SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM PESANTREN MODERN DAARUSSALAM GONTOR PONOROGO (SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM DI JAWA TIMUR)
MAKALAH
SEJARAH
PENDIDIKAN ISLAM PESANTREN MODERN DAARUSSALAM GONTOR PONOROGO
(SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM DI JAWA TIMUR)
Disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah
Sejarah
Peradaban dan pembaharuan Pendidikan
Islam
Dr. H. Anung Al
Hamat, Lc., M.Pd.I, Dan Dr. H. Ulil
Amri, Lc. MA
Oleh:
SULALATUL
ISLAMI
NIP. 182101011892
PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PASCASARJANA UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR
TAHUN 2018-2019
KATA
PENGANTAR
Alhamdulillah, syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah menciptakan alam semesta
beserta isinya dengan kekuasaan-Nya, tiada yang bisa memberi atas apa yang
telah diberikan-Nya, dan dengan dzat-Nya yang maha pengasih lagi maha penyayang
telah mengatur baik dan buruknya kehidupan setiap manusia dimuka bumi ini.
Nikmat tiada taranya yang telah diberikan, serta rahmat yang melimpah tak
terhitung banyaknya. Karena kasih sayang-Nya pula yang tiada batas makalah ini
bisa terselesaikan.
Sholawat dan salam senantiasa terucap dan terbulir dari lisan ini.
Lisan dari umat Nabi Muhammad SAW. Sosok idola umat sepanjang zaman yang
kehadirannya telah menimbulkan pencerahan pada alam semesta dan pemikiran
ideologi seluruh penghuninya. Bersama agamanya yang senantiasa menerangkan mana
yang hak dan mana yang bathil, membawa umat manusia ke jalan yang terang
menderang.
Akhirnya
penulis hanya bisa berharap, semoga penulisan makalah Peradaba dan pembaharuan
pendidikan Islam dengan judul Sejarah Pendidikan Islam Pesantren Modern
Daarussalam Gontor Ponorogo Jawa Timur ini dapat bermanfaat bagi penulis
pribadi khususnya dan bagi para pembaca umumnya. Kritik dan saran senantiasa
penulis harapkan demi kesempurnaan penulisan ini. Terima kasih dan mohon maaf
atas segala kekurangan.
Bogor,
05 April 2019 M
Sulalatul Islami
DAFTAR ISI
|
|
HALAMAN SAMPUL
|
|
KATA
PENGANTAR............................................................................................
|
i
|
DAFTAR ISI..........................................................................................................
|
ii
|
BAB I : PENDAHULUAN
|
|
A. Latar Belakang
Masalah.....................................................................................
|
4
|
B. Rumusan
Masalah...............................................................................................
|
5
|
C. Tujuan Masalah...................................................................................................
|
5
|
BAB II : PEMBAHASAN
|
|
A. Sejarah singkat Pesantren Modern Daarussalam Gontor
Ponorogo...................
|
6
|
B. Profil Singkat Trimurti .......................................................................................
|
9
|
C. Kepemimpinan Trimurti ....................................................................................
|
13
|
D. Pemikiran KH. Imam Zarkasyi dalam Pendidikan
............................................
|
15
|
E. Kegiatan KMI......................................................................................................
|
21
|
BAB III : PENUTUP
|
|
A. Kesimpulan.........................................................................................................
|
23
|
DAFTAR RUJUKAN
|
24
|
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
masalah
Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembnagkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagaamaan, pengembalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukann dirinya,
masyarakat, dan negara.
Sejalan
dengan semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
permasalahan-permasalahan yang muncul dalam masyarakat juga semakin komplekks.
Masalah sosial merupakan salah satu dari sekian banyak masalah yang harus
dipecahkan. Usaha untuk memecahkan masalah-masalah tersebut diwujudkan dalam
bentuk perbaikan dan pembaharuan dalam pendidikan yang disebut dengan inovasi
pendidikan. Program pendidikan yang ada dituntut untuk terus menyediakan
sumberdaya yang tepat dalam rangka menjawab problematika pendidikan terutama
pendidikan Islam.
Antara pendidikan Islam dan pendidikan
nasional tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Hal ini dapat ditelusuri
dari segi konsep penyusunan sistem pendidikan nasional dan dari hakikat
pendidikan Islam dalam kehidupan beragama kaum muslimin di Indonesia.[1]
Didorong
oleh kebutuhan akan pendidikan yang semakin meningkat, maka timbullah
lembaga-lembaga pendidikan keagamaan yang berupa madrasah dan pondok pesantren.[2]
Berdasarkan
catatan sejarah yang ada, pendidikan yang berlangsung dipesantren pada awalnya
bersifat tradisional. Jika dilihat dari materi, metode dan sistem pendidikannya.
[3]
Sebagai
lembaga pendidikan yang mempunyai sejarah penting bagi bangsa dan agama Islam
sendiri maka pesantren dituntut untuk tetap dapat membekali santrinya dengan
berbagai materi keilmuan yang mapan. Agar tujuan tercapai setiap pesantren
harus senantiasa berbenah diri terutama berkaitan dengan materi penyajian
kurikulumnya agar pesantren tetap eksis dalam mencetak para ahli agama.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan dalam
latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi rumusan masalah yaitu:
1. Bagaimana Sejarah
singkat Pesantren Modern Daarussalam Gontor Ponorogo?
2. Bagaimana kurikulum pendidikan Pesantren Modern Daarussalam Gontor Ponorogo?
3. Bagaimana tujuan Pendidikan Pesantren Modern Daarussalam Gontor Ponorogo?
4. Bagaimana metode pendidikan pesantren Modern Daarussalam Gontor Ponorogo?
C. Tujuan Masalah
Tujuan yang ingin dicapai dalam perumusan
masalah ini adalah:
1. Menjelaskan Sejarah
singkat Pesantren Modern Daarussalam Gontor Ponorogo
2. Menjelaskan kurikulum pendidikan Pesantren Modern Daarussalam Gontor Ponorogo
3. Menjelaskan tujuan Pendidikan Pesantren Modern Daarussalam Gontor Ponorogo
4. Menjelaskan metode pendidikan pesantren Modern Daarussalam Gontor Ponorogo
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah berdirinya Pesantren Daarussalam Gontor Ponorogo
Pondok Modern Darussalam
Gontor, bisa disingkat menjadi Pondok Modern Gontor (selanjutnya ditulis PM
Gontor) atau terkadang juga cukup disebut Pondok Gontor. Pondok ini didirikan
pada hari Senin, 12 Rabiul Awal 1345/20 September 1926 oleh tiga bersaudara,
yaitu: KH.Ahmad Sahal (1901-1977), KH.Zainuddin Fannani (1905-1967), dan
KH.Imam Zarkasyi (1910-1985), tiga bersaudara ini lebih dikenal sebagai sebutan
“Trimurti”.[4]
Pondok
Modern Gontor merupakan kelanjutan Pesantren Tegalsari. Tegalsari adalah nama
sebuah desa terpencil, terletak 10 km di sebelah selatan pusat Kerajaan Wengker
di Ponorogo. Pesantren Tegalsari ini telah melahirkan para kyai, ulama,
pemimpin, dan tokoh-tokoh masyarakat yang ikut berkiprah dalam membangun bangsa
dan negara. Pesantren Tegalsari didirikan pada abad ke 18 M, tahun 1742 oleh
Kyai Ageng Muhammad Besari (Bashori). Pada tahun 1742 Pondok Tegalsari dipimpin
oleh Kyai Ageng Hasan Besari, cucu Kyai Ageng Muhammad Besari putra Kyai Ilyas.
Saat dipimpin Kyai
Ageng Hasan Besari Pesantren Tegalsari mengalami perkembangan yang pesat. Dalam
sejarahnya, Pondok Tegalsari pernah mengalami zaman keemasan berkat kealiman,
karisma, dan kepiawaian para kyai yang mengasuhnya. Ribuan santri
berduyun-duyun menuntut ilmu di pondok. Mereka berasal dari hampir seluruh
tanah Jawa dan sekitarnya. Karena besarnya jumlah santri, seluruh desa menjadi pondok, bahkan pemondokan para
santri juga didirikan di desa-desa sekitar.[5]
Pada pertengahan abad ke-19 M,
Tegalsari dipimpin oleh Kyai Khalifah. Pada masa kepemimpinanya terdapat
seseorang santri yang baik dan cerdas bernama R.M.H. Sulaiman Jamaluddin. Kyai Khalifah
berhasrat mengambilnya sebagai menantu, setelah ilmu pengetahuannya cukup
memadai, kemudian ia dinikahkan dengan putri yang ke lima. R.M.H.Sulaiman
Jamaluddin adalah putra penghulu Jamaluddin, yaitu cucu dari Pangeran Hadiraja,
Sultan Kesepuhan Cirebon.
R.M.H Sulaiman Jamaluddin diberi
hadiah oleh Kyai Khalifah yaitu suatu tempat di tengah hutan (kurang lebih 3 km
sebelah timurPondok Pesantren Tegalsari). Kyai khalifah memberikan 40 santri.
Bersama istri dan murid-muridnya, Sulaiman Jamaluddin berangkat ke tempat yang
ditunjukkan mertuanya itu dan mendirikan pesantren disana. Semenjak itu,
Sulaiman Jamaluddin menyandang kyai. Tempat yang ditujukkan tersebut masih
dipenuhi oleh lebatnya pepohonan dan dihuni oleh binatang buas. Tidak ada
satupun warga yang berani bertempat tinggal yang sangat terkenal sebagai tempat
persembunyian para penyamun, dan orang-orang yang berperangai kotor di
masyarakat. Tempat ini kemudian disebut dengan nama “Gontor”. Pada saat itu,
Gontor masih merupakan kawasan hutan,dikenal sebagai tempat persembunyian para
perampok, penjahat, penyamun, pemabuk dan orang-orang yang berperangai kotor.
Karena itu kawasan tersebut dijuluki sebagai “tempat kotor” yang dalam bahasa
Jawa disebut juga dengan nggonkotor. Menurut riwayat, nama desa Gontor itu
berasal dari ungkapan tersebut. Di desa tersebut, pesantren yang didirikan Kyai
Sulaiman Jamaluddin itu kemudian dikenal sebagai sebutan Pondok Gontor.
Pada masa generasi keempat ini,
keadaan di desa dan Pondok Gontor dapat dikatakan telah sangat mundur, kegiatan
keagamaan boleh dikatakan semakin mati. Dalam keadaan yang demikian, Kyai
Santoso tetap beristikamah dipondok dengan santri yang hampir habis. Pondok
Gontor yang merupakan pecahan dari Tegalsari, berputar menjadi kemunduran. Kyai
Santoso dengan kedalaman ilmunya telah dipanggil Allah, sedangkan penggantinya
belum jua datang. Ketika meninggal dunia, Kyai Santoso meninggalkan
putra-putrinya. Tiga diantaranya memenuhi harapan keluarga, meniti nenek moyang
mereka, mendirikan Pondok Gontor yang sudah mati dengan pondok yang besar.
Mereka adalah KH. Ahmad Sahal, KH.Zainuddin Fannani, dan KH. Imam Zarkasyi
ketiga orang ini terkenal dengan sebutan Trimurti.[6]
Kyai Imam Zakasyi yang berperan
besar dalam mendirikan proses menghidupkan kembali Pesantren Gontor. Selama 11
tahun Kyai Imam Zarkasyi menimba ilmu pengetahuan di Padang. Tetapi sebelum
Kyai Imam Zarkasyi kembali ke Gontor, maka Kyai Ahmad Sahal orang yang pertama
kali menghidupkan Gontor. Langkah pertama yang dilakukan KyaiAhmad Sahal adalah
mendirikan lembaga pendidikan yang kemudian diberi nama Tarbiyatul Atfal
(pendidikan anak-anak).[7]
Bermula didirikan Tarbiyah al-Atfal (1926) dan pada peringatan syukuran satu
dasawarsa pondok, tanggal 19 Desember 1936, dilakukan peresmian berdirinya
sistem pendidikan baru, yaitu Kulliyat al-Mu’allimin al-Islamiyah (KMI-Sekolah
Pendidikan Guru Islam). Seperti kebanyakan hal yang baru, sistem KMI tidak
langsung diterima oleh masyarakat. Mereka malah meragukan keberadaan sistem
yang berbeda dan bahkan bertentangan dengan sistem pendidikan tradisional yang
pada umumnya berlaku di pesantren lainnya. Yang menjadi muridnya anak-anak
sekitar Gontor.[8]
Kyai Imam Zarkasyi mendesain kurikulum sedemikian rupa sesuai
kebutuhan. Ia menggabungkan materi yang biasa diajarkan di pesantren dan
madrasah atau pelajaran agama dan pelajaran umum. Diantara pelajaran agama di
pesantren Gontor yaitu aqa’id, Alquran, tajwid, tafsir, hadis, musthalah
hadist, fiqih, usul, perbandingan agama, dansejarah kebudayaan agama.Termasuk
pelajaran umum yang diajarkan di sini adalah ilmu jiwa pendidikan, sejarah
pendidikan, ilmu sosial, ilmu alamdan berhitung. Beberapa pelajaran agama
menggunakan buku karya Kyai Imam Zarkasyi sebagai buku acuan, seperti pelajaran
Bahasa Arab, balaghah, ilmu mantiq, aqidah, fiqih, dan tajwid.[9]
Pada
acara tersebut diresmikanlah pula penggunaan sebutan “modern” untuk pesantren.
Sebelum itu, nama Pondok Gontor hanyalah “Darussalam”.7Kata “modern” hanya
disebut oleh masyarakat di luar pondok. Setelah disahkan penggunaan label
“modern”, nama lengkap Pondok Gontor menjadi Pondok Modern Darussalam Gontor.
Bahkan sekarang, sebutan “ pondok modern” ini justru lebih dikenal oleh
masyarakat daripada “Pondok Darussalam”[10]
B.
Profil Singkat TRIMURTI
1.
KH. Imam Zarkasyi
Beliau wafat pada tanggal 30 April 1985 pukul 21.00 WIB di RS Umum
Madiun dengan meninggalkan seorang Isteri dan 11 orang putera puteri,Yaitu :
1)
KH.
Abdullah Syukri Zarkasyi, M.A. (Alumni al-Azhar University Cairo dan salah
seorang Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor),
2)
Hj.
Siti Khuriyyah Subakir (Alumni Mu’alimmat Muhammadiyah Yogyakarta),
3)
Hj.
Dra. Siti Rosyidah (Alumni IKIP Negeri Yogyakarta), guru SMA-SPG Negeri
Ponorogo, Dosen ISID Gontor),
4)
Drs.
Amal Fathullah Zarkasyi, M.A (Alumni Darul Ulum Cairo, Pudek I Fak. Ushuluddin
ISID Gontor),
5)
Dra. Hj. Annisah Fatimah Tijani (Alumni IAIN
Sunan Kalijogo, Direktris Mu’alimmat Al Amin Madura),
6)
Siti
Farid Ismail (Alumni PKU Muhammadiyah Yogyakarta, Bidan SRSU Ponrorogo).
7)
Dra.
Maimunah Alamsyah (Alumni IAIN Sunan Ampel. Dosen STIE Banjarmasin.
8)
H.
DR Ahmad Hidayatullah Zarkasyi, MA (Alumni College University of the Punjab
Pakistan , Pengasuh Pondok Putri Mantingan, Dosen ISID Gontor).
9)
H.
Hamid Fahmi Zarkasyi, MA Ed (Alumni Institut of Educatioan an Research
University of the Punjab University Lahore),
10)
Drs.
Nasrullah Zainul Muttaqin (Alumni SASDAYA UGM Yogyakarta, Dosen ISID Gontor).
11)
Ir.
Muhammada Ridho, MM (Alumni FTP Yogyakarta).
2.
KH. Ahmad Sahal
Lahir
di desa Gontor Ponorogo pada tanggal 22 mei 1901. Putera
kelima dari Kyai Santoso Anom Besari .
Pendidikan:
Sekolah Rendah (Vervolk School) atau Sekolah Ongko Loro.
Setamat Sekolah Rendah beliau mondok di
berbagai pondok pesantren diantarnya adalah pondok pesantren
Kauman Ponorogo; pondok Joresan Ponorogo; pondok Josari Ponorogo;
Pondok Durisawo Ponorogo; Siwalan Panji Sidoarjo; Pondok Termas Pacitan.
Setelah menjelajah berbagai kitab di berbagai Pondok
pesantren, beliau masuk ke sekolah Belanda Algemeene Nederlandsch
Verbon ( Sekolah pegawai di Zaman penjajahan Belanda), tahun 1919-1921.
Pengalaman:
Pada tahun 1926 menjadi utusan ummat Islam daerah Madiun ke Kongres Ummat Islam
Indonesia di Surabaya. Dan pada tahun yang sama membuka kembali Pondok Gontor
dengan program pendidikan yang dinamakan “Tarbiyatu-l-Athfal“. Setahun
kemudian mendirikan Pandu Bintang Islam dan klub olah raga dan kesenian yang
diberi nama “RIBATA” (Riyadhatu-l-Badaniyah
Tarbiyatu-l-Athfal). Sejak tahun 1929 mendirikan kursus Kader dan Barisan
Muballigihin yang berakhir hingga tahun 1932. Pada tahun 1935
beliau mengetahui Ikatan Taman Perguruan Islam (TPI), yaitu suatu
ikatan sekokolah-sekolah yang didirikan oleh alumni-alumni TA di
desa-desa sekitar gontor. Pada tahun 1937 mendirikan organisasi
pelajar Islam yang di beri nama “Raudlatu-l-Muta’allimin”. Selain itu
beliau juga mendirikan dan memimpin Tarbiyatu-l-Ikhwan (Barisan Pemuda) dan
Tabiyatu-l-Mar’ah (Barisan Wanita).
Pada tahun
1977 tanggal 9 April tepat jam 19.00 WIB beliau wafat menghadap Allah SWT.
Meninggalkan seorang istri (ibu Sutichah Sahal) dan sembilan orang putra dan
putri, mereka itu adalah:
1)
Drs. H. Ali saifullah, alumni Fak.
Pedagogy UGM,
2)
Ir. Moh. Ghozi, alumni Fak.
Pertanian UGM,
3)
Siti Arsiyah Zaini (istri Drs.
H.M. Zainy).
4)
Dra. Ruqoyyah Fathurrahman, alumni
Fak. Ilmu Pendidikan IKIP Jakarta.
5)
Siti Utami Bakri SH., alumni
Fak. Hukum Unibraw Malang,
6)
KH. Hasan Abdullah Sahal,
alumni Universitas Islam Madinah dan Al-Azhar Cairo, salah seorang Pimpinan
Pondok Modern Darussalam Gontor,
7)
Dra. Aminah Mukhtar,
M.Ag., alumni S 2 Universitas Muhammadiyah Malang, Pengasuh
Pondok Pesantren Putri Al-Mawaddah Coper, Jetis , Ponorogo.
8)
H. Ahmad Tauhid Sahal, Guru KMI
Pondok Modern Darussalam Gontor.
9)
Drs Imam Budiono, alumni Fak.
Tarbiyah IAIN Yogyakarta.
3.
KH. Zainuddin Fannanie
Lahir di
Gontor Ponorogo pada tanggal 23 Desember 1908. Putera keenam Kyai Santoso Anom
Besari.
Pendidikan:
Masuk Sekolah Dasar Ongko Loro Jetis Ponorogo, sementara itu mondok di
pondok pesantren Josari Ponorogo, kemudian ke Termas Pacitan, lalu ke
Siwalan Panji Sidoarjo. Dari sekolah Ongko Loro ia pindah ke sekolah
dasar Hollandshe Inlander School (HIS), kemudian melanjutkan ke kweekschool
(Sekalah guru) di Padang. Sesudah tamat sekolah guru ia masuk Leider School
(sekolah pemimpin) di Palembang. Selain itu beliau pernah belajar
pada Pendidikan Jurnalistik dan Tabligh School (Madrasah Muballighin III) di
Yogyakarta, dan selesai pada tahun 1930.
Pengalaman:
Menjadi guru di HIS sejak 1926 sampai 1932 dan mengajar di School
Opziener di Bengkulen sampai tahun 1934. Pernah menjadi Konsul Pengurus
besar Muhammadiyah Summatera Selatan pada tahun 1942, masih pada tahun
yang sama menjadi Kepala Penasehat Kepolisian Palembang hingga tahun 1943.
Setahun kemudian menjabat Kantor keselamatan Rakyat di Palembang. Setelah itu
dipilih menjadi Kepala Kantor Tata Usaha Kantor Sju Tjokan. Sejak tanggal 8
April 1953 diangkat oleh presiden menjadi anggota ” Panitia Negara Perbaikan
Makanan”. Empat bulan setelah itu tepatnya pada tanggal 1 Agustus 1953
menduduki Kepala Jawatan Bimbingan dan Perbaikan Sosial pada Kementerian
Sosial. Masih pada tahun yang sama beliau menjabat Inspektur Kepala,
Kepala Inspeksi Sosial Jawa Barat dan Summatera Selatan. Sejak tanggal 19
Januari 1956 mendapat kepercayaan menjadi Kepala Bagian Pendidikan Umum Kementerian
Sosial. Pada pertengahan bulan Januari 1959menjabat Kepala Kabinet Menteri
Sosial. Setahun kemudian yaitu pada tanggal 12 Agustus menjadi Kepala Jawatan
Pekerjaan Sosial. Terakhir adalah sebagai anggota BPP-MPRS sampai tahun 1967.
Pada tanggal 21 Juli 1967 beliau meninggal dunia di kediamannya di
Jakarta, meninggalkan seorang istri dan seorang anak yaitu Drs. H. Rusydi Bey
(Anggota Badan Wakaf Pondok Miodern Gontor).
Karya tulis:
Di antara karya tulis beliau yang masih menjadi bahan rujukan terutama
bagi generasi penerus Pondok Modern Darussalam Gontor adalah:
a.
Senjata Penganjur dan Pemimpin
Islam.
b.
Pedoman Pendidikan Modern.
c.
Kursus Agama Islam.
d.
Penangkis krisis.
e.
Reidenar dan Jurnalistik, serta
masih dll
Adapun pimpinan dan dewan pengasuh Pesantren Modern Daarussalam
Gontor sekarang diantaranya:
1.
Dr.
K.H. Abdullah Syukri Zarkasyi
2.
K.H.
Hasan Abdullah Sahal
3.
K.H.
Syamsul Hadi Abdan
C.
Kepemimpinan Trimurti (KH. Ahmad Sahal, KH.
Zainuddin Fannanie, dan KH. Imam Zarkasyi)
Upaya untuk mewujudkan cita-cita bersama tersebut dimulai dengan
menghidupkan kembali Pondok Gontor lama yang pernah besar di zaman nenek moyang
mereka, Kyai Sulaiman Jamaluddin dan Kyai Arman Anom Besari. Dalam upaya
keberadaan KH. Imam Zarkasyi tidak lepas dari kedua kakaknya. Mereka memiliki
ide dan cita-cita yang sama, dan mereka secara bersama pula mewakafkan harta
kekayaan peninggalan orang tua mereka untuk kepentingan pondok. Dilingkungan
Pondok Gontor mereka disebut Trimurti; suatu sebutan yang menggambarkan
kesatuan ide, cita-cita dan langkah perjuangan ketiga pendiri tersebut.
Masing-masing memiliki latar belakang pendidikan, kompetensi, dan peran penting
yang berbeda-beda bagi pertumbuhan dan perkembangan Pondok Gontor.
KH. Ahmad Sahal sebagai saudara tertua dan telah lebih dahulu
menyelesaikan studinya di berbagai pesantren, memulai upaya menghidupkan
kembali Pondok Gontor lama dengan mengikrarkan berdirinya Pondok Gontor baru
pada tahun 1926 dan menyelenggarakan beberapa macam kegiatan.
Saat itu masyarakat desa Gontor jauh dari sifat terpelajar. Tidak
terlihat lagi tanda-tanda yang menunjukkan kebesaran Kyai Sulaiman Jamaluddin
di masa lampau. Peninggalan Kyai yang masih keturunan raja-raja Cirebon tidak
lagi nampak tersisa, baik dari segi tradisi keagamaan maupun dari segi kondisi
dari lingkungan masyarakat dan sosial ekonominya. Oleh sebab itu, masyarakat
desa Gontor akrab dengan Mo Limo: Madat, Main, Madon, Minum (Mencuri, Menghirup
Madat, Berjudi, Melacur dan Mabuk-mabukkan).
Langkah pertama yang dilakukan KH..Ahmad Sahal untuk memperbaiki
kondisi masyarakat itu adalah membina dan mendidik anak-anak desa yang
rata-rata masih telanjang dan belum terjamah oleh pendidikan. Kegiatan
pendidikansecara formal diberi nama Tarbiyatul Athfal (Pendidikan anak-anak).
Program pendidikan ini ia proklamirkan pada acara peringatan Maulid Nabi
Muhammad SAW pada tanggal 12 Rabiul Awal 1345 (9 Oktober 1926) yang dihadiri
oleh masyarakat desa sekitar, santri binaannya, dan beberapa handai taulan.
Sambil menunggu selesai masa studi adiknya, Kyai Ahmad Sahal terus
menjalankan kegiatan kependidikannya. Dalam program kependidikan ini ia
mengajarkan pengetahuan dasar agama Islam, bimbingan KH.Ahmad Sahal kesenian,
dan pengetahuan umum sesuai tingkat pengetahuan masyarakat saat itu. Di samping
itu diselenggarakan pula kegiatan kepanduan, olah raga, bela diri, dan
semacamnya.
Dengan adanya kegiatan-kegiatan kependidikan yang dimulai oleh
Ahmad Sahal tersebut, orang-orang dari luar desa mulai berdatangan ke Gontor.
Karena banyaknya peminat, sementara sarana di Gontor membuka beberapa cabang di
desa-desa sekitar Gontor yang kemudian diberi nama Tarbiyatul Islam (Pendidikan
Islam). Setelah lembaga Pendidikan Tarbiyatul Athfal yang berlangsung selama 6
tahun itu menamatkan muridnya yang pertama, Kyai Ahmad Sahal membuka program
lanjutan yang diberi nama Sullamul Muta’allimin (Tangga Para Pelajar). Program
ini sempat berjalan selama 3 tahun.
Setelah semua program pendidikan berjalanselama 10 tahun, tahun
1939, Kyai Ahmad Sahal berencana mengadakan perayaan ulang tahun kesepuluh
Pondok Gontor yang saat itu baru berdiri Tarbiyatul Athfal untuk
tingkatpendidikan dasarnya dan Sullamul Muta’allimin untuk tingkat menengah
pertamanya. Perayaan ini selain merupakan kesyukurannya atas berjalannya
langkah awal dari gagasan, cita-cita program pendidikan para pendiri pondok
modern, juga merupakan tonggak bagipencanangan program berikutnya. Untuk yang
terakhir ini kedatangan Kyai Imam Zarkasyi sangat dinanti-nanti oleh kakaknya,
karena dialah yang akan membawa program baru itu. Ketika itu KH.Imam Zarkasyi
telah satu tahun mengemban amanat dan tugas dari gurunya, Mahmud Yunus, menjadi
Direktur KweekschoolMuhammadiyah di Padang Sidempuan, Sumatera Utara, itulah
sebab mengapa KyaiAhmad Sahal memanggilnyauntuk segera pulang. Sementar itu,
KyaiZainuddin Fannani yang masih menjadi School Opzsier di Bengkulen, kepulangannya
pun dinantikan kerana gagasan-gagasannya sebagai salah satu pendiri Pondok
Gontor sangatdiperlukan.
Kepemimpinan
KH. Imam Zarkasyi
Pada tahun 1936 KH.Imam Zarkasyi membulatkan tekatnya untuk pulang
ke Gontor guna merealisasikan cita-citanya bersama kedua kakaknya. Dengan
demikian, lebih kurang selama sebelas tahun, mulai tahun 1925 sampai tahun
1936, KH.Imam Zarkasyi menghabiskan usianya keluar dari kampung halamannya
untuk belajar, lima tahun di Solo dan enam tahun di Sumatera. Setibanya di
Gontor, KH.Imam Zarkasyi langsung dituntun untuk mengembangkan Pondok Gontor
baru yang sudah dimulai kakak kandungnya, Kyai Ahmad Sahal.
Ketika mulai sekolah dan mondok, dan ketika timbul gagasan
menghidupkan kembali Pondok Gontor lama yang telah mati itu, KH.Imam
Zarkasyi,demikian pula kedua kakaknya belum memiliki pemikiran-pemikiran yang
jelas tentang bagaimana bentuk pesantren yang akan dibangun nanti. Gagasan itu
semata-mata didorong oleh naluri dan rasa tanggung jawab untuk meneruskan
perjuangan ayahnya. Setelah ia merantau menuntut ilmu, pemikiran-pemikirannya
tentang pesantren dan pendidikan timbul.
Dengan gagasan awal memilih pesantren sebagai model lembaga
pendidikan, Imam Zarkasyi lalu berangkat belajar mencari ilmu dan pengalaman.
Dalam sistem pengajaran yang tanpa evaluasi hasil belajar itu tidak ada
batasnya waktu belajar bagi santri. Untuk memahami isi sebuah kitab dari satu
bidang ilmu agama Islam seorang santri memerlukan waktu yang cukup lama, dan
perlu waktu lama lagi untuk mengerti beberapa kitab dalam bidang ilmu agama
Islam yang lain. Selain itu KH. Imam Zarkasyi menyadari adanya suatu
kejanggalan dalam sistem pengajaran bahasa Arab. Sebelum mengerti Bahasa Arab,
dalam sistem itu, ia harus mengerti nahwu dan sharaf dengan menghafal
kaidah-kidahnya yang berbentuk syair seperti dalam kitab alfiyah karya Ibnu
Malik. Nahwu dan sharaf dalam Bahasa Arab, menurut kitab-kitab itu adalah
bagaikan garam dalam makanan. Ini berarti orang mendahulukan makan garam
daripada garam. Disini KH. Imam Zarkasyi lalu mengerti bahwa inilah sebab
mengapa seorang santri tidak dapat bercakap-cakap dalam Bahasa Arab.
KH. Imam Zarkasyi kemudian membanding sistem pengajaran tersebut
dengan apa yang diamatinya dalam sistem pendidikan sekuler. Jika orang belajar
bahasa asing (Inggris dan Belanda) dalam waktu 2 tahun sudah dapat membaca dan
menulis dalam bahasa yang dipelajarinya itu, mengapa orang belajar bahasa asing
(Arab) di pondok pesantren tidak dapat demikian. Kondisi pendidikan pesantren
semacam ini membuat KH.Imam Zarkasyi berpikir, tidak mungkin cara-cara seperti ini
ditingkatkan dan dicari jalan lebih mudah sehingga dapat belajar dengan waktu
yang lebih singkat. Meskipun demikian, dalam pandangan KH. Imam Zarkasyi,
lembaga pendidikan pesantren tetap merupakan yang ideal untuk mencetak
kader-kader umat.
KH. Imam Zarkasyi merantau di Padang untuk mencari metode
pengajaran yang bagus untuk para santrinya, kemudian tiba-tiba datang kepadanya
seseorang yang sama-sama berasal dari Jawa, mengutarakan keinginannya untuk
belajar Bahasa Arab. Pencarian metode belajar mengajar bahasa ini akhirnya ia
temukan dalam metode berlitz. Metode yang terbaik waktu itu. Metode berlitza dalah
metode pengajaran bahasa Inggris yang menggunakan metode langsung (direct
methode) dan tidak menggunakan terjemah. Sementara Bahasa Arab ia dapat melalui
Thariqah Mubasyarah yang saat itu sedang menjadi metode di Mesir. Kedua metode
ini ia dapatkan dari gurunya Ustadz Mahmud Yunus.
D.
Pemikiran KH. Imam Zarkasyi dalam Pendidikan
Nama Imam Zarkasyi tidak dapat dipisahkan dengan peranannya dalam
bidang pendidikan.Aktivitas dalam pendidikan akan mendorong lahirnya gagasan di
bidang pendidikan dan sekaligus mempraktikkannya
1.
Pengelolaan Madrasah
Gagasan
dan pemikiran Imam Zarkasyi yang berkaitan dengan pengelolahan madrasah dapat
dikemukakan dari tanggung jawab sebagai berikut:Tanggung jawab pembinaan dan
pengelolaan madrasah harus diserahkan pada ahlinya. Dalam hal ini yang paling
tepat diserahitanggung jawab adalah Departemen Agama, sebab menteri agamalah
yang lebih tahu tentang seluk-beluk pendidikan agama. Pendapat Imam Zarkasyi
tentang pengelolaan madrasah oleh Departemen Agama juga terkait dengan
persoalan polemik yang terjadi diantara para tokoh pendidikan dan para
birokrat. Kelompok yang menginginkan agar pengelolaan madrasah diserahkan
kepada Departemen Pendidikan Nasional adalah karena mereka melihat bahwa
Departemen Pendidikan Nasional adalah karena mereka melihat bahwa Departemen
Agama pada hakikatnya bukan departemen yang mengelola pendidikan. Sedangkan
madrasah atau memakai istilah atau nama berbahasa Arab pada hakikatnya adalah
pendidikan. Maka yang paling memiliki otoritas dan kompetensi untuk
mengelolanya adalah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Pendapat ini juga
didasarkan pada sebagian fakta adanya madrasah yang terbengkalai dan amburadul
dalam segala aspeknya. Namun,Imam Zarkasyi telah melakukan dalamdua hal yaitu:
a.
Berhasil
mempertahankan pengelolaan madrasah oleh Departemen Agama
b.
Berhasil
meningkatkan mutu madrasah setara dengan sekolah umum, tanpa harus menyerahkan
madrasah tersebut ke tangan Departemen Pendidikan Nasional.
2.
Pembaharuan Pesantren
Banyak
aspek pendidikan yang ada di pesantren yang diperbaharui oleh KH. Imam Zarkasyi
diantaranya:
a.
Tujuan
pendidikan menurut Imam Zarkasyi adalah bahwa pendidikan merupakan bagian terpenting
bagi kehidupan dan sekaligus kemajuan umat Islam. Menurutnya, salah
satukelemahan pesantren di masa lalu adalah tidak adanya tujuan pendidikan yang
jelas, yang dituangkan pada tahapan-tahapan rencana kerja atau program.
Pendidikan berjalan seakan hanya mengikuti arus keahlian Kyai.
b.
Kurikulum
Pendidikan diperoleh dari hasil kunjungan ke mancanegara dan catatan dalam
kongres tersebut telah mendorong Imam Zarkasyi untuk menjadikan Pesantren
Gontor Darussalam, sebagai lembaga pendidikan yang dapat menghasilkan lulusan
yang mahir berbahasa Arab dan Inggris. Hal ini mendorong Imam Zarkasyi untuk
melakukan pembaruan terhadap kurikulum pendidikan yang ada di
Pondok Pesantren Modern Gontor Ponorogo. Kurikulum yang diterapkan Imam
Zarkasyi di Pondok Pesantren Modern Gontor adalah 100% umum dan 100% agama.
c.
Metode
perbaikan pengajaran bahasa di dasarkan atas ketidakpuasannya melihat metode
pengajaran bahasa yang diterapkan di pesantren. Untuk metode pengajaran di
pesantren Imam Zarkasyi , khususnya untuk pengajaran Bahasa Arab ditempuh
dengan metode (direct methode) yang diarahkan kepada penguasaanbahasa secara
aktif dengan cara memperbanyak latihan (drill), baik lisan maupun tulisan.
d.
Ketangguhan
Mental
Secara
formal pendidikan mental disajikan dalam mata pelajaran muhfudzat(hafalan),
tafsir(petikan ayat-ayat), dan hadis(pilihan). Tiga mata pelajaran ini
merupakan sarana untuk menanamkan falsafah hidup, keyakinan hidup, dasar hidup,
kekuatan mental serta keluhuran budi.
e.
Pembaharuan
manajemen Pesantren yang bercorak kekeluargaan dan sepenuhnya di tangan kyai
itu terkadang juga bisa membawa kemajuan apabila kyainya seorang yang memiliki
kompetisi yang unggul, cerdas, pintar, mau bekerja keras, adil dan demokratis.
Manajemen yang demikian itu bisa juga membawa kemunduruan apabila kyainya
memiliki bekal pengetahuan pasa-pasan, malas, otoritar dan diktator.
f.
Independensi
Pesantren Modern Darussalam Gontor yaitu bahwa setiap santri yang belajar di
Pondok Modern Darussalam Gontor ditanamkan jiwa berdikari yang bebas. Gagasan
independen Imam Zarkasyi tersebut direalisasikan dengan menciptakan Pondok
Modern Gontor yang benar-benar steril dari kepentingan politik dan golongan
apapun. Hal ini diperkuat dengan semboyan: Gontor di atas dan untuk semua
golongan.[11]
g.
RPP
Pesantren Modern Daarussalam Gontor Tahun 1958 M[12]
No
|
Mata Pelajaran
|
Kelas
|
|||||
I
|
II
|
III
|
IV
|
V
|
VI
|
||
1
|
Bahasa Arab
|
12
|
12
|
12
|
13
|
11
|
11
|
Imla’
|
1
|
1
|
1
|
1
|
-
|
-
|
|
Pidato
|
6
|
4
|
4
|
3
|
2
|
2
|
|
Membaca
|
3
|
3
|
3
|
3
|
2
|
2
|
|
Hafalan
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
|
Nahwu/Shorof
|
-
|
2
|
2
|
2
|
2
|
2
|
|
Balaghah
|
-
|
-
|
-
|
-
|
2
|
2
|
|
Adab Lughah
|
-
|
-
|
-
|
-
|
2
|
2
|
|
2
|
Ilmu-ilmu
Agama
|
10
|
10
|
9
|
7
|
8
|
11
|
Al-Qur’an
|
2
|
2
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
Tajwid
|
1
|
1
|
-
|
-
|
-
|
2
|
|
Tafsir
|
2
|
2
|
2
|
2
|
2
|
2
|
|
Hadits
|
`1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
2
|
|
Mustholahul
Hadits
|
-
|
-
|
-
|
-
|
2
|
2
|
|
Usul Fiqh
|
-
|
-
|
2
|
2
|
2
|
2
|
|
Aqoid
|
2
|
2
|
2
|
1
|
1
|
2
|
|
Mantiq
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
1
|
|
Tarikh Islam
|
2
|
2
|
2
|
1
|
-
|
-
|
|
3
|
Ilmu-ilmu
Umum
|
17
|
17
|
18
|
19
|
20
|
18
|
Berhitung
|
2
|
2
|
1
|
-
|
-
|
-
|
|
Aljabar
|
2
|
2
|
2
|
2
|
2
|
1
|
|
Ilmu Ukur
|
2
|
2
|
2
|
2
|
2
|
1
|
|
Ilmu Alam
|
2
|
2
|
2
|
2
|
2
|
1
|
|
Ilmu Hayat
|
1
|
1
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
Sejarah
Indonesia
|
2
|
2
|
2
|
3
|
1
|
2
|
|
Ilmu Bumi
|
2
|
2
|
2
|
2
|
2
|
2
|
|
Ilmu Jiwa
|
-
|
-
|
2
|
2
|
3
|
3
|
|
Praktek
Mengajar
|
-
|
-
|
-
|
-
|
2
|
4
|
|
Tata Negara
|
-
|
-
|
1
|
2
|
2
|
-
|
|
Gerak Badan
|
Diluar
Jam Pelajaran
|
||||||
Seni Suara
|
|||||||
Bahasa
Indonesia
|
2
|
2
|
1
|
1
|
1
|
1
|
|
Bahasa
Inggris
|
2
|
2
|
3
|
3
|
3
|
3
|
|
Jumlah
|
39
|
39
|
39
|
39
|
39
|
40
|
E.
KEGIATAN KMI
Dalam rangka pelaksanaan berbagai program untuk meningkatkan
kualitas kegiatan pendidikan dan pengajaran di PMDG, KMI memiliki
bermacam-macam kegiatan yang dapat dibedakan menjadi kegiatan harian, mingguan,
bulanan, tengah tahunan, tahunan, dan kegiatan penunjang lainnya yang bersifat
temporer. Pelaksanaannya tidak hanya mengacu pada perencanaan yang telah
ditetapkan, tetapi juga disertai kontrol dan evaluasi, sehingga berjalan secara
maksimal dengan hasil yang serupa.
1.
Kegiatan
Harian
Di antara kegiatan harian yang terus
dilakukan oleh KMI guna meningkatkan kualitas siswa dan guru adalah:
a)
Gerakan
Tabkir (‘masuk kelas tepat waktu’)
b)
Pemeriksaan
dan Penandatanganan i‘dad (‘persiapan mengajar’)
c)
Naqdu
al- tadris (‘evaluasi
mengajar’)
d)
Kontrol
Kelas dan Asrama Siswa
e)
Al-ta‘allum
al-muwajjah (‘belajar malam
terpimpin’)
2.
Kegiatan
Mingguan
Untuk menyamakan persepsi guru tentang program dan langkah Pondok,
sekaligus sebagai evaluasi atas kegiatan PBM selama seminggu yang berkenaan
dengan absensi guru, disiplin mengajar, pencapaian batas pelajaran, dan metode
pengajaran guru, diadakan pertemuan mingguan oleh Pimpinan Pondok Modern Gontor
dan Direktur KMI mulai sekitar jam 11.00 WIB.
Selain itu, kegiatan mingguan lainnya adalah pertemuan ketua kelas
setiap hari Jum`at selepas shalat Maghrib. Dalam pertemuan tersebut, staf KMI
menyampaikan evaluasi kegiatan PBM selama seminggu sebelumnya dan juga
informasi tentang kegiatan PBM seminggu ke depan, disiplin masuk kelas,
pembagian tugas Jum`at bersih serta pengarahan dan penyadaran tentang berbagai
aktivitas PBM.
3.
Kegiatan
Tengah Tahun
a)
Ulangan
Umum
b)
Ujian
Pertengahan Tahun
c)
Ujian
Akhir Tahun
4.
Kegiatan
Tahunan
1)
Penerimaan
siswa baru
2)
Penataran
Guru baru
3)
Yudisium
kelas V
5.
Kegiatan
Penunjang Belajar
a)
Fathul
Kutub
b)
Ujian
Kasyful Mu‘jam (‘menggunakan kamus’)
c)
Praktek
Manasik Haji
6.
Kegiatan
Kelas VI
a)
Rihlah
Iqtishodiyah
b)
Khutbatul
Wada’
c)
Pembekalan-pembekalan
d)
Khataman
dan Yudisium
e)
Amaliyah
Tadries
f)
Evaluasi Belajar Tahap Akhir EBTA
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Tujuan
pendidikan Pondok Modern Gontor adalah membentuk pribadi beriman, bertakwa dan
berakhlaq karimah yang dapat mengabdi pada umat dengan penuh keikhlasan dan
berperan aktif dalam memberdayakan masyarakat. Untuk itu, sejak awal mula
berdirinya, Pondok Modern Gontor telah mencanangkan bahwa “pendidikan lebih
penting daripada pengajaran”.
Secara
garis besar, arah dan tujuan pendidikan dan pengajaran di Pondok Modern Gontor
adalah.
- Pendidikan Kemasyarakatan
- Kesederhanaan
- Tidak Berpartai
- Menuntut ilmu karena Allah.
DAFTAR PUSTAKA
Arwani, Muhammad (2001), Denyut Nadi Santri, Yogyakarta:
Tajidu Press
Dhofier,
Zamkhsyari (1995), Tradisi Pesantren, Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai,
Jakarta: LP3ES
Mardiyah,
etal (2012), Kepemimpian Kyai dalam memelihara Budaya Organisasi, Malang:
Aditya Media Publishing
Nata, Abuddin
(2005), Tokoh-tokoh Pembaharuan Pendidiakn Islam di Indonesia, Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada
Suryanegara, Ahmad Mansur (2014), Api sejarah I, Bandung:
Salamandari
Solahuddin, Napak Tilas Masyayikh
Yunus, Mahmud (1960),
Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: Pustaka Muhammadiyah
______________
(1991), Sejarah Pendidikan Di Indonesia, Jakarta: PT Hidakarya Agung
Zarkasyi, Dari Gontor Merintis Pesantren Modern
Zuhairi, dkk (2009), Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta:PT
Mumi Aksara
[1] Zuhairi,dkk, Sejarah
Pendidikan Islam, Jakarta:PT Mumi Aksara, 2009, hlm. 231
[2] Ibid, hlm. 233
[3] Zamkhsyari
Dhofier, Tradisi Pesantren, Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai, Jakarta:
LP3ES, 1995, hlm. 1
[4]Ahmad Mansur
Suryanegara, Api sejarah I, Bandung: Salamandari, 2014, hlm. 119
[5]Mardiyah, etal,
Kepemimpian Kyai dalam memelihara Budaya Organisasi, Malang: Aditya
Media Publishing, 2012, hlm. 124-126
[6] Zarkasyi, Dari
Gontor Merintis Pesantren Modern, hlm. 12-15
[7] Solahuddin, Napak
Tilas Masyayikh, hlm. 318
[8] Mardiyah,
etal, Kepemimpinan Kyai dalam Memelihara Budaya Organisasi, hlm. 128
[9] Solahuddin, Napak
Tilas Masyayikh, hlm. 320-321
[10] Muhammad
Arwani, Denyut Nadi Santri, Yogyakarta: Tajidu Press, 2001, hlm. 17
[11]Abuddin Nata, Tokoh-tokoh
Pembaharuan Pendidiakn Islam di Indonesia, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2005, hlm. 200-216
[12] Mahmud Yunus, Sejarah
Pendidikan Di Indonesia, Jakarta: PT Hidakarya Agung, 1991, hlm. 251
Comments
Post a Comment