor pendidikan umum, dibuka pula Hollandsch Inlansche School (HIS) berbahasa Belanda di Porsea  dan Medan dengan menambahkan pelajaran agama Islam pada kurikulumnya. Pada Kongres ke III tahun 1941, Al Jam’iyatul Washliyah, dilaporkan sudah mengelola 242 (dua ratus empat puluh dua) sekolah dengan jumlah siswa lebih dari dua belas ribu orang. Sekolah-sekolah ini terdiri atas berbagai jenis, yang terdiri dari: Tajhiziyah,  Ibtidaiyah, Tsanawiyah, Aliyah/Muallimin, al-Qismul Ali, Volkschool, Vervolg School, Hollandsch Inlansche School (HIS), dan Schakel School.
Usaha yang dilakukan Al Jam’iyatul Washliyah dalam membangun pendidikan telah diupayakan dari pendidikan paling rendah, yaitu pada usia pra-sekolah atau pra-madrasah, usaha ini dimulai dengan membangun Taman Kanak-kanak atau Raudhatul Athfal. 
Kurikulum pendidikan al Washliyah
Dalam buku Peringatan: al-Djamijatul Washlijah ¼ Abad, dijabarkan tentang kurikulum dan literatur materi muatan lokal yang dipakai dalam proses belajar mengajar pada Madrasah Al Jam’iyatul Washliyah, mulai dari tingkatan yang paling rendah sampai tingkatan yang paling tinggi, hal itu digambarkan pada tabel berikut ini:
Tabel 1
Kurikulum Tingkatan Tajhizi
No
Mata Pelajaran
Nama Buku
Pengarang
(1)
(2)
(3)
(4)
1
Al-Qirā’ah
Hijaiyah jilid I dan II
Abdul Raḥman Ond.
2
Al-‘Ibādah
1.      Istinja, Sembahyang dengan Praktik
2.      Pelajaran Ibadat
Inisiatif guru

Muhammad Arsyad Thalib Lubis
3
At-Tauīd
1.      Karangan Guru (Sifat-sifat Tuhan dan Rasul)
2.      Pelajaran Iman
Inisiatif guru

Muhammad Arsyad Thalib Lubis
4
At-Tajwīd
Pelajaran Tajwid
Muhammad Arsyad Thalib Lubis
5
At-Tārīkh
1.      Riwayat-Riwayat Rasul
2.      Riwayat Nabi Muhammad saw
Inisiatif guru
Muhammad Arsyad Thalib Lubis
6
Alquran
JuzI s/d V
Inisiatif guru
7
Al-Khath
Tidak menggunakan buku
Inisiatif guru
8
Al-Mufradat
Mufradatullah
Ibrahim Latif
9
Al-Imla/Dikte
Tidak menggunakan buku
Inisiatif guru
10
Membaca Latin
Tiga Sekawan jilid I, II dan III.
Abdoelgani Asjik dan kawan-kawan
11
Menulis Latin
Tidak menggunakan buku
Inisiatif guru
12
Berhitung
Gemar Berhitung jilid I dan II
J. Bijl
13
Bahasa Indonesia
Keadaan-keadaan di sekeliling Murid
Inisiatif guru

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pendidikan keagamaan sudah dilakukan pada pendidikan yang paling rendah, yaitu tingkatan Tajhizi selama dua tahun. Pada tingkatan ini murid sudah diajarkan tentang dasar-dasar pendidikan Islam. Namun berdasarkan penelusuran data di lapangan, tidak terdapat lagi keberadaan Tajhizi di Al Jam’iyatul Washliyah. Tajhiji tidak lagi dipandang relevan untuk dipertahankanSetelah menamatkan pelajaran pada tingkatan Tajhizi, akan dilanjutkan pada tingkat berikutnya yaitu Ibtidaiyah. Pada tingkatan Ibtidaiyah para pelajar sudah diajak untuk lebih mengenal pelajaran agama Islam dan dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari, adapun kurikulumnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 2
Kurikulum Tingkatan Ibtidaiyah
No
Mata Pelajaran
Nama Buku
Pengarang
(1)
(2)
(3)
(4)
1
Al-Lugah al-‘Arabiyah:
a. Al-Lugah




b. Al-Muḥāda
ah






c. Al-Insya



1.      Durūs al-Lugah Arabiyah jilid I dan II
2.       Al-Qira’āh ar-Rasyīdah jilid I dan II

1.      Al-Muṭālaah al-adīah jilid I s/d IV
2.      Lugah at-Takhātub
al-Muṣawwarah
jilid I dan II
3.      Al-Muḥādaah Awwaliyah

1.      Madārij al-Insyā’


2.      Talīm al-Insyā


Muhammad Yunus


‘Abdul Fattaḥ Sabri Bīk dkk.


Muhammad Yunus


Umar Abdul Jabbar


Umar Abdul Jabbar


Muḥammad Arabi dan Muḥammad Taufiq

Tidak ditemukan

2
An-Nawu
1.      Matn al-Jurūmiyah

2.      Fuṣūl al-Fikriyah
3.      Mutammimah
Muammad bin Daud al-Sanhaji
Abdullah Fikri
Imam al-Hattab
3
Aṣ-Ṣarf
1.      Amṡilah al-Mūkhtalifah
2.      Matn al-Binā’

3.      Matn al-Maqṣūd
Tidak ditemukan

Abdullah Dangqazie
Imam A.
anafiah Kailāni
4
Al-Imla/Dikte
Al-Lugah al-Arabiyah
Inisiatif guru
5
Al-Khath/Menulis
Khat Nasakh, Riqah, Menulis Indah
Inisiatif guru
6
Al-Fiqh
1.      Matn Taqrīb

2.      Fatḥ al-Qarīb
Syihabuddin Abu Sujā’ al-Ashafani
Ali Ibnu Qāsim
7
At-Tauḥīd
1.      Al-Aqā’id ad-Dīniyah jilid II dan III




2.      Kifāyah al-Awām
3.      Ad-Dusūqī‘ala Umm al-Barāhīm
‘Abdul Raman Saggāf bin usīn as-Saggāf al-‘Alawī al-Husainī asy-Syafi’ī al-Asyarī



Ibrāhīm al-Baijūrī
Mu
ammad ad-Dusūqī
8
Al-Akhlaq
1.      Taisīr al-Khallaq fī al-Ilm Akhlāq
2.      Waayā al-Abā’ li al-Abnā’
3.      Adab al-Fata/Fatat
Ḥasan Masūdi

Muammad Syakīr
Ali Fikri
9
Alquran
Alquran tamat dan ulangan Mujawwadan
Inisiatif guru
10
At-Tajwīd
Hidayah al-Mustafid fī Akam at-Tajwīd
Muammad al-Mamud Ibrāhīm Rīmah
11
At-Tārīkh
1.      Khulāsah Nūr al-Yaqīn jilid I dan II.
2.      An-Naba al-Yaqīn

3.      Nūr al-Yaqīn
Umar Abdul Jabbār

Ḥāfiz Ḥasan al-Masūdī

Muammad al-Khuḍari Bīk
12
Al-Mahfuzat
1.      Al-Muntakhabāt I dan II.
2.      Majmūan min an-Nazām wa an-Nastar
Umar Abdul Jabbār

Tidak ditemukan
13
Makna Alquran
Juz I s/d X
Inisiatif guru
14
Al-Balāgah
1.      Risālah fī al-Istirah
2.      Al-Balāgah al-Arabiyah as-Sawi
3.      Matn Jauhar al-Makmūn (al-Mā‘anī)
Dardier
Musṭafa as-Sawi Juwaini
Muammad al-Khuḍari Bīk
15
Al-Farāid
1.      Tufah as-Saniyah
2.      Syarḥ ar-Rabiyah
asan Masysya
Sibtil Maridini
16
Al-Ḥadīṡ
Matn al-‘Arba‘īn
Yaya bin Syarifuddīn an-Nawawī
17
Membaca Latin
1.      Cahaya jilidI dan II
2.      Di Kampung jilidI dan II
3.      Pancaran Bahagia
Tidak ditemukan
Muhammad Syafei

St. Sanip
18
Berhitung
1.      Gemar Berhitung jilid I
2.      Sendi Hitungan jilid VI dan VII
3.      Pendidikan Akal
J. Bijl

Tidak ditemukan

Nieuwenhuizen dan A.C.
Spykerman
19
Ilmu Bumi + Sejarah Indonesia
Ilmu Bumi Tanah Air jilidI s/d III
Sejarah Tanah Air
Rapani
20
Ilmu Alam
Ilmu Alam
P. Esma
21
Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia jilid I s/d V
Usman

Tabel di atas menggambarkan kelanjutan pelajaran dari tingkatan Tajhizi ke tingkat yang lebih tinggi yaitu tingkatan Ibtidaiyah. Selain pelajarannya sudah lebih tinggi, jumlah literaturnya juga sudah mulai mengalami penambahan. Pada tingkat ini pelajar tidak hanya dikenalkan pada pelajaran-pelajaran agama Islam, akan tetapi diharapkan mampu memahami, menghafal dan mampu membaca kitab-kitab Arab yang masih diberi baris atau harakat. Hal ini dilaksanakan ketika pelajar sudah berada pada tingkatan akhir Madrasah Ibtidaiyah. Begitu besar perhatian para Ulama terhadap pendidikan di masyarakat Indonesia khususnya di Sumatera.
Hal ini di jelaskan oleh Ramli Abdul Wahid, sebagai berikut: Madrasah Ibtidaiyah Al Jam’iyatul Washliyah tujuannya adalah mengajarkan ilmu-ilmu Agama murni. Karena itu seluruh mata pelajarannya adalah agama dan bahasa Arab serta seluruh waktunya digunakan untuk belajar agama dan bahasa Arab. Mata pelajaran favoritnya adalah nahu, saraf, fikih dan tauhid. Kitab-kitabnya adalah Matn al-Ajrūmiyah, Mukhtaṣar Jiddan, dan al-Kawākib ad-Durriyyah untuk nahu; Matn al-Binā’, Matn al-‘Izi, dan al-Kailani untuk saraf; al-Gāyah wa at-Taqrīb dan Fath al-Qarīb untuk fikih; Kifāyah al-Mubtadi dan Kifāyah al-‘Awām untuk tauhid, Tuḥfah aṡ-Ṡaniyah untuk faraid, terjemah Juz ‘Amma untuk tafsir, Matn al- ‘Arba‘in an-Nawāwīyah untuk hadis, Khulaṣah Nūr al-Yaqīn untuk tarikhnya, al-Akhlaq li al-Bani untuk akhlak, dan ilmu tajwid. Inilah semua pelajarannya, surat-surat pendek, hadis, sebagian matan nahu dan saraf wajib hafal, dan setiap fi’l harus bisa di-taṣrifkepada 67 kata.
Pelajaran-pelajaran ini akan dilanjutkan pada tingkatan yang lebih tinggi lagi yaitu Tsanawiyah. Madrasah Tsanawiyah Al Jam’iyaul Washliyah lama pada dasarnya bertujuan mengajarkan ilmu-ilmu agama, termasuk di dalamnya bahasa Arab sebagai alat mutlak untuk membaca kitab-kitab pelajarannya. Karena itu, semua pelajaran agama dan bahasa Arab menjadi pelajaran pokok, sedang pelajaran umum sebagai pelengkap dan cenderung disepelekan. Kitab-kitabnya adalah Qawā id al-Lugah al-‘Arabiyah untuk nahu, saraf, balagah, dan ilmu bayan; al-Huṣun al-Ḥamidiyah untuk tauhid, Tuḥfah aṭ-Ṭullāb untuk fikih, Tafsīr al-Jalālain untuk tafsir, Bulūg al-Marām untuk hadis, ‘Ilm Manṭiq Nūr al-Ibrāhīmī untuk mantik; ‘Izah an-Nāsyi’in untuk akhlak, al-Lubab untuk ilmu faraid. Ushul al-Fiqh karya Muhammad Arsyad Thalib Lubis, al-Qawāid al-Fiqhiyah karya penulis yang sama, Ikhtiṣar Muṣṭalāh al-Ḥadīṣ karya Muhammad Arsyad Thalib lubis untuk mustalah hadis, dan Nūr al-Yaqīn untuk tarikh.[11]


Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3
Kurikulum Tingkatan Tsanawiyah
No
Mata Pelajaran
Nama Buku
Pengarang
(1)
(2)
(3)
(4)
1
At-Tafsīr
Tafsīr al-Jalālain
Jalāl ad-Dīn as-Suyūṭi dan Jalāl ad-Dīn al-Maḥallī
2
Al-adīṡ
Riyāḍu a-Ṣālihīn
Yaya bin Syarifuddīn an-Nawawī
3
Al-Fiqh
Tufah a-ullāb
Zakariyā bin Muammad bin Amad bin Zakariyā al-Anari
4
Al-Tauḥīd
Al-Huṣūn al- amīdiyah
Sayid Husain Afandi
5
Al-Akhlāq
Mauiah al-Muminīn
Muammad Jalāl ad-Dīn ad-Dimsiqi
6
Uṣūl Fiqh
Al-Waraqat
Amad ad-Dimyati
7
Al-Farāid
Futuah al-Bā’i (Syar Takhir al-Mabugis)
Tidak ditemukan
8
At-Tārīkh
Nūr al-Yaqīn
Itmām al-Wafā
Muammad al-Khuḍari Bīk
9
Al-Balāgah
1.      Qawāid al-Lugah al-‘Arabiyah
2.      Jawāhir al-Balāgah fī al-Maānī wa al-Bayān wa al-Badī‘
Hifni Bīk Naif, dkk.

A
mad al-Hāsyim
10
Al-Lugah al- ‘Arabiyah
Al-Qirāah ar-Rasyīdah jilid III dan IV
A. Fattah Sabry Bīk, dkk.
11
Qawā‘id al-Fiqhiyah
Al-Asybāh wa an- Naẓā’ir
Jalāl ad-Dīn as-Suyūṭi
12
An-Nawu
Qawāid al-Lugah ‘Arabiyah
Hifni Bīk Naif, dkk.
13
Al-Manṭiq
Ilm al-Manṭiq
Muammad Nūr al-Ibrāhīmī
14
Musalah al-adīṡ
1.      Minhah al-Mugi
2.      Syarḥ al-Baiqūniyah
afiz asan al-Masudi
Muammad az-Zuqani
15
Bahasa Indonesia
Latihan Bahasa jilid II
Muchtar, dll.
16
Bahasa Inggris
Elementary English jilid I s/d III
Tidak ditemukan
17
Ilmu Alam
Tidak ditemukan
J. Silallahi
18
Ilmu Hayat
Tidak ditemukan
Guru-guru Lawang + lain-lain.
19
Ilmu Bumi
Tidak ditemukan
B. Siregar + lain-lain.
20
Sejarah Indonesia
Sejarah Indonesia
A. D. Rangkuty + lain-lain.
21
Sejarah Dunia
Tidak ditemukan
Basjir Nasution + lain-lain.

Tabel di atas menunjukkan bahwa para pelajar sudah dibiasakan untuk mengenal berbagai literatur kitab kuning. Hal ini dapat dilihat dari sebagian pelajaran-pelajaran yang dikemukakan tersebut. Pada tingkatan Tsanawiyah, pelajar sudah bisa memahami berbagai literatur kitab  Arab dan diaflikasikan dalam kehidupan sehari-hari, seperti pelajaran fikih baik yang berkaitan dengan bersuci, faraid dan muamalat.
Sedangkan kelanjutannya akan dibahas lebih dalam lagi pada tingkatan yang lebih tinggi yaitu al-Qismul Ali. Pada tingkat ini diharapkan para pelajar sudah menguasai berbagai disiplin keilmuan yang bersumber dari kitab kuning. Bahkan bagi pelajar yang tamat dari madrasah ini diharapkan mampu memberikan penjelasan atau mengajarkannya di tengah-tengah lingkungan masyarakat tempatnya berada. Dalam artian lain, bahwa alumni Madrasah al-Qismul Ali sudah mampu dianggap sebagai kader ulama atau ulama muda di lingkungannya.
Ramli Abdul Wahid, menjelaskan sebagai berikut: Madrasah al-Qismul Ali Al Jam’iyatul Washliyah juga bertujuan mengajarkan ilmu-ilmu Agama dan membina kader ulama. Bahkan, al-Qismul Ali inilah yang dimaksudkan sebagai lembaga pendidikan agama tertinggi di Indonesia. Perguruan Tinggi Agama lahir kemudian jauh sesudah kemerdekaan. Karena itu, kitab-kitab yang dipelajari di sini banyak yang sama dengan kitab-kitab yang dipelajari di Universitas al-Azhar, Kairo. Kitab-kitab yang dipelajari di Madrasah al-Qismul Ali adalah Syarḥ Ibn ‘Aqīl untuk nahu, al-Mahallī atau I’anah aṭ-Ṭālibīn untuk fikih, Al-Luma‘ untuk ushul fikih, al-Asybāh wa an-Naẓāir untuk ushul fikih, Syarḥ ad-Dusūqī untuk tauhid, Itmām al-Wafa’ untuk tarikh, Mau‘iẓah al-Mu’minīn untuk akhlak, Tafsīr al-Jalālain untuk tafsir, Subul al-Salām atau Jawāhir al-Bukhārī untuk hadis, Matn al-Baiqūniyah untuk mustalah hadis, al-Adyan untuk perbandingan Agama, dan SKI.[12]

Kurikulum al-Qismul Ali Al Jam’iyatul Washliyah dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4
Kurikulum Tingkatan al-Qismul Ali/Muallimin/Aliyah
No
Mata Pelajaran
Nama Buku
Pengarang
(1)
(2)
(3)
(4)
1
At-Tafsīr
1.      Tafsīr al-Baiāwī
2.      Tafsīr al-Khāzin


3.      Tafsīr an-Nasafī

4.      Tanwīr al-Mikbās min Tafsīr Ibnu Abbās
Qāḍī Nasiruddīn al-Baiawi
Ala ad-Dīn Ali bin Muammad bin Ibrāhīm al-Bagdadi al-Khāzin
Abdullah bin Amad bin Mamud an-Nasafī
Mu
ammad bin Yakūb bin Faillah al-Fairūzābādī Majid ad-Dīn Abu aṭ-Ṭahir
2
Al-adīṡ
aḥīḥ Muslim
Abī al-Ḥusini Muslim bin al-Hajjāj bin Muslim al-Qusyairī an-Naisābūrī
3
Al-Fiqh
Al-Maḥallī
Jalāl ad-Dīn al-Maḥallī
4
Uṣūl al-Fiqh
Syar Jalāl al-Maḥallī alā Jam al-Jawāmi
Tāj ad-Dīn ‘Abdul Wahāb bin Ali as-Subki
5
Qawā‘id al-Fiqhiyah
Al-Asybāh wa an- Naẓā’ir
Jalāl ad-Dīn as-Suyūṭi
6
At-Tasawuf
Ar-Risāla al-Qusyairiyah
Abu al-Qāsim al-Qusyairiyah
7
At-Tārīkh
Muhāḍarāt Tārīkh al-’Umam al-Islāmiyah
Muammad al-Khuḍari Bīk
8
Al-Adyān
Al-Adyān
Mahmud Yunus
9
Ilmu al-Waḍ‘i
Ilmu al-Waḍ‘i
Tidak ditemukan
10
Adab al-Munaẓārah
Al-Waladiyah
Muammad al-Marasyi
11
Bahasa Indonesia
Tidak ditemukan
Inisiatif guru
12
Bahasa Inggris
Tidak ditemukan
Inisiatif guru
13
Ilmu Hayat
Tidak ditemukan
Inisiatif guru
14
Ilmu abii
Tidak ditemukan
Inisiatif guru
15
Sejarah Ilmu Bumi
Tidak ditemukan
Inisiatif guru
16
Al-Wa‘ẓu wa al- Irsyād
Tidak ditemukan
Tidak ditemukan

Tabel di atas dapat menunjukkan bahwa pelajaran yang diajarkan di tingkatan al-Qismul Ali, merupakan pendidikan tertinggi dan sejajar dengan kurikulum pendidikan yang ada di Universitas al-Azhar untuk tingkatan Aliyah (setingkat strata satu). Dari sini dapat dilihat bahwa kurikulum Al Jam’iyatul Washliyah memang dirancang untuk memproduksi ulama yang setara dengan pusat-pusat keulamaan yang ada di Timur Tengah umumnya Universitas al-Azhar khususnya.

KESIMPULAN

Ditengah tekanan penjajahan Belanda yang mengadakan intimidasi terhadap masyarakat di Sumatera Utara khususnya Medan lahirlah organisasi Al-Washliyah yang sebenarya adalah bentuk pegerakan anti penjajah oleh kalangan umat Islam di daerah Sumatra utara, dimana saat itu bangsa Indonesia  mengalami keterpurukan disemua lini, baik pendidikan, ekonomi bahkan pertahanan keamanan akibat penindasan dari penjajahan Belanda. Organisasi ini muncul dengan wajah  organisasi pendidikan  Islam pembaharu yang bercorak moderat, artinya tetap memegang prinsip tradisional yang masih relevan dan mengambil sistem pembaharuan yang bersifat baik (tidak bertentangan dengan syara’)pembaharuan ini adalah jalan yang di lakukan agar masyarakat Islam khususnya di Sumatera Utara (Medan) dapat survive dalam menghadapi penindasan dalam pendidikan oleh penjajah.
Peranan Al-Washliyah dalam bidang sosial keagamaan adalah kesuksesan syiar Al-Washliyah kepada masyarakat tentang ajaran Islam, bahkan pada saat itu Al-Washliyah mampu mengalahkan zending Kristen di tanah Toba pada masa-masa awal perkembangannya. Selain itu Al-Washliyah sangat menjaga kerukunan terhadap sesama pemeluk agama Islam bahkan terhadap pengikut klompok lain semisal kepada Muhammadiyah yang nota benenya berbeda pemahaman dan aliran mazdhab Al-Washliyah tetap menjalankan hubungan baik, terbukti dengan adanya ketidak canggungan pengikut Al-Washliyah belajar dan bekerjasanma dengan Muhammadiyah. Al-Washliyah pun tidak canggung dalam mengambil posisi yang bertentangan dengan tarekatNaqsyabandiyah.
Dalam bidang memajukan dan mengmbangkan pendidikan Islam besarnya Peranan Al-Washliyah tidak dapat  dipungkiri lagi. Hal ini dapat terlihat dari berdirinya madrasah atau sekolah Al-Washliyah dengan memadukan dua sistem: sistem tradisional dan modern menjadi sebuah sistem pendidikan yang dinamai dengan sistem pendidikan tradisional-modern, yaitu dengan memadukan antara pendidikan agama dan pendidikan umum  secara komprehensif. Serta yang paling menonjol adalah keikut sertaannya dalam dunia pers dan penerbitan menunjukkan bahwa organisasi ini maju  dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA
Yunus, Mahmud.  Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia.1993 Jakarta: Hidakarya Agung
Ja’far. “GerakanOrganisasi  Al Jam‘iyatul Washliyah di bidang pendidikan,” dalam  Jurnal Ulumuna: Jurnal Studi Keislaman, Vol. 18, No. 1, 2014.
Rozali, 2016. TRADISI KEULAMAAN AL JAM’IYATUL WASHLIYAH SUMATERA UTARA,Disertasi. Medan : PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
https://www.academia.edu/24517298/ Bunga Rampai AlJamiyatul Washliah, di akses 14 April 2019
Saragih, Aliman, KONTRIBUSI AL JAM'IYATUL WASHLIYAH TERHADAP KEMERDEKAAN INDONESIA (1930-1950),” dalam Jurnal Miqot: Jurnal Studi Keislaman,  Vol 40, No 1 (2016) >Saragih

 Notosusanto, Nugroho, Masalah Penelitian Sejarah Kontemporer: Suatu Pengalaman (Jakarta: Yayasan Idayu, 1978 .

Sejarah Ulama-Ulama Terkemuka di Sumatera Utara . (1982), op. cit., h. 289. Chalidjah Hasanuddin (1988), Al-Jam´iyatul Washliyah Api Dalam Sekam. Bandung: Pustaka. h. 54.



[1]Sutanto Tirtoprojo, Sejarah Pergerakan Nasional Indonesia, Cet. 4 (Djakarta: Pembangunan, 1970), h. 28
[2] Sulaiman (ed.), Peringatan Al Jamiyatul Washliyah ¼ Abad, h. 36.
[3]Ibid., h. 37.
[4]Ibid., h. 38.
[5]Nugroho Notosusanto, Masalah Penelitian Sejarah Kontemporer: Suatu Pengalaman (Jakarta: Yayasan Idayu, 1978), h. 36.
[6]Ja’far, Tradisi Intelektual Al Washliyah:Biografi Ulama Kharismatik dan Tradisi Keulamaan (Medan: Perdana Publishing, 2016)

[7]Sejarah Ulama-Ulama Terkemuka di Sumatera Utara. (1982), op. cit., h. 289. Chalidjah Hasanuddin (1988), Al-Jam´iyatul Washliyah Api Dalam Sekam. Bandung: Pustaka. h. 54.
[8]Ibid., h. 54.
[9]Ibid.,h. 40.
[10] Ibid., h. 41.
[11]Ibid., h. 97.
[12]Ibid.

Comments

Popular posts from this blog

LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM SUMATERA THAWALIB PARABEK BUKITTINGGI, RISKI BAYU PRATAMA

PERADABAN PADA MASA KERAJAAN ISLAM DEMAK (TAHUN 1518 – 1549 M), Ilham Bahari

PROSES PENDIDIKAN ISLAM DI SUMATERA BARAT, JAKFAR