KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM DI JAWA TENGAH, MAWARDI UIKA BOGOR


MAKALAH
KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM DI JAWA TENGAH

MATA KULIAH PERADABAN & PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM
Dosen pengampu:
Dr. H. Ulil Amri Syafri, Lc., MA & Dr. H. Anung  AL Hamat, Lc., M. Pd. I




Disusun Oleh :
Mawardi (182101011894)


PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN ISLAM
UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR
1440 H/2019 M

KATA  PENGANTAR
بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ
Assaalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Segala puji hanya milik Allah Swt. Rabb pemilik jagat raya ini beserta segala isinya  baik yang ada di langit maupun yang ada dibumi. Kepada-Nya kita memohon dan mengabdi dan berserah diri, tidak ada sekutu bagi-Nya.
Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada nabi khatamul anbiya sayyidian wa habibana rasulinal karim Muhammad saw. begitu juga kepada keluarga, shahabat, tabiut tabi’in, para  syuhada,  imam mujtahid, para ulama dan semua pengikutnya sampai akhir zaman semoaga tetap istiqomah menjalankan syariat Islam dan menjauhi semua larangannya sehingga selamat fiddunya wal akhirat.
Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah disela-sela kesibukan, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat waktu sesuai dengan tenggat waktu yang diberikan  oleh dosen pengampu mata kuliah Peradaban dan Pembaharuan Penddidikan Islam.
Terima kasih banyak penulis ucapkan kepada bapak: “Dr. H. Ulil Amri Syafri, Lc., MA dan Dr. H. Anung Al Hamat, Lc., M. Pd. I” sebagai dosen pengampu mata kuliah “ Peradaban dan Pembaharuan Pendidikan Islam ” yang telah banyak memberikan kami motivasi agar bisa menjadi mahasiswa yang semakin beriman dan bertakwa kepada Allah dan Rasul-Nya, bisa bersaing dalam menyonsong peradaban dunia yang semakin modern serta tetap istiqomah mensyiarkan agama Allah di muka bumi sehingga Islam tetap ya’lu wala yu’la ‘alaih.
Makalah sederhana ini berjudul: ”Kurikulum Pendidikan Islam di Pulau Jawa”, tentunya dalam penyusunan makalah ini banyak kekurangannya dan jauh dari kata sempurna karena kesempurnaan hanya milik Allah swt., oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik serta saran yang bersifat konstruktif  agar dalam penyusunan makalah mendatang bisa lebih baik.
Akhir kata, kebenaran hanyak milik Allah dan datangnya dari Allah semata dan kealfaan serta kekeliruan datangnya dari diri penulis. Semoga makalah sederhana ini bermanfaat bagi penulis dan bagi siapa saja yang membacanya.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuhu.
Penyusun

  Mawardi
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ………………………………………………………………….     i
Daftar Isi ………………………………………………………………………..      ii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah ………………………………………………..      1
B.     Rumusan Masalah ………………………………………………………      2         
C.     Tujuan Penulisan ……………………………………………………….       2
D.    Metode Penulisan ……………………………………………………....      3
E.     Manfaat Penulisan……………………………………………………....      3
BAB II LANDASAN TEORI
A.    Pengertian Kurikulum …………………………………………………..      4
B.     Pengertian Pendidikan Islam …………………………………………...      6
BAB III PEMBAHASAN
A.    Kurikulum Pendidikan Islam Di Jawa Tengah ……………....................      10
1.      Pesantren/Madrasah di Kudus (Jawa Tengah) ……………...............      10
2.      H. Umar Said Cokroaminoto (1883-1934 M)……………………....       11
3.      Universitas Cokroaminoto Surakarta. (1955) ………………………      15
4.      Universitas Cokroaminoto ………………………………………….      17
5.      KH. Ahmad Dahlan (1868-1923 M)………………………………..      20       
6.      Perkumpulan Muhammadiyah (1912 M) …………………………..       26
7.      Madrasah Diniyah  Muhammadiyah (1955) ……………………….       29
8.      Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta …….................       30
9.       Madrasah Mu’allimat Muhammadiyah Yogyakarta ………………       37
10.  Perguruan Tinggi Muhammadiyah ………………………………....       38
11.  Pondok Pesantren Krapyak (Yogyakarta) ………………………….      39
12.  Madrasah Menengah Tinggi (M.M.T.) Yogyakarta ………………..       43
13.  Manba’ul Ulum Surakarta ………………………………………….       44
14.  U. I. I. (University Islam  Indonesia) Yogyakarta ………………….      45
BAB IV PENUTUP
Kesimpulan …………………………………………………………………….       47
Daftar Pustaka ………………………………………………………………….      48



BAB 1
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Pendidikan Islam sesungguhnya telah tumbuh dan berkembang sejalan dengan adanya dakwah Islam yang telah dilakukan Nabi Muhammad Saw. Berkaitan dengan itu pula pendidikan Islam memiliki corak dan karakteristik yang berbeda sejalan dengan upaya pembaharuan yang dilakukan secara terus meneruskan pascagenerasi nabi, sehingga dalam perjalanan selanjutnya pendidikan Islam terus mengalami perubahan baik dari segi kurikulum, sistem dan metode.
Secara khusus, pendidikan mempunyai nilai yang strategis dan penting dalam pembentukan suatu bangsa. Untuk menjadikan pendidikan yang berarti harus menyediakan kurikulum, sistem dan metode pendidikan yang baik tentunya kepada peserta didik. Pada saat ini kurikulum, sistem dan metode pendidikan di negara kita dapat dikatakan sudah berjalan sangat baik, dan langsung dikelola oleh departemen pendidikan agama Islam (DEPAG). Sebagaimana halnya dengan unsur-unsur pendidikan lainnya, maka kurikulum, sistem dan metode pun memainkan peranan penting dalam mewujudkan tujuan pendidikan. Kurikulum, sistem dan metode mengalami perkembangan mengikuti perkembangan kebudayaan dan peradaban masyarakat. Dalam perkembangannya, tentu saja kurikulum mengalami pembaruan dalam isinya, sesuai dengan kebutuhan.
Dalam sistem pendidikan nasional begitu juga dengan sistem pendidikan agama Islam kita mengenal tiga komponen utama, yakni peserta didik, guru, dan kurikulum. Dalam proses belajar mengajar, ketiga komponen tersebut terdapat hubungan yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain. Tanpa peserta didik, guru tidak akan dapat melaksanakan proses pembelajaran. Tanpa guru para siswa juga tidak akan dapat secara optimal belajar. Tanpa kurikulum, guru pun tidak akan mempunyai bahan ajar yang akan diajarkan kepada peserta didik.
Kurikulum merupakan komponen yang sangat penting di samping guru dan fasilitas. Dengan kurikulum jelaslah gambaran tentang tujuan yang akan dicapai, bahan pembelajaran yang akan diolah, program pembelajaran yang akan dilaksanakan, serta kegiatan pembelajaran yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan. Kurikulum memberikan pedoman kepada guru untuk menyusun dan melaksanakan program pembelajaran. Gambaran tentang  tinggi mutu output juga dapat diperkirakan dari kurikulum yang dilaksanakan.
Munculnya pendidikan Islam bersamaan dengan lahirnya Islam itu sendiri. Pendidikan pada awalnya dilakukan dari rumah ke rumah, di masjid-masjid dan sebagainya. Ini dilakukan dengan peralatan yang sederhana sekali. Kurikulum pendidikan Islam merupakan suatu sistem pendidikan zama dahulu yang berbeda dengan sistem pendidikan Islam yang ada pada saat ini. Kalau ditinjau dari aspek tujuan, guru, murid, kurikulum, metode, fasilitas, dan sarana prasarana, jelas terlihat perbedaannya. Sudah banyak terjadi perkembangan-perkembangan dalam dunia pendidikan Islam pada zaman sekarang dibandingkan dengan kurikulum pendidikan Islam zaman dulu.
Istilah pendidikan Islam adalah suatu proses kegiatan belajar mengajar yang dilakukan individu, kelompok tertentu atau pemerintah/lembaga pemerintah, formal atau non-formal dalam periode tertentu pada masa pertumbuhan dan perkembangan Islam.
Begitu juga dengan kurikulum merupakan syarat mutlak bagi pendidikan di sekolah, hal ini berarti bahwa kurikulum merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pendidikan atau pembelajaran. Dan dalam makalah ini penulis akan membahas tentang kurikulum pendidikan Islam Khusus di pulau Jawa.

B.     Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang singkat di atas, maka penulis hanya merumuskan satu rumusan masalah yang akan dibahas dalam penulisan makalah ini yaitu:
1.   Bagaimana Kurikulum Pendidikan Islam Di Jawa Tengah?

C.    Adapun tujun dari penulisan makalah ini adalah:
1.      Untuk Mengetahui Kurikulum Pendidikan Islam Di Jawa Tengah.

D.    Metode penulisan Makalah ini
Jenis penelitian dalam penulisan makalah ini merupakan penelitian kepustakaan (Library Reseach) dengan metode kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan datanya menggunakan buku, manuskrip, internet yang otoritatif maupun sumber-sumber lain yang berada di perpustakaan. Sumber primernya adalah buku Prof. Dr. H. Mahmud Yunus yang berjudul” Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia” yang diterbitkan oleh PT. Hidakarya Agung- Jakarta tahun 1996. Sedangkan Sumber data skunder dalam penulisan makalah ini adalah data yang tidak berkaitan langsung dengan masalah penelitian dan didapatkan dari sumber lain, serta tidak di jadikan bahan utama dalam analisis penulisan makalah yaitu buku, manuskrip dan data-data lain yang relevan dengan bahasan dalam makalah ini.

E.     Manfaat Penulisan
Manfaat yang dapat penulis ambil dari penulisan makalah sederhana ini adalah semakin benambah khazanah keislaman penulis tentang Peradaban dan pembaharuan pendidikan Islam di seluruh dunia wabil khusus di Indonesia, sehingga sebagai sorang pendidik penulis bisa mengaplikasikannya di dalam dunia pendidikan yang di mulai dari keluaraga sendiri, lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat.


BAB II
LANDASAN TEORI
A.    Pengertian Kurikulum
Menurut Prof. Abuddin Nata kurikulum berasal dari bahasa yunani dari kata ’curir’ artinya pelari. Kata ’curere’ artinya tempat berpacu. Curriculum diartikan jarak yang ditempuh oleh seorang pelari. Ketika itu diartikan Sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh oleh siswa/murid/peserta didik untuk mendapatkan ijazah. Pada masa klasik pakar pendidikan Islam menggunakan kata ’al-maddah’ untuk pengertian kurikulum , karena pada masa itu kurikulum lebih identik dengan serangkaian mata pelajaran yang harus diberikan pada murid dalam tingkat tertentu.[1]
Sedangkan menurut Prof. Hasan Langgulung mengatakan bahwa “Kurikulum adalah sejumlah pengalaman pendidikan, kebudayaan, sosial, olahraga, dan kesenian yang disediakan oleh sekolah bagi murid-murid di dalam dan di luar sekolah dengan maksud menolongnya untuk berkembang menyeluruh dalam segala segi dan merubah tingkah laku mereka sesuai dengan tujuan-tujuan pendidikan”.[2]
Dari definisi di atas dapat kita simpulkan bahwa kurikulum itu mempunyai empat unsur atau aspek utama, yaitu:
1.      Tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh pendidikan itu. Dengan lebih tegas lagi orang yang bagaimana ingin kita bentuk melalui kurikulum itu?
2.      Pengetahuan (knowledge), informasi-informasi, data-data, aktivitas-aktivitas dan pengalaman-pengalaman dari mana terbentuk kurikulum itu. Bahagian inilah yang biasa disebut mata pelajaran. Bahagian ini pulalah yang dimasukkan dalam silabus.
3.      Metode dan cara-cara mengajar yang dipakai oleh guru-guru untuk mengajar dan mendorong murid-murid balajar dan membawa mereka ke arah yang dikehendaki oleh kurikulum.
4.      Metode dan cara penilaian yang dipergunakan dalam mengukur dan menilai kurikulum dan hasil proses pendidikan yang direncanakan dalam kurikulum seperti ujian triwulan, ujian akhir dan lain-lain.
Dalam penjelasan yang lain kurikulum menurut Prof. Dr. Ahmad Tafsir dapat diartikan menjadi dua macam:[3]
1.      Sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau dipelajari di sekolah atau diperguruan tinggi untuk memperoleh ijazah tertentu
2.      Sejumlah mata pelajaran yang ditawarkan oleh suatu lembaga pendidikan atau jurusan.
Dari definisi kurikulum yang dijelaskan oleh tiga Prof. di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran atau mata kuliah yang harus ditempuh oleh siswa atau mahasiswa dalam jangka waktu yang sudah ditentukan atau targetkan  untuk bisa mendapatkan ijazah secara sah.

B.     Pendidikan Islam
Dalam penjelasannya Prof. Dr. Abuddin Nata mengatakan bahwa dalam bahasa Indonesia, kata pendidikan berasal dari kata didik yang mendapat awalan pen dan akhiran an. Kata tersebut sebagaimana dijelaskan dalam Kamus Umum Besar Indonesia adalah perbuatan, (hal,cara, dan sebagainya) mendidik. Pengertian ini memberi kesan bahwa kata pendidikan, dalam bahasa Indonesia terdapat pula kata pengajaran. Kata ini sebagaimana dijelaskan Poerwadarminta adalah cara (perbuataan dan sebagainya) mengajar atau mengajarkan. Kata lain yang serumpun dengan kata tersebut adalah mengajar yang berarti memberi pengetahuan atau pelajaran.[4]
Sedangkan dalam penjelasan Prof. Dr. H. Azyumardi Azra mengatakan istilah pendidikan kerap diartikan secara longgar dan dapat mencakup berbagai persoalan yang luas. Namun demikian, pendidikan sebenarnya dapat ditinjau dari dua segi. Pertama dari sudut pandang masyarakat, dan kedua dari segi pandang individu. Dari segi pandangan masyarakat, pendidikan berarti pewaris kebudayaan dari generasi tua kepada generasi muda, agar hidup masyarakat tetap berkelanjutan. Dari segi individu pendidikan berarti pengembangan potensi-petensi yang terdalam. Pandangan lainnya adalah pendidikan yang ditinjau dari segi masyarakat dan dari segi individu sekaligus.[5]
Dalam penjelasan yang lain tentang pengertian pendidikan Sama’un Bakry mengatakan bahwa istilah pendidikan dalam bahasa Inggris “education” yang berbahasa latin “educer” yang berarti memasukkan sesuatu istilah ini kemudian dipakai untuk pendidikan dengan maksud bahwa pendidikan dapat diterjemahkan sebagai usaha memasukkan ilmu pengetahuan dari orang yang dianggap memilikinya kepada mereka yang dianggap belum memilikinya.[6]
Jadi Pendidikan dapat diartikan sebagai bimbingan secara sadar yang dilakukan oleh pendidik secara terus menerus terterhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.
Mengutip dari bukunya Prof. Ramayulis dalam bukunya yang berjudul Fisafat Pendidikan Islam; Analisis Filosofis Sistem Pendidikan Islam mengatakan bahwa secara terminologi para ahli telah menformulasikan pengertian pendidikan Islam, diantaranya adalah:[7]
a)   Ali Khalil Al-Ainaini, menyatakan sebagai berikut:
Pendidikan Islam berusaha menjadikan peserta didik menjadi hamba Allah yang shaleh, Menjadi Muslim dan Mukmin, yang hanya mengharapkan wajah Allah, berpikir samapai tingkat ma’rifat Allah, memegang teguh sunnah, tidak memperturutkan hawa nafsu, tidak mau bertaqlid, memiliki pribadi yang seimbang, berpegang teguh dengan nama Allah, sehat jasmani, berakhlak mulia, berjiwa seni, dan berjiwa sosial.
b)   Mohammad Natsir, mendefinisikan:
Pendidikan Islam dengan suatu pimpinan jasmani dan rohani yang menuju kepada kesempurnaan dan kelengkapan sifat-sifat kemanusiaan dalam arti yang sesungguhnya. Ini menujukkan bahwa, melalui pendidikan Islam akan terbentuk manusia yang di dalam kehidupannya memiliki pedoman dan panduan agar tidak tersesat. Dengan itu, kehidupan akan selalu menampakkan wujud dari kemanusiaan yang sempurna.
Menurut Dr. H. Akhmad Alim mengatakan bahwa berdasarkan tinjauan kebahasaan bahwa yang dimaksud dengan pendidikan Islam adalah pendidikan yang sebenar-benarnya (al-haq) adalah Allah Rabbul ‘alamin. Dia hanya tidak mengatur, tetapi juga membimbing dan memelihara alam semesta temasuk manusia. Paradigma ini merupakan esensi ajaran Islam yakni Tauhid Rububiyah. Konsekuensinya manusia sebagai abid  seharusnya menghambakan diri hanya kepada-Nya (tauhid Uluhiyah), serta mengagungkan nama dan sifat-sifat-Nya (tauhid asma wa sifat).[8]
Prof. Dr. Haidar Putra Daulay menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan pendidikan Islam adalah usaha yang dilakukan untuk mengembangkan seluruh potensi manusia baik lahir mupun batin agar terbentuknya pribadi Muslim seutuhnya.[9]
Mengutip dari buku Prof. Dr. Muzayyin Arifin yang berjudul  Filsafat Pendidikan Islam mengatakan bahwa hasil rumusan Seminar Pendidikan Islam se-Indonesia tahun 1960, memberikan pengertian Pendidikan Islam: “Sebagai bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh, dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam.[10]
Jadi pendidikan Islam adalah usaha yang dilakukan secara sadar untuk mengembangkan seluruh potensi manusia baik lahir mupun batin (kognitif, afektif, dan psikomotorik) secara kontiniu/berkesinambungan sepanjang hayat (life long education) agar terbentuknya pribadi muslim seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan ajaran agama Islam yaitu al-Qur’an dan al-Hadits untuk memperoleh kebahagian hidup di dunia dan akhirat.



BAB III
PEMBAHASAN

A.    Kurikulum Pendidikan Islam Di Jawa Tengah
1.      Pesantren/Madrasah di Kudus (Jawa Tengah)
Di kota kudus  ada beratus-ratus pesantren/madrasah-madrasah. Di ataranya yang tertua dan terkenal, ialah :[11]
1.   ‘Aliyatus-Saniyah Mu’awanatul Muslimin (Kenepan tahun 1915 M.). Madrasah ini didirikan oleh perkumpulan Serikat Islam (S.I.) pada tanggal 7 Juli 1915. Madrasah ini merupakan tingkatan Ibtidaiyah (rendah). Lama pelajarannya 8 tahun, terdiri dari kelas nol, kelas IA kelas IB, kemudian baru kelas II s/d kelas VI. Murid-murid yang diterima ialah anak-anak yang berumur 6 atau 7 tahun. Mata pelajarannya terdiri dari pelajaran Agama dan penegtahuan umum. Jumlah murid-murid (tahun 1957) 162 orang dan guru-gurunya 8 orang.
2.   Madasah Kudsiyah. Madrasah ini didirikan oleh KH.R. Asnawi pada tahun 1318 H. Madrasah Kudsiyah mempunyai dua bagian: bagian Ibtidaiyah dan bagian Tsanawiyah. Dahulu madrasah ini memberikan pelajaran Agama 75% dan pengetahuan umum 25%. Sekarang diadakan keseimbangan yaitu: Agama 50% dan pengtahuan umum 50% pula. Pada masa pendudukan Jepang madrasah ini terpaksa ditutup dan baru dibuka kembali pada tahun 1950 M. Jumlah murid-murid (tahun 1957) 500 orang dan guru-gurunya 12 orang.
3.   Madrasah Tasywiqut Tullab Balai Tengahan School (tahun 1928 M). Madrasah ini didirikan oleh KH. A. Khaliq pada tanggal 21 November 1928. Terdiri dari tingkat Ibtidaiyah dan Tsanawiyah. Mula-mula madrasah ini mengajarkan melulu ilmu-ilmu Agama/bahasa Arab saja. Baru sejak tahun 1935 memberikan pelajaran ilmu umum. Pada tingkat Ibtidaiyah diberikan ilmu umum yang biasa diajarkan pada S.R. Negeri dan pada tingkat Tsanawiyah ilmu umum yang diajarkan pada S.M.P. Negeri. Jumlah murid-murid (tahun 1957) ada 438 orang dan guru-gurunya 12 orang.
4.   Madrasah Ma’ahidud Diniah Al-Islamiah Al-Jawiyah (tahun 1938 M.); Madrasah ini didirikan kira-kira tahun 1938 M dan merupakan madrasah yang terbesar di kota Kudus, karena ia mempunyai murid-murid (tahun 1945 M) kurang lebih 650 orang. Madrsah ini mempunyai kelas-kelas sebagai berikut : Kelas nol I, kelas nol II, kelas nol II, kelas I s/d kelas VI (Jumlahnya 9 kelas).
            Di madrsah tersebut hanya diajarkan ilmu-ilmu Agama dan bahasa Arab saja dan tiada diajarkan pengetahuan umum. Inilah satu-satunya madrasah yang tidak mau mendaftarkan diri pada pemerintah serta tiada mendapat sokongan dari Kementerian Agama. Bahkan di  madrsah-madrasah ini tidak dipungut uang sekolah sama sekali dang guru-gurunya sebanyak 20 orang tiada menerima gaji, karena mereka mengajar semata-mata karena Allah. Meskipun begitu madrasah ini hidup dengan subur.
2.      H. Umar Said Cokroaminoto (1883-1934 M).[12]
            Cokrominoto dilahirkan pada tanggal tahun 1883 M di sebuah desa : Bakur daerah Madiun. Setelah menamatkan sekolah rendah ia dapat memasuki sekolah Osvia, yaitu sekolah yang mendidik pelajar-pelajar untuk menjadi pegawai bumiputera. Pada tahun 1920 ia telah tamat dari sekolah itu, lalu diangkat menjadi juru tulis. Tiga tahun lamanya ia menjadi juru tulis, kemudian ditinggalkannya pekerjaan itu.
            Pada tahun 1907-1910 ia bekerja pada salah satu firma di Surabaya, serta meneruskan sekolahnya. Di waktu belajar itu ia mulai mengarang dalam surat kabar dan menjadi pembantu pada surat kabar: Bintang Surabaya.
            Dalam tahun 1911-1912 setelah menamatkan sekolah tadi ia bekerja dalam salah satu pabrik gula dekat kota Surabaya. Pada tahun 1912 Cokroaminoto diserahi untuk melebarkan perkumpulan: Serikat Dagang Islam (S.D.I.) dengan  rencana batu yang lebih luas serta menukar namanya menjadi: Serikat Islam (S.I.). dengan demikian Cokroaminoto mencoba bekerja dengan segiat-giatnya untuk memajukan S.I. Akhirnya S.I. mendapat kemajuan yang gilang gemilang, sehingga mempunyai anggota yang banyak tersebar seluruh Indonesia.
            Pada bulan September 1912 Cokroaminoto serta kawan-kawannya memintakan rechtpersoon, supaya S.I. jangan dianggap berbahya. Dengan berusaha payah mengerjakannya, akhirnya diperoleh juga rechtpersoon itu.
            Meskipun begitu S.I. tidak luput dari tuduhan dan fitnahan. Pada tanggal 26 Januari 1913 S.I. mengadakan kongres yang pertama di Surabaya yang dikunjungi oleh puluhan ribu rakyat putera-puteri. Dalam kongres itu Cokroaminoto menghidupkan semangat rakyat Indonesia dan S.I. adalah sebagai pembimbing dan pembawa semangat baru bagi pergerakan rakyat. Sebab itu S.I. lebih maju dalam, perjuangannya, karena lebih mengutamakan rakyat jelata yang jelas yang sering terganggu.
            Kalau mual-mula perkumpulan itu banyak berwujud perdagangan semata-mata, maka S.I. sekarang dan usaha Cokroaminoto telah menjadi satu partai politik yang besar dan berpengaruh sampai sekarang.
Usaha dan jasa Cokroaminoto yang besar-besar:
1.      Mengangkat kaum kromo yang hina-dina menjadi manusia sejati, lagi terhormat. Dahulu pelajar-pelajar sekolah dokter Jawa, apalagi rakyat kebanyakan, tidak boleh memakai sepatu dan topi, bahkan tidak boleh memakai stelan (baju jas dan pentalon seperti orang Belanda). Dengan usahanya Cokroaminoto hal itu dapat berobah.
2.      Mengajarkan dan memajuka rakyat dalam soal politik. Bahkan Cokroaminoto adalah bapak politik yang pertama di Indonesia.
3.      Dahulu dari itu rakyat dilarang dan tidak boleh membicarakan politik. Dengan usahanya Cokroaminoto dalam beberapa tahun saja kemudian rakyat telah boleh campur tangan dalam soal politik, yaitu dengan terbentuknya Volksraad yang diharapkan akan menjadi tangga parlemen bagi Indonesia.
4.      Mengusahakan persatuan seluruh ummat Islam di Indonesia. Untuk itu berkali-kali ia menggerakkan kongres Al-Islam di negeri kita. Pada tahun 1922 diadakan kongres Al-Islam Hindia dan pada yahun 1926 diadakan pula kongres Al-Islam V di Bandung. Kongres yang akhir ini memutuskan akan mengirimkan dua orang utusan ke kongres (muktamar) Alam Islami di Mekah. Utusan yang terpilih ialah Cokroaminoto dan KH. M. Mansur. Dengan demikian dapatlah mengadakan perhubungan umat Islam Indonesia dengan umat Islam sedunia.
5.      Pada ketika itu Cokroaminoto naik haji menunaikan rukun Islam yang kelima.
Sekembali Cokroaminoto ke tanah air, lalu diadakan kelai lagi kongres Al-Islam di Surabaya. Sejak itu komite: Khilafat yang telah mngutusnya ke Mekah ditukar dengan nama : Muktamar Alam Islami Hindis Syarqiyah (M.A.I.H.S.) sebagai cabang dari Muktamar Islami di Mekah itu.
6.      Membela dan mempertahankan kesucian agama Islam dari penghinaan dan cacian-cacian yang dilemparkan kepada Islam dan diri Nabi Muhammad saw. Pada masa itu bukan sedikit penghinaan dan cacian-cacian terhadap Islam, lalu Cokroaminoto menggerakkan umat Islam, supaya bangun dan berdiri mempertahankan kesucian agamanya, sehingga usaha itu berhasil gilang gemilang dan pemimpin majalah yang mencaci-caci Islam itu meminta maaf, sebenar-benarnya di hadapan khlayak ramai di Surabaya.
7.      Menerbitkan surat kabar: Utusan Hindia. Dalam surat kabar itu, bukan saja Cokroaminoto mengeluarkan keluh kesah rakyat, tetapi juga menghantam surat kabar putih yang selalu memandang hina terhadap bangsa Indonesia.
8.      Mengarangkan buku yang bernama: Islam dan Sosialisme. Dalam buku itu Cokroaminoto menerangkan duduk perkara sosialisme ala Islam yang sebenar-benarnya menurut teori dan praktek. Di samping orang mempropaganda sosialisme ala Karl Marx, maka Cokroaminoto giat pula memproganda sosialisme ala Islam. Sosialisme ala Islam. Sosialisme Islam lebih sempurna dari segala  sosialisme macam teori di dunia ini. Demikian Cokroaminoto aminoto.
9.      Pada tahun 1927 Cokroaminoto bersama dengan H.A. Salim menerbitkan: harian: Fajar Asia. Kemudian ia menerbitkan majalah Al-Jihad, majalah resmi dari Al-Islam untuk menolak serangan-serangan dan cacian-cacian terhadap kesucian agama Islam dan juga sebagai terompet untuk membangunkan umat Islam. Dengan demikianlah secara ringkas usaha da jasa-jasa Cokroaminoto yang tak dapat dilupakan oleh bangsa Indonesia selama-lamanya.
            Meskipun Cokroaminoto mengusahakan persatuan ummat Islam Indonesia, tetapi cita-citanya yang besar itu tidak berhasil adanya, sehingga terjadilah perpecahan dalam S.I. sendiri. Kemudian  S.I. Ditukar namanya menjadi:  Partai Serikat Islam Indonesia (P.S.I.I.). Akhirnya P.S.I.I. menjadi partai kecil, setelah menjadi partai yag terbesar seluruh Indonesia..
Meninggal dunia pada tanggal 10 Ramadhan 1335 H.(17 Desember 1934) Coroaminoto berpulang ke rakhmatullah di Yogyakarta dalam usia 51 tahun.
3.      Universitas Cokroaminoto Surakarta. (Tahun 1955).[13]
            Namanya yang mula-mula ialah: “Perguruan Tinggi Islam Cokroaminoto” didirikan pada bulan Oktober 1955 di Surakarta oleh satu Panitia yang diketuai oleh Dr. Moejono Soesro wiryono. Perguruan tinggi tersebut hanya mempunyai satu Fakultas Hukum Islam/Ilmu Kemasyarakatan.
            Kemudian diubah namanya dengan: Universitas Cokroaminoto Surakarta dan Fakultasnya ditambah menjadi 5 Fakultas:
1.      Fakultas Hukum Islam.
2.      Fakultas Hukum Umum.
3.      Fakultas Pengetahuan Kemasyarakatan.
4.      Fakultas Ekonomi.
5.      Fakultas Pendidikan.
Tokoh-tokoh utama dalam pendirian Universitas itu terdiri dari:


1.      KH.A. Zabidi..
2.      Prof.Dr. Ahmad Syalabi.
3.      Dr. Moejono Soesrowiryono.
4.      Ustaz Abd. Mum’im Al-Buhmi.
5.      Ruhani.
6.      Dr. Kaharuddin Yunus.
7.      Ustaz Abu Bakar Syihab.
8.      K.A. Ibnu Hajar.
9.      R.W. Soeprapto.
10.  K. Mukhtar.
11.  KH. Imam Rasyidi.


            Jumlah mahasiswa pada tahun pertama sembilan puluh enam (96) orang. Pada tanggal 11 Januari 1957 dipilih H. Harsono Cokroaminoto menjadi Presiden Universitas Cokroaminoto Surakarta dan Muh. Saleh menjadi Presiden Dewan Kurakator. Jumlah Dosen-dosen pada than kedua ada kurang lebih dua puluh tiga (23) orang.
Jumlah mahasiswa pada tahun 1957 sebagai berikut:
1.      Fakultas Hukum Islam                                                      76   orang.
2.      Fakultas Hukum Umum                                                    114 orang.
3.      Fakultas Pengetahuan Kemasyarakatan                            32   orang.
4.      Fakultas Pendidikan                                                         59   orang.
5.      Fakultas Eonomi                                                               89   oarng.
Jumlah                                                                               370 orang
Buku-buku yang dipakai untuk Fakultas Agama Islam.


1.      Fiqih
2.      Kifayatul Akhyar.
3.      Rahmatul Ummah.
4.      Minhajut Thalibin.
5.      Usul Fiqih.
6.      Waraqat.
7.      Luma’.
8.      Qawa’idul Fiqhiya


4.      Universitas Cokroaminoto
      Rencana Kuliah Fakultas Agama Islam
1. Tafsir al-Quran
            1) Ibnu Katsir.
            2) Baidlawi.
            3) As Shawi.
2. Ilmu Tafsir
            1) Pengantar Tafsir Moh. Hasbi.
            2)  Ilmu Tafsir Jalal Suyuti.
3. Hadits
            1) Shahih Bukhari.
            2) Shahih Muslim.
4. Ilmu Hadits
            1) Nuhbatul fikri ibnu Hadjar al Asqani.
            2)  Pengantar Ilmu Hadits.
5. Bahasa Arab
            1) Ta’limul Lughah Prof. Dr. A. Shalabi juz II, III, IV.
            2)  Qawaidul Lughah Prof. Dr. A. Shalabi juz I, II.
            3)  Balaghatul Wadlihah.
6. Sejarah Islam
            1) Tarikh Agama Islam H.O.S. Cokroaminoto.
            2) Hijatu Muhammad, Husain Haikal.
            3) Itmamul Wafa’.
            4) Tarikhul Islami muhyiddin Al-khayat juz III, IV, V.
7. Perbandingan Agama
            1) Prof. Dr. A. Shalabi.
            2)  Alkitab cetakan tahun 1958.
8. Soaiologie
            1) Prof. Dr. P.J. Bouman.
            2) Mr. J. Bieren de Haan.
            3) Mr. Sunaryo Kolopaking.
9. Ilmu Mendidik dan Mengajar
            1)  A. Grow and Grow: Education Psychology.
                                    2)  Pendidikan dan Pengajaran K.P.P.K.
        3)  Pengantar Paedagogik Soegardo Poerbokawaca.
            4) Didaktik umum De Queljee Gazali.
10. Bahasa Inggris Living English Structure.
11. Anthropologie
            1) Fisher Pengantar Anthropologie Kebudayaan.
        2) Meninjau hukum Aat Indonesia General Anthropologis
12.Tarikh Tasyri’
                   1) Muhyid Dien.
                   2) Khudlary.
13. Filsafat
                    1) Mathali’ul Anwar lil Baidlawi.
                    2) Tahafut Falasifah lil Ghazali.
14. Sejarah Kebudayaan Islam.
                    1) Prof. Dr. A. Shalaby.
15. Asas dan susunan Hukum Adat Ter Haar.
16. Tarikh Qadla’
                    1) Muzakiraat.
17. Hukum Pidana
18. Hukum Perdata
19. Mantieq
                    1) Sullamul Mantieq.
            Selain daripada itu Universitas Cokroaminoto banyak lagi pondok pesantren/madrasah di Surakarta (Solo), seperti:
1.      Pondok Pesantren Jamsaren Solo, didirika oleh KH. Muhammad Idris.
2.      Madrasah Salafiah Solo.
3.      Madrasah Al-Islam Solo, didirikan oleh Imam Gazali.
4.      Perguruan Tinggi Islam Fakultas Qadla N.U. dan lain-lain.
5.      KH. Ahmad Dahlan (1868-1923 M).[14]
KH. Ahmad Dahlan dilahirkan pada tahun 1868 M sebagai anak salah seseorang dari 12 khatib masjid Agung Yogyakarta. Sumber lain menyebutkan bahwa Ahmad Dahlan dilahirkan di Yogyakarta pada tahun 1869 M dengan nama Muhmmad Darwis, anak dari seorang Kiyai Haji Abubakar bin Kiyai Sulaiman, khatib di masjid Sulthan di kota itu. Ibunya adalah anak Haji Ibrahim, penghulu. Setelah ia menyelesaikan pendidikan dasarnya dalam nahwu, fiqh, dan tafsir di Yogya dan sekitarnya, ia pergi ke Mekkah tahun 1890 M di mana ia belajar selama setahun. Salah seorang gurunya adalah Syaikh Ahmad Khatib. Sekitar tahun 1903 ia mengunjungi kembali tanah suci di mana ia di sana selama dua tahun lamanya.
Pada usia yang masih muda, ia mebuat heboh dengan membuat tanda shaf dalam Masjid agung dengan memakai kapur. Tanda shaf itu bertujuan untuk memberi arah kiblat yang benar dalam masjid. Menurut dia letak masjid yang tepat menghadap barat keliru, sebab letak kota Mekkah berada di sebelah barat agak ke utara dari Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian yang sederhana Ahmad Dahlan berkesimpulan bahwa kiblat di masjid agung itu kurang benar, dan oleh karena itu harus dibetulkan. Penghulu kepala yang bertugas menjaga masjid Agung dengan cepat menyuruh orang membersihkan lantai masjid dan tanda shaf yang ditulis dengan benar.
Ahmad Dahlan kemudian mendirikan langgar pribadi yang dibangun tepat menghadap kiblat. Akan tetapi langgar tersebut terbakar. Kemudian ia mendirikan lagi langgar yang persis menghadap ke barat dan lantainya diberi tanda shaf yang tepat menghadap ke arah Mekah. Sesudah peristiwa ini, atas biaya Sulthan Hamengkubowono VII, Ahmad Dahlan dikirim ke Mekkah untuk mempelajari masalah kiblat tersebut secara mendalam. Sekembalinya dari Mekkah Ahmad Dahlan diangkat sebagai khatib menggantikan ayahnya, dan mendapat gela “Mas”. Dengan demikian, dia sudah masuk kelompok kaum bangsawan atau ningrat, meskipun pada strata yang rendah.
Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, Ahmad Dahlan berdagang kain. Oleh karena itu, dia sering bepergian dan  mengadakan hubungan dagang dengan pedagang lain, termasuk dengan sejumlah pedagang Arab. Selain berdagang, pada hari-hari tertentu ia memberikan pengajian kepada beberapa kelompok orang, terutama pada sekolompok murid pendidikan guru pribumi di Yogyakata. Dia juga pernah mencoba mendirikan madrasah dengan menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar dalam lingkungan kraton Yogyakarta. Di sekolah ini pelajaran umum diberikan oleh beberapa guru pribumi berdasarkan sistem pendidikan gubernemen. Sekolah ini dapat dikatakan sebagai sekolah Islam swasta pertama yang memenuhi persyaratan untuk mendapatkan subsidi pemerintah dan kemudian mendapat subsidi tersebut.
Ahmad Dahlan adalah seorang yang lebih bersifat pragmatikus yang sering menekankan semboyan kepada murid-muridnya, sedikit bicara, banyak bekerja. Dia juga adalah seorang murid lama Syafi’iyah, Syaikh Ahmad Khatib ulama terkenal di Mekkah. Ahmad Dahlan banyak membaca buku-buku dan majalah-majalah agama dan umum, banyak bergaul dengan berbagai kalangan, selama perjalannya, terutama dengan orang-orang Arab, sehingga ide-idenya, bertambah dan berkembang terus menerus.
Selain Ahmad Dahlan juga menolak taklid dan mulai sekitar tahun 1910 sikap penolakan terhadap taklid itu semakin jelas. Akan tetapi dia tidak menyalurkan ide-idenya secara tertulis. Ide-idenya disalurkan lewat karya hidupnya yang terbesar, yaitu Persyarikatan Muhammadiyah.
Dalam hubungan sosial, Ahmad Dahlan sangat terbuka untuk menerima masukan dari luar dan tidak berbuat sepihak. Dia pernah mengunjung observaterium untuk menanyakan cara menetapkan kiblat dan permulaan serta akhir Ramadhan. “Selain sejak tahun 1908 dia menjadi anggota Budi Utomo cabang Yogyakarta dan menjadi salah seorang pemimpinnya. Sebagian besar anggota organisasi kebudayaan Jawa ini terdiri dari kelompok priyayi dan hampir tidak ada ulama yang masuk sebagai anggotanya. Para penulis biografi Ahmad Dahlan selanjutnya menyebutkan bahwa beberapa kali dia melakukan hubungan dengan pendeta Protestan dan Pastur Khatolik. “Dia juga termasuk salah seorang pribumi asli yang menjadi anggota Jami’at Khair.
Pada tanggal 18 November 1912 Ahmad Dahlan mendirikan organisasi Muhammadiyah bersama dengan teman-temannya. Tujuan Muhammadiyah terutama untuk mendalami agama Islam di luar anggota inti pada mulanya kegiatan terpenting organisasi ini adalah tabligh, yaitu sebagai suatu rapat dimana diberikan satu atau beberapa pidato untuk menjelaskan agama. Tabligh ini diselenggarakan secara teratur sekali seminggu atau secara berkala oleh para muballigh yang berkeliling. Pada permulaan abad ke-20 di Indonesia, khutbah Jum’at pada umumnya masih disampaikan dengan bahasa Arab. Dengan begitu, orang beranggapan bahwa khutbah tersebut lebih bersifat ibadah daripada pengajaran. Sedangkan ibadah tambahan lainnya terutama hanya terdiri dari shalawat Nabi, atau membaca ayat suci al-Qur’an yang disebut dengan tadarusan di setiap malam bulan puasa. Dengan demikian tabligh merupakan unsur baru dalam dalam permulaan abad ini, yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan untk memenuhi kebutuhan oarang yang mengharapkan penegtahuan ilmu agama yang lebih banyak.
a.      Pandangan Ahmad Dahlan dalam Pendidikan.[15]
Pandangan Ahmad Dahlan dalam bidang pendidkan dapat dilihat pada kegiatan yang dilaksanakan oleh Muhammadiyah. Dalam bidang pendidikan, Muhammadiyah melanjutkan model sekolah yang digabungkan dengan sistem pendidikan gubernemen. Di samping sekolah desa di kampungnya sendiri, Ahmad Dahlan juga membuka sekolah yang sama di kampung Yogya yang lain. “Hubungan Ahmad Dahlan juga membuka sekolah pendidikan guru di lanjutkan terus. Untuk beberapa waktu ia masih mengajar agama di sana, walaupun hanya diizinkan di luar jam sekolah. Sedangkan beberapa anggota Muhammadiyah lainnya, setelah menunggu dalam waktu yang cukup lama, mendapatkan izin mengajar kepada sekolah calon pegawai di Magelang.
Di samping mendirikan sekolah yang mengikuti model gubernemen, Muhammadiyah dalam waktu singkat juga mendirikan sekolah yang lebih besifat agama. Sekolah ini seperti madrasah diniyah di Minangkabau dimaksudkan untuk mengganti dan memperbaiki pengajian al-Qur’an yang tradisional. Untuk pengajian kitab, Muhammadiyah juga segera mencari penggantinya sesuai dengan tuntutan jaman modern, usaha tersebut dapat dianggap sebagai realisasi dari rencana sarekat Islam yang semenjak tahun 1912 berusaha mendirikan sekolah pendidikan gubernemen.
Pada tanggal 18 Desember 1921, Muhammadiyah sudah dapat mendirikan Pondok Muhammadiyah sebagai sekolah pendidikan guru agama. Dalam sekolah tersebut, pelajaran umum diberikan oleh dua orang guru dari sekolah pendidikan guru (kweekschool), sedangkan Ahmad Dahlan sendiri dan beberapa orang guru lainnya memberikan pelajaran agama yang lebih mendalam. Melihat kegiatan-kegiatan ini, nampak jelas Muhammadiyah mengikuti pola yang sama dengan kegiatan yang dilakukan Abdullah Ahmad di Padang. Persamaan tersebut terlihat dalam hal-hal berikut. Petama adalah kegiatan tabligh, yaitu pengajaran agama kepada kelompok oarang dewasa dalam satu kursus yang teratur. Kedua, mendirikan sekolah swasta menurut model pendidikan gubernemen dengan ditambah beberapa jam pelajaran agama per minggu. Ketiga, untuk membentuk kader organisasi dan guru-guru agama, didirikan pondok Muhamadiyah seperti Normal Islam di Padang pada tahun 1931.
Muhammadiyah berhasil melanjutkan model pembaharuan pendidikan disebabkan oleh adanya kenyataan bahwa ia menghadapi lingkungan sosial yang terbatas pada pegawai, guru maupun pedagang di kota. Kelompok menengah di kota dalam banyak hal merupakan latar belakang sosial yang dominan dalam Muhammadiyah  hingga sekarang ini. Kelompok ini menguasai perusahaan percetakan yang secara ekonomis penting dalam masyarakat. Kelompok ini juga mementingkan pendidikan model pendidikan Barat yang ditambah dengan pendidikan agama mendapatkan hasil yang baik dalam kalangan ini.
b.      Di antara sekolah-sekolah Muhammadiyah yang tertua dan besar jasanya, ialah:
1.      Kweekschool Muhammadiyah, di Yogyakarta.
2.      Mu’allim Muhammadiyah, di Solo dan Jakarta.
3.      Mu’allaim Muhammadiyah, di Yogyakarta.
4.      Zu’ama/ Za’imat, di Yogyakarta.
5.      Kulliyah Muballighin/Muballighat, di Padang Panjang, Sumatera Tengah.
6.      Tablighschool, di Yogyakarta
7.      HIK Muhammadiyah, di Yogyakarta.
Banyak lagi HIS Muhammadiyah, Mulo, AMS Muhammadiyah, Madrasah Ibtidaiyah dan Tsanawiyah/ Wustha Muhammadiyah dan lain-lain. Semuanya itu didirikan pada masa penajajahan Belanda dan pendudukan Jepang, dan tersebar pada tiap-tiap cabang Muhammadiyah seluruh kepulauan Indonesia.
Pada masa Indonesia merdeka, Muhammadiyah mendirikan sekolah-sekolah, madrasah-madrasah berlipat ganda banyaknya daripada masa penjajahan Belanda dahulu. Menurut siaran Muhammadiyah edisi Oktober 1957 jumlah sekolah agama/ madrasah Muhammadiyah meliputi Madrasah Ibtidaiyah 412 buah; Madrasah Tsanawiyah 40 buah, Madrasah Diniyah (Alawiyah) 82 buah; Madrasah Mu’allimin 73 buah dan Madrasah Pendidikan Guru Agama 75 buah.
Selain sekolah agama, terdapat juga sekolah umum Muhammadiyah yang meliputi sekolah rakyat 445 buah, SMP 230 buah, SMA 30 buah, Sekolah Taman Kanak-kanak  66 buah, SGB 69 buah, Sekolah Menengah Ekonomi Atas 1 buah,Sekolah Guru Kepandaian Putri 1 buah, Sekolah Pendidikan Jasmani 1 buah, Sekolah Pendidikan Kemasyarakatan 1 buah, Sekolah Putri Aisyiyah 1 buah, Fakultas 1 Hukum dan Falsafat 1 buah, dan Perguruan Tinggi Pendidikan Guru 1 buah.
Dan uraian tersebut segera dapat diketahui ide-ide pendidikann yang dikemukakan Ahmad Dahlan sebagai berikut. Pertama, Ahmad Dahlan membawa pembaharuan dalam bidang pembentukan lembaga pendidkan Islam, yang semula sistem pesantrenn menjadi sistem sekolah. Kedua Ahmad Dahlan telah memasukkan pelajran umum kepada sekolah-sekolah agama atau madrasah. Ketiga, Ahmad Dahlan telah mengadakan perubahan dalam Metode Pengajaran yang lebih bervariasi. Keempat, Ahmad Dahlan telah mengajakan sikap hidup yang terbuka dan toleran. Kelima, Ahmad Dahlan dengan organisasi Muhammadiyah termasuk organisasi Islam yang paling pesat dalam menegmbangkan lembaga pendidikan yang lebih bervariasi. Ahmad Dahlan juga telah memperkenalkan manajemen yang modern ke dalam sistem penddikan. Cita-cita dan usaha Ahmad Dahlan ini makin berkembang pada saat ini, dan telah menunjukkan kemajuan yang amat pesat.
6.      Perkumpulan Muhammadiyah (Tahun1912 M).[16]
            Perkumpulan  Muhammadiyah didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan pada tanggal 8 Zulhijah 1330 H. atau 18 Nopember 1912 M berpusat di Yogyakarta. Maksud dan tujuannya ialah untuk menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam, sehingga dapat mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Usaha untuk mencapai maksud dan tujuan itu ialah dengan:
a.       Mengadakan da’wah Islam.
b.      Memajukan pendidika dan pengajaran.
c.       Menghidup-suburkan masyarakat tolong-menolong.
d.      Mendirikan dan memelihara tempat ibadah dan wakaf.
e.       Mendidik dan mengasuh anak-anak dan pemuda-pemuda supaya kelak menjadi orang Islam yang berarti.
f.       Berusaha ke arah perbaikan penghidupan dan kehidupan yang sesuai dengan ajaran Islam.
g.      Berusaha dengan segala kebijaksanaan, supaya kehendak dan peratuaran Islam berlaku dalan masyaakat.
            Menurut keterangan tersebut, nyatalah bahwa Muhammadiyah mementingkan pendidikan dan pengajaran yang berdasarkan Islam, baik pendidikan di sekolah/madrasah ataupun pendidikan dalam masyarakat. Oleh sebab itu tidak heran, bahwa Muhammadiyah sejak mulai berdirinya membangun sekolah-sekolah/madrasah-madrasah dan mengadakan tabligh-tabligh, bahkan juga menerbitkan buku-buku dan majalah-majalah yang berdasarkan Islam.
            Lain daripada itu banyak lagi H.I.S. Muhammadiyah, Mulo, A.M.S. Muhammadiyah, Madrasah Ibtidaiyah dan Tsanawiyah/Wustha Muhammadiyah  dan lain-lain. Semuanya itu didirikan pada masa penjajahan Belanda dan pendudukan Jepang dan tersebar pada tiap-tiap Cabang Muhammadiyah seluruh kepulauan Indonesia.
            Pada masa Indonesia Merdeka Muhammadiyah mendirikan sekolah sekolah/madrasah-madrasah berlipat-lipat ganda banyaknya dari masa penjajahan Belanda dulu. Menurut siaran Muhammadiyah (Edisi Oktober 1957) adalah jumlah sekolah Agama/Madrasah Muhammadiyah sebagai berikut:
1.      Madrasah Ibtidaiyah ………………………………….   412 buah.
2.      Madrasah Tsanawiyah…………………………………  40   buah.
3.      Madrasah Diniyah (Awaliyah)………………………..   82   buah.
4.      Madrasah Mu’allimin………………………………….. 73   buah.
5.      Madrasah Pendidikan Guru Agama……………………. 75   buah.
Jumlah………………………………………………….. 682 buah.
Lain daripada itu banyak sekolah-sekolah umum Muhammadiyah seperti di bawah ini:
1.      Sekolah rakyat………………………………………………….445  buah.
2.      S.M.P………………………………………………………….. 230  buah.
3.      S.M.A……………………………………................................. 30    buah.
4.      Sekolah Taman Kanak-kanak…………………………………. 66    buah.
5.      S.G.B……………………………………………………………69   buah.
6.      S.G.A……………………………………………………………16   buah.
7.      Sekolah Kepandaian Putri……………………………………… 9    buah.
8.      Sekolah Menengah Ekonomi Pertama…………………………. 3     buah.
9.      Sekolah Guru Taman Kanak-kanak……………………………. 2     buah.
10.  Sekoalah Menengah Ekonomi Atas……………………………  1    buah.
11.  Sekolah Guru Kepandaian Putri……………………………….. 1    buah.
12.  Sekolah Guru Pendidikan Jasmani………………………………1    buah.
13.  Sekolah Pendidikan Kemasyarakatan……………………………1   buah.
14.  Sekolah Putri ‘Aisyiyh………………………………………….. 1   buah.
15.  Fakultas Hukum dan Falsafat…………………………………… 1   buah.
16.  Peguruan Tinggi Pendidikan Guru…………………………….....1   buah.
Jumlah……………………………………………………………877buah.
Jumlah semua Madrasah-madrasah/ dan sekolah-sekolah Muhammadiyah sebagai berikut:
1.      Jumlah madrasah-madrasah……………...682  buah.
2.      Jumlah Sekolah-sekolah Umum…………877  buah.
Jumlah…………………………………..1559  buah.
7.   Madrasah Diniyah  Muhammadiyah (Menurut rencana 29 Juli 1955)
Tujuannya ialah memberi bekal kepada anak-anak, supaya mempunyai semangat menegmalkan segala tuntutan dan pengetahuab tentang Islam, setingkat lebih tinggi daripada yang diberikan di sekolah Rakyat, serta dititik beratkan kepada kecakapan membaca al-Qur’an.
Madrasah Diniyah terdiri dari lima kelas (dari kelas I-V). yang diterima menjadi murid, ialah anak-anak yang berumur antara tujuh (7) sampai sembilan (9) tahun dan telah duduk di kelas II S. R. atau lebih.
Mata pelajarannya terdiri dari:


1.         Al-Qur’an.
2.         Hijaiyah.
3.         Ibadah.
4.         Akhlak.
5.         Menulis Arab.
6.         Bahasa Arab (Arabiyah).
7.         ‘Amaliyah (praktek).


8.         Waktu belajar sore dari jam 3.30 -5, atau malam hari dari jam 6 -7.30.
No.
Mata Pelajaran
Kelas I
Kelas II
Kelas III
Kelas IV
Kelas V
Jumlah
1.
Hijaiyah
4
2
-
-
-
6
2.
Al-Qur’an
-
4
5
5
5
19
3.
Ibadah
5
4
4
3
3
19
4.
Akhlak
3
2
2
2
2
11
5.
Menulis Arab
-
-
1
1
1
3
6.
Arabiyah
-
-
-
1
1
2
7.
‘Amaliyah
6
6
6
6
6
30

Jumlah
18
18
18
18
18
90
Catatan: 1 Jam pelajaran=30 Menit
 8.  Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah (Yogyakarta).[17]
Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah adalah  madrasah yang terbesar dan tertua di Yoogyakarta.  Madrasah ini telah banyak berjasa mngeluarkan guru-guru yang tersebar seluruh Indonesia sejak mulai didirikan sampai masa sekarang. Apabilakah madrasah itu didirikan?
Tanggal berdirinya madrasah itu belum dapat ketegasan. Hal itu telah saya selidiki ke pusat madrasah itu sendiri. Saya tanyakan kepada tokoh-tokoh Muhammadiyah, baik yang muda ataupun yang tua. Tetapi tidak dapat penjawaban yang memuaskan. Hanya ada jawaban kira-kira pada tahun 1918.
Mula-mula madrasah itu dinamai Madrasah Muhammadiyah.kemudian diubah menjadi Qismul-Arqa. Sudah itu diganti dengan nama Kweekschool Muhammadiyah. Akhirnya ditukar dengan nama Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah sampai sekarang.
Lama belajar pada Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah lima (5) tahun dari kelas I s/d V. pada tahun 1959 dubah menjadi enam (6) tahun dari  kelas I s/d V, seperti P.G.A. Lengkap..
Rekapitulasi rencana Pengajaran Madrasah Mu’allimin Muhamadiyah Yogyakarta
(lima tahun rencana lama)
No.
Mata pelajaran
Kelas I
Kelas II
Kelas III
Kelas IV
Kelas V
Jumlah
A.
Agama






1. Tauhid
1
2
1
2
2
8
2.  Al-Qur’an
(6)
(5)
(3)
(3)
(3)
(20)
     a. Hafalan
2
2
-
-
-
4
     b. Membaca
2
-
-
-
-
2
     c. Tajwid
-
-
-
-
1
1
    d. Terjemahan
2
3
3
-
-
8
    e. Tafsir
-
-
-
3
2
5
3. Hadits/Musthalah
2/-
2/-
2/-
2/1
2/1
10/2
4. Fiqhi/Usul
2/-
2/-
2/-
2/1
2/1
10/2
5. Tarikh
1
1
1
1
1
5
B.
Umum:







6. Bahasa Arab:
(9)
(6)
(6)
(4)
(5)
(30)

     a.Muthala’ah
3
3
3
2
3
14

     b. Imlak
2
-
-
-
-
2

     c. Nahu/Sharaf
2
2
2
2
2
10

     d. Khat
2
1
1
-
-
4

7. Bahasa Indonesia
4
4
4
3
3
18

8. Bahasa Inggris
4
3
3
4
3
17

9. Ilmu Pasti
(3)
(4)
(5)
(2)
(1)
(15)

a. Aljabar
2
2
2
2
1
9

b. Ilmu Ukur
1
2
3
-
-
6

10. Berhitung/Ilmu Hitung
2/-
2/-
1/-
-/1
-/1
4/2

11. Hitung Dagang
-
-
1
1
-
2

12. Pengetahuan Dagang
-
-
1
1
-
2

13. Ilmu Alam
-
2
2
3
-
7

14. Ilmu Hayat/Hegein
-
2
2
2
-
6

15. Ilmu Bumi
(2)
(2)
(1)
(2)
(3)
(10)

a. Pengetahuan Peta
2
2
1
1
-
6

b. Alam/Pasti
-
-
-
1
1/1
2/1

c. Ekonomi
-
-
-
-
1
1

16.  Sejarah Indonesia/Umum
1
2
2
2
2
9

17. Tata Negara
-
-
-
1
1
2

18. Menulis Latin
1
1
-
-
-
2

19. Menggambar
1
1
1
-
1
4

20. Seni suara
1
1
1
1
1
5

21. Pendidikan Jasmani
2
2
2
2
2
10

22. Ilmu Guru:
(-)
(-)
(-)
(3)
(6)
(9)

a.Ilmu Mendidik
-
-
-
2
4
6

b.Ilmu Jiwa
-
-
-
1
2
3

23. Ekonomi/ Ethnologi
--
-
-
-
1/1
1/1

24. Filsafat/ Peng. Agama
-
-
-
-
1
1

25. Ke Muhammadiyahan
-
-
1
1
1
3

26. Kepanduan
-
-
-
-
2
2

Jumlah
42
43
42
44
47
219

Rekapitulasi Rencana Pengajaran Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta
(Enam Tahun Rencana Baru)
No.
Mata Pelajaran
Kelas I
Kelas I
Kelas III
Kelas IV
Kelas V
Kelas VI
Jumlah
A.
Agama








1.Tauhid
1
1
2
2
1
2
9

2. Al-Qur’an:
(4)
(5)
(3)
(3)
(4)
(4)
(23)

       a.Hafalan
2
2
-
-
-
-
4

      b.Membaca
2
1
-
-
-
-
3

     c.Tajwid
-
-
-
-
1
-
1

d.Ilmu Jiwa anak-anak
-
2
3
3
-
-
8

e.Tafsir/ Ilmu Tafsir
-
-
-
-
2/1
3/1
5/2

3. Hadits
2
2
2
2
-
-
8

4..Musthalah Hadits
-
-
-
1
1
1
3

5. Fqhi/ Usul
2/-
2/-
2/-
2/1
2/2
2/1
12/4
B.
Umum :








6. Ilmu Guru:
(-)
(-)
(-)
(2)
(4)
(4)
(10)

a. Ilmu Mengajar
-
-
-
2
1
1
4

b.Ilmu Mendidik
-
-
-
--
2
1
3

c.Ilmu Jiwa Umum
-
-
-
-
1
1
2

d.Ilmu Jiwa anak-anak
-
-
-
-
-
1
1

7. Bahasa Arab:
(7)
(5)
(5)
(4)
(8)
((7)
(36)

a.Muthala’ah
3
2
2
2
3
2
14

b.Imlak
2
1
1
-
-
-
4

c. Nahu/ Sharaf
2
2
2
2
2
2
12

d. Muhadatsah
-
-
-
-
1
1
2

e. Balaghah
-
-
-
-
2
2
4

8. Khat/ Menulis Latin
1/1
1/1
1/-
-
-
-/1
3/3

9. Bahasa Indonesia
4
4
4
3
3
3
21

10. Bahasa Inggeris
4
3
3
4
4
4
22

11. Sejarah :
(3)
(3)
(3)
(3)
(2)
(2)
(16)

a.Indonesia/ Umum
2
2
2
2
1
1
10

b.Tarikh
1
1
1
1
-
-
4

c. Keb. Kes. Islam
-
-
-
-
1
1
2

12. Ilmu Bumi :
(2)
(2)
(1)
(3)
(3)
(3)
(14)

a. Pengetahuan Peta
2
2
1
1
-
-
6

b. Bumi Pasti/ Falak
-
-
-
1
1
1
3

c. Bumi Alam
-
-
-
1
1
1
3

d. Bumi Ekonomi
-
-
-
-
1
1
2

13. Berhitung
2
1
1
1
-
-
5

14. Pengetahuan/ Hitungan Dagang
-
-
1/1
1/1
-
-
2/2

15. Aljabar
3
2
2
2
1
1
11

16. Ilmu Ukur
2
2
2
2
-
-
8

17. Ilmu Alam/ Kimia
-
2
2
3
1
1
11

18. Ilmu Hayat/ Kesehatan
-
2
2
2
1
1
8

19. Tata Negara/ Hukum
-
-
-
-
1
1
2

20. Ilmu Ekonomi
-
-
-
-
1
1
2

21.Ethnologi/ Sosiologi
-
-
-
-
1
1
2

22. Seni Suara
1
1
1
1
1
-
5

23. Menggambar/ Pekerjaan Tanagan
1/-
1/-
1/-
1/-
1/1
-/1
5/2

24. Pendidikan Jasmani
2
2
2
2
2
2
12

25. Ke Muhammadiyah
-
-
-
-
-
1
1

26. Kepanduan
-
-
-
-
2
2
4

Jumlah
42
42
42
45
49
50
270

9.      Madrasah Mu’allimat Muhammadiyah Yogyakarta.[18]
            Di samping madrasah Mu’allimin Muhammadiyah didirikan pula madrasah Mu’allimat Muhammadiyah. Madrasah ini didirikan kira-kira pada tahun 1923 menurut keterangan K. Basyir Mahfuz guru madrasah tersebut. Lama belajar pada Mu’allimat Muhammadiyah lima tahun (dari kelas I s/d V). rencana pelajarannya hampir sama dengan rencana pelajaran Mu’allimin, hanya ditambah dengan pekerjaan tangan dan kepandaian puteri. Sebagai sambungnya diadakan bagian takhassus selama dua tahun untuk pelajar-pelajar yang ingin melanjutkan pelajarannya. Pada tingkat takhassus itu diperbanyak pelajaran Agama serta ditambah dengan pengetahuan umum.
            Madrasah Mu’allimat ini sangat banyak jasanya mengeluarkan guru-guru puteri yang tersebar seluruh Indonesia. Madrasah Mu’allimat mempunyai asrama sendiri, tetapi karena ramainya pelajar-pelajar (kurang lebih 850 orang) maka sebagian kelas-kelas yang tertinggi saja dapat ditampung di asrama itu.

10.  Perguruan Tinggi Muhammadiyah.[19]
Sungguh Muhammadiyah telah lama berniat dan berhasrat untuk mendirikan Perguruan Tinggi (Universitas) Muhammadiyah.
Pada tahun 1936 dalam Kongres1/4 abad Muhammadiyah dapat mendirikan: Fakultas Hukum dan Filsafat, bertempat di Padang Panjang (Sumatera Tengah).
Menurut rencananya, bahwa pemimpin dan dosen pada Fakultas Hukum dan Filsafat itu adalah sebagai berikut:
1.         Drs. Danuhusodo                        Dekan.
2.         Hamka                                         Wakil Dekan da Dosen Filsafat.
3.         Mr. Nazar Said                            Dosen Pengetahuan Ilmu Hukum dan Tata Negara.
4.         Mr. Ezidin                                   Dosen Sosiologi.
5.         Dr. Kaharuddin Yunus                Dosen Ekonomi Islam.
6.         Adam Saleh                                 Dosen Bahasa Indonesia
7.         Petterson                                      Dosen Bahasa Inggris
8.         Nyonya Petterson                        Dosen Bahasa Inggris
9.         H. Harun Al-Ma’ani                    Dosen Ushul Fiqhi/Fiqhi
10.     Prof. M.T. Qandil                        Dosen Bahasa Arab
11.     A.R. St. Mannsur                        Dosen Tafsir
12.     A. Hamid Hakim                         Dosen Ushul Fiqhi
13.     O.K. Durani                                 Dosen Ekonomi Umum
14.     Mohd. Nurman                            Dosen Bahasa Arab
Jumlah mahasiswa Fakutas Hukum dan Filsafat 209 orang, di antaranya 72 orang wanita.
11.  Pondok Pesantren Krapyak (Yogyakarta).[20]
Salah satu pondok pesantren yang terbesar di daerah Istimewa Yogyakarta ialah Pondok Pesantren Krapyak. Pondok ini didirikan oleh Kiyai Munawir tahun 1911 M dan masih tetap mendapat kemajuan samapi sekarang di bawah pimpinan K.H. Abdullah Afandi dan Ki. H. Ali Ma’sum.
Pondok Pesantren ini terdiri dari:
a.    Bagian hafal Al-Quran sebagi inti dari pondok pesantren itu. Murid-muridnya kurang lebih 70 orang (50 orang laki-laki dan 20 orang perempuan) dan guru-gurunya 6 orang (tahun 1959). Selain dari menghafal Al-Quran diajarkan juga Imu Fiqhi dan Tafsir.
  1. Madrasah  Ibtidaiyah, lama p
  2. elajarannya 4 tahun. Yang diterima masuk umumnya anak-anak tamatan sekolah Rakyat 6 tahu.
  3. Madrasah Tsanawiyah, lam pelajarannya 3 tahun untuk sambungan Ibtidaiyah.
  4. Bagian ‘Ali (tinggi) lama pelajarannya 2 tahun. Pada tiap-tiap madrasah Ibtidaiyah, Tsanawiyah dan bagian ‘Ali diajarkan juga pengetahuan umum (kurang lebih 30%) di samping ilmu-ilmu Agama dan bahasa Arab. Banyak murid-muridnya kurang lebih 400 orang dan guru-gurunya kurang lebih 20 orang (tahun 1959).
  5. Pengajian untuk umum.
Kitab-kitab yang dipakai untuk Ibtidaiyah.
1.      Durusud-Din wat-Tahzib.
2.      Jawahir Kalamiyah.
3.      Durusul-Fiqhiyah. 1- 4 (Saggaf)/ Fiqhil-Wadlih 1-3 (MahmudYunus).
4.      Sharful Wadlih (Ali Ma’sum).
5.      Nahwul-Wadlih (Ali Al-Jarim).
6.      Talimul Lughah Arabiyah (Dr. Ahmad Syalabi).
7.      Al Muntakhabt (Umar A. Jabbar).
8.      Khulashah Nurul-Yaqin (Umar A. Jabbar).
Rekapitulasi Rencana Pelajaran Bagian Intidaiyah Pondok Pesantren Krapyak
No.
Mata Pelajaran
Kelas I
Kelas II
Kelas III
Kelas IV
1.
. Al-Quran/Tajwid
2
2
2
2
2.
Tafsir
1
1
1
1
3.
Hadits
2
2
2
2
4.
‘Aqaid
2
2
2
2
5.
Fiqhi
3
3
3
3
6.
Imlak/Khath
2
2
2
2
7.
Sharaf/Nahwu
7
7
7
7
8.
Lughah Arabiyah                  
4
4
4
4
9.
Mahfuzat
1
1
1
1
10.
Tarikh Islam                         
2
2
2
2
11.
Bahasa Indonesia
2
2
2
2
12.
Berhitung
3
3
3
3
13.
Sejarah
2
2
2
2
14.
Ilmu Bumi                          
2
2
2
2
15.
Ilmu Hayat
1
1
1
1
16.
Jumlah
36
36
36
36

    Rekapitulasi Rencana Pelajaran  Bagaian Tsanawiyah Pondok Pesantren Krapyak
No.
Mata Pelajaran
Kelas I
Kelas II
Kelas III
1.
Al-Qur’an
1
1
1
2.
Hadits/Musthalah
2
2
2
3.
Fiqhi
3
3
3
4.
Ushul Fiqhi
2
2
2
5.
Qawa’idul Fiqhi
1
1
1
6.
Al-Faraidl
1
1
1
7.
Tauhid
1
1
1
8.
Nahu
3
3
3
9.
Sharaf
3
3
3
10.
Muthala’ah
2
2
2
11.
Balaghah
2
2
2
12.
Insya’
3
3
3
13.
Tarikh Tasyri’ Islami
?
?
?
14.
Tarikh Islam
?
?
?
15.
Bahasa Indonesia
2
2
2
16.
.Kesusasteraan Indonesia
2
2
2
17.
Bahasa Inggeris
3
3
3
18.
Sejarah Indonesia/ Umum
2
2
2
19.
Ilmu Bumi
1
1
1
20.
Ilmu Hayat
1
1
1
21.
Tata Negara
1
1
1
22.
Ilmu Kesehatan
1
1
1

Kitab-kitab yang dipakai untuk Tsanawiyah
1.            Buhutsud-Diniah (Yusuf Mustafa).
2.            Adabun Nabawi (M.A. Aziz Khuli).
3.            Thirazul-Hadits (M. Abdul-Fadil).
4.            Khulashatul-Kalam (S. Ali Fikri).
5.            Diktat dari Usul-fiqhi (Al-Khudlari)/ Muzakkirat Usul-Fiqhi.
6.            Faraidul-Bahiyah.
7.            Al-Hadits fi-‘ilmil-Mawarits.
8.            Al-‘Aqaid (Hasan Al-Banna).
9.            Nahwul-Wadlih-Taudlih (Tsanawi/Alfiyah (Ibnu Malik).
10.        Tahzibut-Taudih (Ahmad Mutafa Al-Maraghi).
11.        Muthala’ah Tsanawiyah.
12.        Balaghah Wadlihah (Ali Al-Jarim).
13.        Ta’limul-Lughah-Arabiyah (Dr. A. Syalabi).
14.        Mukhtashar dari Tarikh Tasyri Islami.
15.        Tarikh ‘Ushurul-Wustha (Dr. Hasan Ibrahim).
Kitab-kitab yang dipakai untu bagian ‘Ali (Tinggi)
1.         Al-Muhazzab.
2.         Al-Asybah wan Nazhair.
3.         Usul-Fiqhi (Al-Khudlari).
4.         Tarikh Tasyri’ Islami (Al-Ghazali).
5.         Fiqhis Sirah (Al-Ghazali).
6.         Bulughul-Maram.
7.         Balaghah Wadlihah.
12.   Madrasah Menengah Tinggi (M.M.T.) Yogyakarta.[21]
            Salah satu madrasah modern di Yogyakarta ialah M.M.T. didirikan oleh K.H. Farid Ma’ruf setelah Indonesia Merdeka. Lama belajar pada M.M.T. 3 tahun ditambah 1 tahun kelas pendahuluan (4 tahun).
            Rencana pelajarannya kurang lebih Agama 40% dan Umum 60%. Yang diterima masuk M.M.T. ialah murid-murid tamatan Madrasah serta mempunyai pengetahuan umum seingkat S.M.P. Pelajaran umum pada M.M.T. setingkat dengan S.M.A. bagian A. dengan pemgajaran Agamanya setingkat Tsanawiyah Atas.
            Pelajar-pelajar tamatan M.M.T. dapat melanjutkan pelajarannya ke Universitas Gajah Mada dengan menempuh ujian S.M.A. Negeri dan dapat juga melanjutkan pelajarannya ke P.T.A.I.N. dengan menempuh ujian pula.

13.  Manba’ul Ulum Surakarta.[22]
            Madrasah ini didirikan kurang lebih tahun 1905 M. oleh R. Hadipati Sasro Diningrat dan Raden Pengulu Tafsirul Anam (ayah K.H. Adnan). Untuk menjadi kepala Manba’ul Ulum diangkat K.H.  Arfah. Madrasah ini dibelanjai oleh pemerintah Surakarta, sebab itu tidak heran madrasah itu hidup dengan subur dan mendapat kemajauan.
            Pada zaman keemasanny Manba’ul ‘Ulum mempunyai murid 700 orang dan guru-gurunya terdiri dari mu’allim (guru tua) 8 orang dan mudarris (guru muda) 10 orang. Padamula-mulanya Manba’ul ‘Ulum tiada mempunyai kelas-kelas seperti halnya pondok pesantren yang lain-lain. Kira-kira pada tahun 1916 Manba’ul ‘Ulum diatur dan diperbaharui dengan mengadakan kelas-kelas terdiri dari kelas I s/d kelas IX.
            Pada tahun 1918 Manba’ul ‘Ulum dipimpin oleh K.H. Adnan setelah beliau kembal dari Mekah menuntut ilmu. Tetapi karena beliau diangkat menjadi pengulu maka pada tahun 1919 madrasah itu dipimpin oleh K.H. Jamhur. Akhirnya pada tahun 1946 Manba’ul ‘Ulum dipimpin oleh K.H.A. Jalil Zamakhsyari.
Kitab-kitab yang dipakai pada Manba’ul ‘Ulum
1.         Al’’Awamil (nazam oleh Ahmad Nahrawi dan natsar oleh Ahmad Jurjani).
2.         Arjumiah.
3.         Umrithi (nazam).
4.         ‘Alfiyah.
5.         Bina.


6.         ‘Izzi.
7.         Masqud.
8.         Kailani.
9.         Ibnu ‘Aqil.
10.     Asymuni.
11.     Fathul Qarib.
12.     Fathul-Mu’in.
13.     Fathul-Wahhab.
14.     Almahalli.
15.     Maqudi.
16.        Jahuar Maknun.
17.        ‘Uqudul-Juman.
18.        Talkhis.
19.        Sullam.
20.        Idlahul-mubham.
21.        Baiquniah.
22.        Hadits Arba’in.
23.        Bulughul-Maram.
24.        Hadits Muslim.
25.        Hadits Buchari.
26.        Tafsir Jalalain.
27.        Baidlawi.
28.        Waraqat.
29.        Jam’ul-Jawami.
30.        Tuhfatul Athfal (Tajwid)
31.        Jazariah (Tajwid)


14.  U. I. I. (University Islam  Indonesia) Yogyakarta.[23]
            Dahulu namanya S.T.I. (Sekolah Tinggi Islam), didirikan di Jakarta pada masa pendudukan Jepang (8 Juli tahun 1945). Tujuannya ialah untuk mengeluarkan alim-ulama yang intelek, yaitu mereka yang mepelajari ilmu pengetahuan Agama Islam secara luas dan mendalam, serta mempunyai pengetahuan umum yang perlu dalam masyarakat modern sekarang.
            Tatkala Jakarta dikuasai tentara Belanda (Sekutu) maka S.T.I. dipindahkan ke Yogyakarta (tahun 1946). Kemudian S.T.I. diubah menjadi University Islam Indonesia (22 Maret tahun 1948) dan mempunyai beberapa fakultas:
a.          Fakultas Agama.
b.         Fakultas Hukum.
c.          Fakultas Ekonomi.
d.         Fakultas Pendidikan ( Paedagogik).
e.          Pada tahun 1950 fakultas Agama diserahkan kepada Kementerian Agama R.I. dan dijadikan P. T. A. I. N. (Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri) dengan peraturan Pemerintah No. 34 tahun 1950.
            Kemudian fakultas Pendidikan terpaksa ditutup, karena kekurangan dosen-dosen, sehingga yang tinggal lagi fakultas Hukum dan fakultas Ekonomi. Fakutas Hukum ada dua buah: satu di Yogyakarta dan satulagi di Solo (Surakarta). U.I.I. sekarang di bawah pimpinan Prof. A. Kahar Muzakir.
            Yang diterima menjadi mahasiswa pada U.I.I. ialah mereka yang berijazah S.M.A.  Negeri dan diterima tanpa ujian. Adapun merek yang berijazah Madrasah Menengah Atas (tinggi) maka diterima, kalau lulus dalm ujian masuk. Mereka yang berijazah S. G. H. A. dapt diterima dengan seleksi. Guna memberi kesempatan kepda pelajar-pelajar keluaran Madrasah untuk melanjutkan pelajaannya ke U.I.I. maka diadakan kelas Pendahuluan, lamanya  2 tahun. Yang diterima masuk kelas pendahuluan itu ialah pelajar-pelajar keluaran Madrasah Tsanawiyah/ Mu’allimin yang lama pelajarannya 5 tahun, sesudah tamat S.R./ Madrasah Ibtidaiyah 6 tahun.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Kurikulum pendidikan Islam di Jawa Tengah hampir sama dengan kurikulum pendidikan Islam di Jawa Timur dan Jawa Barat dimana kurikulum menekankan pada pembentukan masyarakat (peserta didik) yang memiliki ilmu pengetahuan yang luas tentang agama Islam. Kurikulum pendidikan Islam Jawa Tengah bertujuan mempersiapkan para calon Kiyai yang memiliki ilmu pengetahuan tentang agama Islam yang mumpuni, yang bersifat zuhud, waro’ dan istiqomah, muballigh-muballighah yang tangguh, para tenaga pengajar yang memiliki akhlakul karimah dan siap terjun kelapangan dengan penuh keikhlasan tanpa mengharapkan imbalan (pamrih), menjadi pedagang (pengusaha) yang jujur dan tidak curang, menjadi aparatur negara yang tetap bepegang teguh pada norma-norma Islam (memegang teguh kejujuran), menjadi politikus-politikus yang yang tidak menghalalkan segala macam cara untuk menjatuhkan lawan politiknya, ketika menjadi seorang yang memegang tampuk pimpimpinan tertinggi agar selalu berbuat adil dan amanah dengan tetap berpegang teguh kepada ajaran agama Islam yaitu al-Qur’an dan Hadits.

DAFTAR PUSTAKA
Alim, H. Akhmad., (2018), Pendidikan Jiwa Terapi Spiritual Manusia Modern, Jakarta: Al-Mawardi Prima, Cet. Ke-1
Arifin , Muzayyin., (2014), Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta : PT. Bumi  Aksara, 2014, Cet. Ke- 17 (Ed. Revisi),
Azra, H. Azyumardi.,  Pendidikan Islam Tradisi dan Moderenisasi Menuju Milenium baru, Jakarta : Logos, 1999, Cet. Ke- 1
Bakry, Sam’un., (2005), Mengajar Konsep Ilmu Pendidikan Islam, Bandung : Pustaka Bani Quraisy
Daulay, Haidar Putra., (2014), Pendidikan Islam dalam Persfektif Filsafat, Jakarta : Kencana Prenadamedia Group, 2014, Cet. Ke- 1
Langgulung, Hasan., (2003), Asas-asas Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Pustaka al Husna Baru, Cet. Ke- 5, Ed. Revisi
Nata, H. Abuddin. , (2006), Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta, UIN Jakarta Press Juli 2006, Cet. Ke- 1
Nata, H. Abuddin., (2005),  Filsafat Pendidikan Islam, Ciputat : Gaya Media Pratama, 2005 (Edisi Baru), Cet.  Ke- 1
Ramayulis, H., (2015). Fisafat Pendidikan Islam; Analisis Filosofis Sistem Pendidikan Islam,  Jakarta : Kalam Mulia, Cet. Ke- 4 ( Jilid 1),
Tafsir, Ahmad.,  (2013), Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, Cet. Ke- 2
Yunus, H. Mahmud., (1996), Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia, Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1996






[1] Prof. Dr. H. Abuddin Nata MA, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta, UIN Jakarta Press Juli 2006, Cet. Ke- 1, hlm.  82
[2] Prof.Dr. Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Pustaka al Husna Baru, Cet. Ke- 5 Ed. Revisi, hlm. 295
[3] Prof. Dr. Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013, Cet. Ke- 2, hlm. 80-81
[4] Prof. Dr. H. Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Ciputat : Gaya Media Pratama, 2005 ( Edisi Baru), Cet.  Ke- 1, hlm. 4
[5]  Prof. Dr. H. Azyumardi Azra, Pendidikan Islam Tradisi dan Moderenisasi Menuju Milenium baru, Jakarta : Logos, 1999, Cet. Ke- 1,  hl.  9-11
[6]  Sam’un Bakry, Mengajar Konsep Ilmu Pendidikan Islam, Bandung : Pustaka Bani Quraisy, 2005, hlm. 2-3
[7] Prof. H. Ramayulis, Fisafat Pendidikan Islam; Analisis Filosofis Sistem Pendidikan Islam,  Jakarta : Kalam Mulia, 2015, Cet. Ke- 4 ( Jilid 1), hlm.120

[8]  Dr. H. Akhmad Alim, MA, Pendidikan Jiwa Terapi Spiritual Manusia Modern, Jakarta: Al-Mawardi Prima, 2018, Cet. Ke-1, hlm. 44
[9] Prof. Dr. Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam dalam Persfektif Filsafat, Jakarta : Kencana Prenadamedia Group, 2014, Cet. Ke- 1, hlm. 11
[10] Prof. Dr. Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta : PT. Bumi  Aksara, 2014, Cet. Ke- 17 (Ed. Revisi), hlm. 15
[11] Prof. Dr. H. Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia, Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1996, hlm. 253-254
[12] Ibid., 255-257
[13] Ibid., 258-261
[14] Prof. Dr. H. Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, hlm. 251-253

[15] Ibid., 254-256
[16] Prof. Dr. H. Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia, hlm. 268-271

[17] Ibid., 272-277
[18] Ibid., 277
[19] Ibid., 278
[20] Ibid., 282
[21] Ibid., 286
[22] Ibid., 288
[23] Ibid., 289

Comments

Popular posts from this blog

LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM SUMATERA THAWALIB PARABEK BUKITTINGGI, RISKI BAYU PRATAMA

PERADABAN PADA MASA KERAJAAN ISLAM DEMAK (TAHUN 1518 – 1549 M), Ilham Bahari

PROSES PENDIDIKAN ISLAM DI SUMATERA BARAT, JAKFAR